Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mulai berkampanye untuk pencalonan kembali sebagai presiden AS dari Partai Republik periode 2020-2024 di Amway Center, Orlando, Florida, Selasa (18/6/2019).
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
ORLANDO, SELASA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mulai berkampanye untuk pencalonan kembali sebagai presiden AS dari Partai Republik periode 2020-2024 di Amway Center, Orlando, Florida, Selasa (18/6/2019). Dalam kampanye perdana tersebut, Trump belum menghadirkan ide baru kepada pendukungnya.
Kampanye itu turut dihadiri Ibu Negara AS Melania Trump dan sejumlah staf senior Gedung Putih. Trump membawakan pidato selama 80 menit.
”Kita telah berhasil sekali dan kita akan melakukannya lagi,” kata Trump kepada 20.000 pendukungnya. ”Dan inilah mengapa malam ini saya berdiri di depan Anda untuk secara resmi melakukan kampanye periode kedua sebagai presiden AS.”
Trump membeberkan sejumlah program utama, antara lain sistem imigrasi yang baru, kesepakatan perdagangan yang baru, serta perombakan sistem perawatan kesehatan, obat untuk kanker dan berbagai penyakit, termasuk pemberantasan AIDS.
Janji kampanye Trump kali ini sama dengan sejumlah janji yang pernah dia sebutkan dalam kampanye Pemilu Presiden 2016. Trump waktu itu berjanji untuk mencegah imigran gelap di AS, memperbaiki defisit perdagangan, serta mencabut Undang-Undang Perawatan Terjangkau 2010.
Kepada pendukungnya di Orlando, Trump juga berjanji melindungi hak warga AS untuk memiliki senjata dan mengirim misi luar angkasa ke Mars. Selain itu, Trump juga memamerkan pencapaian pemerintahannya saat ini, seperti pertumbuhan ekonomi AS dan penurunan tingkat pengangguran.
Slogan kampanye Trump untuk Pilpres 2020 berubah menjadi ”Keep America Great” atau Menjaga Amerika Hebat. Sebelumnya slogan kampanye Trump pada Pilpres 2016 bertajuk ”Make America Great Again” atau Membuat Amerika Hebat Lagi.
Kampanye Trump yang membawa pesan nasionalis di Florida disambut secara antusias oleh ribuan pendukungnya. Mereka meneriakkan ”USA (AS), USA (AS)” dan ”empat tahun lagi”. ”Ini adalah acara bersejarah. Kami tidak akan melewatkannya,” kata David Meloney, salah satu pendukung Trump.
Florida merupakan salah satu negara bagian dengan suara untuk Partai Republik dan Demokrat relatif imbang (swing states). Trump menang di Florida pada Pilpres 2016.
Dalam kampanye tersebut, Trump kembali merepresentasikan dirinya sebagai orang luar di dunia politik yang mengguncang Washington sekaligus korban dari Demokrat yang berusaha melengserkannya. Pidato Trump juga berisi keluhan bahwa dirinya diserang oleh media sejak hari pertama menjabat sebagai presiden.
”Apabila ekonomi AS tetap kuat, Trump kemungkinan akan kembali terpilih,” kata mantan Ketua DPR AS dari Partai Republik, Newt Gingrich.
Kepercayaan publik kepada Trump sedikit terpengaruh akibat investigasi dugaan keterlibatan Rusia dengan hasil Pilpres 2016, kebijakan imigrasi yang keras, negosiasi perdagangan AS-China yang berlarut-larut, dan pernyataannya yang kerap mengejutkan publik melalui media sosial Twitter.
Sentil Demokrat
Trump juga pernah menyentil sejumlah bakal calon presiden dari Demokrat dalam kampanye tersebut. Menurut dia, Demokrat akan mengubah AS dengan cara yang radikal dan melegalisasi imigran untuk memperkuat basis politik partai.
”Suara untuk Demokrat pada 2020 sama dengan suara untuk membangkitkan sosialisme radikal dan kehancuran mimpi Amerika,” kata Trump.
Jajak pendapat Quinnipiac University yang dirilis Selasa (18/6/2019) menyebutkan, mantan Wakil Presiden AS Joe Biden unggul atas Trump dengan suara 50-41 persen di Florida. Sementara Senator Vermont Bernie Sanders unggul atas Trump dengan suara 48-42 persen di negara bagian yang sama.
Namun, yang perlu menjadi catatan, jajak pendapat tidak terlalu mencerminkan prediksi kemenangan para calon presiden. Jajak pendapat pada 2016 gagal memprediksi Trump mampu mengalahkan Hillary Clinton, calon presiden dari Demokrat.
Biden berpendapat, politik Trump memecah belah AS. Sanders menambahkan, Trump telah membawa pidato selama satu setengah jam yang berisi kebohongan, distorsi, dan omong kosong.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos mengenai kinerja Trump pada 11 Juni 2019 menunjukkan Trump memperoleh dukungan suara 40 persen. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan 57 persen lainnya yang tidak berkenan dengan kinerjanya. (AFP/AP/REUTERS)