Presiden ke-6 RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berharap kedua calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dapat segera bertemu untuk mendinginkan suasana.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kontestasi Pemilu Presiden 2019 menghadirkan ketegangan pada kedua pendukung calon presiden-wakil presiden, yaitu Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Presiden ke-6 RI sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berharap kedua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dapat segera bertemu untuk mendinginkan suasana.
Yudhoyono menyampaikan hal itu dalam video yang direkam langsung dari Singapura dan diperlihatkan saat acara buka puasa bersama Partai Demokrat di kediaman Yudhoyono, di Mega Kuningan, Jakarta, Senin (27/5/2019) malam.
Dalam acara itu, hadir dua putra Yudhoyono, yakni Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Selain itu, hadir pula sejumlah elite Demokrat, seperti Sekretaris Jenderal Demokrat Hinca Panjaitan serta anggota DPR dari Fraksi Demokrat Roy Suryo dan Dede Yusuf.
Dalam pernyataannya, Yudhoyono menyebutkan, pertemuan antara Jokowi dan Prabowo secara langsung akan sangat baik dan mulia di tengah kontestasi pemilu presiden (pilpres) saat ini yang dalam tahap gugatan di Mahkamah Konstitusi. Pertemuan ini juga diperlukan karena baik Jokowi maupun Prabowo memiliki pendukung dan konstituen yang besar.
”Dalam pertemuan tersebut, tidak harus terjadi kesepakatan apa pun karena Pak Prabowo masih melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Saya yakin, Pak Jokowi juga akan menghormati jalan konstitusional yang ditempuh Pak Prabowo tersebut,” ujarnya.
Jika memang pertemuan tidak memungkinkan dilakukan dalam waktu dekat, Yudhoyono berharap Jokowi dan Prabowo tetap dapat bertemu suatu saat. Sebab, pertemuan di antara keduanya dapat menjalin kembali kedamaian, persaudaraan, dan kerukunan sesama anak bangsa.
Dalam video tersebut, Yudhoyono juga menyampaikan dua hal yang menjadi sorotan publik beberapa waktu lalu. Kedua hal itu adalah pernyataan dirinya pada 21 Mei lalu yang menerima hasil Pemilu Legislatif 2019 serta pertemuan Presiden Jokowi dengan putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono.
Menurut Yudhoyono, ucapan menerima hasil pemilu merupakan salah satu sifat kesatria dalam proses demokrasi. Hal ini juga dilakukan Yudhoyono saat partainya kalah bersaing dengan partai lainnya pada Pemilu Legislatif 2014. Hal yang sama dilakukan Agus saat kalah dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.
”Sebetulnya, jiwanya adalah menerima dengan catatan. Mengapa? Karena terus terang banyak catatan berkaitan dengan Pemilu 2019 ini. Dengan sangat serius, Partai Demokrat juga akan melakukan evaluasi komprehensif atas penyelenggaraan Pemilu 2019 ini agar Pemilu 2024 mendatang dapat dilaksanakan lebih damai, lebih jujur, lebih adil, lebih demokratis, dan lebih berkualitas,” katanya.
Sementara itu, terkait pertemuan antara Jokowi dan Agus di Istana Bogor, beberapa waktu lalu, Yudhoyono menyatakan, hal tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan silang pendapat penghitungan KPU.
Dalam pertemuan itu, Agus juga tidak mewakili langsung Partai Demokrat dan tidak mempresentasikan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.
”Setelah pertemuan berlangsung, AHY menyampaikan kepada saya bahwa substansi yang dibicarakan tidak ada kaitannya dengan jabatan dan kursi di pemerintahan. Dalam pertemuan itu juga disampaikan harapan Presiden Jokowi untuk memelihara komunikasi dengan saya,” ungkap Yudhoyono.
Prinsip Demokrat
Di tengah polarisasi akibat kontestasi pilpres, Agus menegaskan, Demokrat tetap berpegang pada persatuan dan tidak akan menggunakan politik identitas. Hal ini merupakan prinsip yang dipegang teguh sejak Partai Demokrat berdiri pada 2001.
”Jangan sampai polarisasi menjadi norma baru dalam kehidupan politik dan demokrasi negeri kita. Kami tetap teguh pada pendirian bahwa Demokrat hadir dan terus berjuang demi menjaga NKRI, merawat kebinekaan dan keadilan, serta mengutamakan rakyat, apa pun identitasnya,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Agus juga menyampaikan rasa syukurnya karena Demokrat dapat lolos ambang batas parlemen 4 persen meski perolehan suara tidak sesuai target Demokrat sebelumnya, yaitu di atas 10 persen.
Dalam Pemilu 2019, Komisi Pemilihan Umum menetapkan Demokrat meraih 10.876.507 suara (7,77 persen) atau sebanyak 54 kursi di DPR.
”Perolehan ini patut disyukuri karena berbagai lembaga survei sebelum pemilu dilaksanakan memprediksi perolehan suara Demokrat hanya sekitar 4 persen. Ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya tidak adanya capres-cawapres yang maju dari Partai Demokrat sehingga tidak memberikan efek ekor jas,” katanya.