Laut China Selatan dan Indo-Pasifik Jadi Sorotan Utama
Oleh
Mh Samsul Hadi dari Bangkok, Thailand
·4 menit baca
BANGKOK, KOMPAS — Isu-isu keamanan kawasan, seperti sengketa Laut China Selatan dan kerja sama Indo-Pasifik, menjadi perhatian utama diplomasi Indonesia pada hari pertama Pertemuan Menlu ASEAN (AMM) di Bangkok, Thailand, Selasa (30/7/2019). Isu-isu tersebut mewarnai pertemuan makan malam para Menlu ASEAN, dan pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, antara lain, dengan Menlu China Wang Yi.
Retno mengatakan kepada wartawan, Indonesia kembali menyampaikan bahwa perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan (LCS) menjadi perhatian dan kepentingan semua negara. ”Stabilitas hanya dapat terpenuhi jika semua pihak menghormati hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982,” ujar Retno soal pertemuannya dengan Wang Yi.
Bagi ASEAN, isu Laut China Selatan menjadi perhatian utama akhir-akhir ini terkait kegentingan perkembangan di lapangan. Empat negara anggota ASEAN (Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei) terlibat sengketa dengan China dan juga Taiwan. Para pemimpin ASEAN berulang kali, termasuk di KTT terakhir, mengingatkan ”pentingnya non-militerisasi dan menahan diri dalam seluruh aktivitas oleh negara pengklaim dan negara-negara lain”.
Namun, situasi di lapangan berbicara lain. Pada 25 Juli lalu, Vietnam melontarkan tuduhan adanya kapal China yang melanggar kedaulatan wilayah zona ekonomi eksklusifnya. Pada pertengahan Juni lalu, Filipina juga mengajukan protes pada China terkait insiden kapal nelayan China menabrak kapal nelayan Filipina di Reed Bank, Laut China Selatan.
Indo-Pasifik
Menurut Retno, isu utama yang juga diangkat dalam pertemuan kemarin adalah Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik. ”Sejauh ini pandangan negara-negara mitra terhadap Outlook ASEAN positif. Outlook ini merupakan cara ASEAN untuk menjadikan kerja sama dan dialog melalui mekanisme yang dipimpin ASEAN,” kata Retno.
Pertemuan Menlu ASEAN (AMM) ini merupakan kesempatan pertama para menlu ASEAN bertemu dengan para menlu negara-negara mitra dialog setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-34 ASEAN, 20-23 Juni lalu. Dalam KTT itu, para pemimpin ASEAN menyoroti dan menekankan pentingnya perhatian pada isu-isu keamanan kawasan, termasuk sengketa Laut China Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea, dan pandangan Indo-Pasifik.
”Pertemuan (Menlu ASEAN) ini merupakan kesempatan penting untuk membahas isu-isu utama keamanan kawasan, termasuk isu-isu yang mempengaruhi Semenanjung Peninsula dan Laut China Selatan, serta situasi di Negara Bagian Rakhine,” kata Marise Payne, Menlu Australia, melalui pernyataan tertulis.
”Saya berharap pada diskusi yang produktif yang akan menegaskan kembali komitmen Australia pada kawasan Indo-Pasifik yang terbuka, inklusif, dan sejahtera di mana perdagangan, modal, dan gagasan-gagasan bergulir secara bebas, dan hak-hak seluruh bangsa dihormati.”
”Dalam hal ini, saya dengan hangat menyambut Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik yang diadopsi baru-baru ini,” lanjut Payne, merujuk adopsi Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik dalam KTT ASEAN, Juni lalu.
Menlu Malaysia Dato’ Saifuddin Abdullah mengkonfirmasi bahwa isu-isu kepentingan bersama terkait keamanan kawasan dan internasional bakal dibahas oleh para menlu ASEAN, meliputi perkembangan di Laut China Selatan, situasi di Semenanjung Korea, penanggulangan terorisme dan ekstremisme kejahatan, keamanan maritim, serta isu-isu keamanan non-tradisional.
”Para menlu (ASEAN) akan mengadopsi sejumlah dokumen, termasuk Komunike Bersama AMM ke-52, yang bakal menjadi sorotan dalam pembahasan-pembahasan dan keputusan- keputusan penting dalam pertemuan,” ujar Saifuddin.
Peran penting
Pertemuan Menlu ASEAN edisi ke-52 ini dimulai, Selasa kemarin, dengan pertemuan antara Menlu ASEAN dan para perwakilan Komisi Hak Asasi Manusia Antarpemerintah ASEAN (AICHR), pertemuan Komisi Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ), serta makan malam menlu ASEAN. Selain menghadiri acara tersebut, Menlu Retno LP Marsudi menggelar dua pertemuan bilateral dengan Menlu China Wang Yi dan Menlu Vietnam Pham Binh Minh.
Pertemuan Menlu ASEAN, selain diikuti oleh 10 menlu negara ASEAN, juga dihadiri para menlu atau perwakilan dari 10 negara mitra dialog (Australia, Kanada, China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Rusia, dan AS) serta tujuh negara Asia Pasifik (Bangladesh, Korea Utara, Mongolia, Pakistan, Papua Niugini, Sri Lanka, dan Timor-Leste). Para menlu dari Norwegia, Swiss, dan Turki—mitra dialog sektoral ASEAN—serta Peru juga diundang sebagai tamu.
Kehadiran para menlu lebih dari 20 negara mitra ASEAN itu, termasuk Menlu AS Mike Pompeo, Menlu China Wang Yi, dan Menlu Rusia Sergey Lavrov, menandai pentingnya peran ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan. Bagi para menlu mitra ASEAN, pertemuan-pertemuan sela di luar sidang para menlu ASEAN bisa dijadikan forum mencari titik temu—sekaligus juga titik kepentingan—dalam isu-isu kawasan, seperti denuklirisasi Semenanjung Korea, sengketa dagang Korsel-Jepang, perang dagang AS-China.