Di antara empat partai baru di Pemilu 2019, Partai Garuda adalah satu-satunya partai yang tidak ikut serta dalam pemilihan presiden. Sejak dideklarasikan pada 16 April 2015, Partai Garuda lebih banyak bergerak dalam sunyi untuk mencapai target-target politik.
Berbeda dengan tiga partai lain yang memiliki tokoh di balik kehadiran partai itu. Sebut saja Partai Perindo yang didirikan oleh taipan media Hary Tanoesoedibjo, atau Partai Berkarya yang tidak bisa dilepaskan dari putra presiden RI ke-2 Soeharto, yaitu Tommy Soeharto, dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang diketuai mantan pembaca berita Grace Natalie.
Tokoh utama yang tercantum dalam pimpinan Partai Garuda cenderung belum banyak dikenal publik. Ketua Umum Partai Garuda Ahmad Ridha Sabana lebih dikenal sebagai salah satu calon legislatif Partai Gerindra pada Pemilu 2014. Namun, secara bertahap, Partai Garuda mampu memenuhi kualifikasi untuk lolos verifikasi Pemilu 2019.
Partai Garuda memiliki elektabilitas terkecil dari empat partai baru lainnya. Dari hasil penelitian Litbang Kompas, Maret 2019, Partai Garuda hanya memiliki tingkat elektabilitas 0,2 persen. Angka itu jelas masih di bawah Partai Perindo yang memiliki tingkat elektabilitas 1,5 persen, PSI 0,9 persen, dan Partai Berkarya 0,5 persen.
Dalam tingkat popularitas di dunia maya, Partai Garuda juga masih tertinggal dibandingkan dengan ”anak baru” lainnya. Di halaman Facebook, Partai Garuda hanya disukai 2.400 pemilik akun media sosial terbesar di bumi itu. Jelas jauh tertinggal dibandingkan PSI yang disukai 3 juta akun, Partai Perindo dengan 334.000 akun, ataupun Partai Berkarya dengan 8.000 akun.
Semangat Baru
Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan DPP Partai Garuda Muhammad Faiz Rozi mengatakan, partainya memang didominasi wajah-wajah baru dalam politik di Tanah Air. Tidak ada satu pun pengurus Partai Garuda yang pernah tercantum dalam kepengurusan resmi partai lain.
Selain itu, Partai Garuda juga tidak dijalankan oleh tokoh-tokoh yang sudah mempunyai nama. Atas dasar itu, Faiz memastikan, Partai Garuda berupaya untuk menghadirkan semangat baru dalam ranah politik nasional. Hal itu dibuktikan dengan kehadiran anak-anak muda atau golongan milenial yang menjadi pengurus partai itu.
Generasi muda juga mendominasi caleg DPR dari Partai Garuda. Sebanyak 165 orang dari 244 caleg DPR partai itu berusia di bawah 45 tahun. Latar belakang mereka mayoritas adalah para pengurus komunitas profesi masyarakat kecil, seperti pedagang pasar, petani, dan nelayan.
Generasi muda juga mendominasi caleg DPR dari Partai Garuda. Sebanyak 165 orang dari 244 caleg DPR partai itu berusia di bawah 45 tahun. Latar belakang mereka mayoritas adalah para pengurus komunitas profesi masyarakat kecil, seperti pedagang pasar, petani, dan nelayan.
”Caleg kami berasal dari kalangan rakyat yang merasakan langsung persoalan di masyarakat. Jadi, kami bukan lagi mendengar aspirasi dari rakyat untuk diperjuangkan di parlemen nanti,” ujar Faiz yang juga Ketua Bidang Organisasi Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, Minggu (31/3/2019), di Jakarta.
Netral
Terkait posisi dalam pilpres, Faiz menuturkan, pilihan Partai Garuda untuk netral disebabkan oleh dua hal. Pertama, dukungan partai baru terhadap salah satu calon presiden (capres) diyakini tidak akan memberikan efek ekor jas. Kedua, Partai Garuda ingin fokus mengejar ambang batas parlemen 4 persen yang dianggap berat.
Pilihan untuk tidak mendukung salah satu calon presiden justru memberikan keuntungan bagi seluruh caleg Partai Garuda. Sebab, dengan tidak berafiliasi dengan capres-cawapres, mereka lebih diterima masyarakat di akar rumput.
Pilihan untuk tidak mendukung salah satu calon presiden, kata Faiz, justru memberikan keuntungan bagi seluruh caleg Partai Garuda. Sebab, dengan tidak berafiliasi dengan capres-cawapres, mereka lebih diterima masyarakat di akar rumput. Ia mengungkapkan, caleg Partai Garuda bisa leluasa berkampanye dan disambut publik ketika berkampanye di basis wilayah capres tertentu, seperti di Papua yang menjadi wilayah pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin atau Sumatera Barat yang menjadi basis Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
”Kami menilai dukungan kepada capres tidak sebanding dengan apa yang akan kami alami. Jadi, kami perlu konsetrasi untuk meloloskan caleg di parlemen, tetapi kami juga akan berupaya memberikan andil dalam pilpres untuk membantu mewujudkan pilpres yang jujur dan adil,” kata Faiz.
Akhirnya, sejauh apa kepakan sayap Partai Garuda? Masyarakat Indonesia yang akan menentukan di bilik suara, 17 April nanti.