Ma’ruf Janji Hadirkan Badan Riset, Sandi Tekankan Kolaborasi
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam debat ketiga Pilpres 2019, kedua calon wakil presiden Sandiaga Uno dan Ma’aruf Amin mendapat pertanyaan terkait pengembangan riset. Ma’ruf berjanji membangun badan riset dan menyediakan dana abadi riset, sedangkan Sandiaga menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak.
Debat ketiga Pilpres 2019 yang digelar pada Minggu (17/3/2019) malam mengangkat tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, serta sosial dan budaya.
Dipandu jurnalis Putri Ayuningtyas, pertanyaan pertama adalah bagaimana komitmen kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk meningkatkan riset agar Indonesia menjadi negara dengan perekonomian kelima terbesar pada 2045.
Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, yang mendapatkan kesempatan pertama untuk menjawab, mengatakan, ia dan pasangannya, calon presiden Prabowo Subianto, menilai bahwa sistem pendidikan harus selaras dengan lapangan pekerjaan.
Jadi, sekalipun dana riset ditambah, hal itu akan menjadi percuma ketika hasil riset tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh dunia usaha.
”Kita harus fokus konsolidasi agar antara dunia usaha, akademik, dan pemerintah satu sinergi,” kata Sandi.
Lebih lanjut dia mengatakan, riset dapat membantu Indonesia menjadi negara yang makmur. Contohnya, hasil riset pupuk organik dengan kualitas terbaik dapat berkontribusi menurunkan harga bahan pokok.
Di samping meningkatkan kolaborasi, Sandiaga melanjutkan, Prabowo-Sandi akan memberi insentif fiskal dan nonfiskal kepada dunia usaha yang mengalokasikan dana untuk riset.
Sementara calon wakil presiden nomor urut 02, Ma’ruf Amin, mengatakan, ia dan pasangannya, calon presiden Joko Widodo, berjanji jika kelak terpilih di Pemilu Presiden 2019 akan mendirikan badan riset nasional. Alokasi seluruh dana riset akan dipusatkan di badan tersebut.
”Kami juga akan memaksimalkan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang sudah ada sehingga riset kita akan lebih efektif. Di samping itu, kami akan menyediakan dana abadi riset selain dana abadi pendidikan dan dana abadi kebudayaan,” kata Ma’aruf.
Namun, Sandiaga menilai badan riset nasional justru akan menambah birokrasi. Selama ini, hasil riset yang telah dilakukan tidak optimal dimanfaatkan.
Ma’aruf menyanggah hal itu. Dia melihat keberadaan badan riset bukan untuk membuat rumit terobosan riset di Indonesia. Justru, badan riset dapat mempersatukan lembaga-lembaga yang menangani riset sehingga lebih efisien.
”Kami akan mengikutsertakan semua pihak, terutama pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan dunia industri,” katanya.