Polisi Terus Memburu Auktor Intelektualis di Balik Kerusuhan Petamburan
Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat masih terus melakukan pengembangan penyidikan untuk mencari dan mengungkap auktor intelektualis di balik kerusuhan Petamburan, Jakarta Barat, pada 22 Mei 2019. Untuk sementara, hasil penyidikan kepolisian yang didapatkan dari 183 perusuh yang tertangkap polisi belum bisa disampaikan kepada publik.
Oleh
Stefanus Ato
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat masih terus melakukan pengembangan penyidikan untuk mencari dan mengungkap auktor intelektualis di balik kerusuhan Petamburan, Jakarta Barat, pada 22 Mei 2019. Untuk sementara, hasil penyidikan kepolisian yang didapatkan dari 183 perusuh yang tertangkap polisi belum bisa disampaikan kepada publik.
”Belum, nanti kami sampaikan kalau sudah ketemu. Kami masih terus melakukan pengembangan penyidikan,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Edy Suranta Sitepu di Jakarta, Kamis (30/5/2019) siang.
Pengembangan penyidikan dilakukan polisi untuk menemukan auktor intelektualis yang berperan sebagai penyedia dana bagi massa yang terlibat bentrok dengan aparat sejak di Bawaslu RI, Jakarta Pusat, pada 21 Mei dan berlanjut dengan pembakaran puluhan mobil polisi di asrama Brimob, Jalan KS Tubun, Petamburan, pada 22 Mei dini hari. Para perusuh diduga merupakan massa bayaran karena dari tangan perusuh, polisi menemukan uang tunai sebesar Rp 20 juta.
Polisi juga menyita puluhan amplop berisi uang dengan kisaran Rp 200.000 hingga Rp 300.000 dari tangan perusuh. Amplop-amplop itu sudah tertulis nama orang yang diduga akan dibagikan kepada pihak-pihak yang terlibat kerusuhan.
”Kami sudah mendalami dan kami sudah tahu peta-petanya. Jadi, siapa yang memberi uang dan sebagainya akan kami kejar,” kata Kepala Polres Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi pada 23 Mei 2019.
Berniat lawan aparat
Hengki Haryadi mengatakan, para perusuh dari awal sudah berencana melawan aparat. Sebab, polisi menemukan senjata tajam, busur, bom molotov, bambu runcing, petasan, dan tumpukan batu yang disimpan di gang-gang sempit di perumahan warga Petamburan.
”Kami juga temukan pasta gigi, yang lazim digunakan untuk mengurangi akibat dari gas air mata. Artinya, dari awal mereka punya niat untuk melawan aparat,” kata Hengki.
Hengki menambahkan, polisi juga akan melakukan uji laboratorium terhadap senjata tajam, busur, dan bom molotov yang disita polisi untuk mengecek zat-zat yang terkandung di dalam benda-benda itu. Berdasarkan informasi intelijen, kata Hengki, benda-benda itu sudah direndam dan dicampur dengan zat kimia tertentu.
”Jadi, memang sudah dipersiapkan untuk melakukan perlawanan terhadap aparat. Berdasarkan informasi intelijen, bom molotov disertai dengan zat tertentu sehingga bisa melukai dan daya bakar serta menempelnya lebih lama,” katanya.