Dapil DKI Jakarta 3, Wajah Baru Menggoyang Petahana
Delapan kursi anggota DPR dari daerah pemilihan DKI Jakarta 3 yang mencakup Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu akan diperebutkan oleh 115 calon anggota legislatif dari 16 partai politik. Enam calon wajah lama alias petahana akan bersaing dengan 110 wajah baru. Sekalipun baru, beberapa di antaranya memiliki modal popularitas dan kapasitas yang memadai.
Calon anggota legislatif (caleg) petahana itu, di antaranya, adalah Charles Honoris, Effendi Simbolon, dan Darmadi Durianto dari PDI-P. Kemudian ada Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Partai Gerindra), Ahmad Sahroni (Partai Nasdem), dan Adang Daradjatun (Partai Keadilan Sejahtera).
Dari enam caleg, lima di antaranya, yakni Charles Honoris, Ahmad Sahroni, Adang Daradjatun, Effendi Simbolon, dan Darmadi Durianto, terpilih menjadi anggota DPR dalam Pemilu 2014 dari daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta 3.
Sementara Rahayu Saraswati terpilih dari dapil Jawa Tengah 4 (Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Wonogiri). Baru pada 2019, Rahayu Saraswati berkontestasi di dapil DKI Jakarta 3 menggantikan kakaknya, Aryo Djojohadikusumo, yang terpilih pada Pemilu 2014 dari DKI Jakarta 3.
Namun, perjalanan para caleg petahana untuk bisa merebut kursi DPR dari dapil dengan jumlah calon pemilih sebanyak 3.011.028 orang itu diyakini tidak akan mudah. Apalagi di antara ratusan caleg baru, tak sedikit yang sudah memiliki modal popularitas, ditambah lagi disokong kapasitas yang memadai.
Sebut saja, misalnya, Yusril Ihza Mahendra, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), yang ikut bersaing di dapil DKI Jakarta 3. Yusril selama ini dikenal sebagai pengacara dan pakar hukum tata negara. Dia juga pernah menjabat menteri di tiga era presiden, yaitu di era presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid, presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, dan presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.
Ada pula Abraham Lunggana atau lebih dikenal dengan nama Haji Lulung, caleg Partai Amanat Nasional (PAN), yang pernah menjabat Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Sebelumnya, Lulung lama menjadi bagian dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Selain itu, ada nama Grace Natalie, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang pernah malang melintang sebagai jurnalis dan pembawa acara berita televisi.
”Persaingan di dapil DKI Jakarta 3 memang berat,” kata Grace saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (8/3/2019).
Apalagi, sebagai ketua umum, dia mesti membagi waktu antara mengurus dapil dan mesin partai secara nasional.
Kendati demikian, Grace tetap berusaha menyosialisasikan programnya, yakni melawan korupsi dan intoleransi kepada masyarakat di dapilnya. Dia pun intens bekerja sama dengan caleg DPRD DKI Jakarta yang juga maju dari PSI.
Ia melanjutkan, di sisa waktu kampanye, dirinya juga telah memetakan secara spesifik daerah-daerah yang memberikan respons positif pada program-program yang dikampanyekannya. Daerah dimaksud berada di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Daerah-daerah itu akan lebih intens didekati.
Baca juga :
Adu Jaringan Politik dan Popularitas di Dapil Kaya
Selain tatap muka, Grace fokus bergerak di media sosial. Berbeda dengan kampanye partai lain, PSI memilih cara berkampanye yang unik. Hal itu terlihat dari unggahan video di akun pribadi Grace, @gracenat. ”Ini salah satu cara kami untuk menampilkan kampanye yang beda dari partai lain,” ucapnya.
Menurut dia, khusus di kota besar seperti Jakarta, media sosial memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat. Hal itu terlihat dari sejumlah penelitian yang menyebutkan bahwa masyarakat perkotaan Indonesia dapat menghabiskan waktu 4-7 jam per hari berselancar di dunia maya.
Menyadari munculnya wajah-wajah baru yang tak bisa dipandang sebelah mata, petahana tidak berleha-leha.
Rahayu Saraswati atau akrab disapa Sara, misalnya, selain intens mengenalkan diri dengan turun langsung menemui masyarakat, juga intens kampanye di media sosial. Melalui akun Instagram @rahayusaraswati, Sara kerap mengunggah program kerja dan pandangannya terkait sejumlah isu sosial dan politik.
Dalam wawancara dengan salah satu televisi swasta, Sara dengan jelas mengatakan bahwa media sosial penting bagi politisi untuk mendapatkan perhatian konstituen. ”Tantangan utama dan pertama bagi politisi, terutama yang maju sebagai caleg, adalah perlu diketahui dan dikenal orang sebelum menjabarkan visi-misi dan program kerja,” ujarnya.
Charles Honoris, caleg petahana, turut merambah media sosial Youtube. Dengan 1.000 subscriber di saluran Youtube pribadinya itu, Charles mengunggah video yang bercerita tentang sukarelawannya hingga video panduan pemilu serentak pada 17 April 2019.
Namun, kata Charles, dia tetap memprioritaskan kampanye tatap muka dengan para calon pemilih di dapil DKI Jakarta 3. Selain itu, ia juga menyosialisasikan dirinya melalui spanduk, poster, dan baliho di tiap sudut dapil.
Baca juga :
Calon Anggota Legislatif Kian Intensifkan Kampanye Tatap Muka
”Politik itu dinamis. Apa saja bisa terjadi selama sisa masa kampanye (hingga 13 April 2019). Jadi, saya harus bekerja keras,” katanya.
Sementara Ahmad Sahroni mencoba gaya baru dalam menyosialisasikan dirinya, yaitu melalui kanal Youtube milik Ria Ricis dan sejumlah Youtuber lain.
Meski demikian, anggota Komisi III DPR ini menyatakan, strategi untuk menarik pemilih di dapil 3 adalah turun langsung ke masyarakat.
Baca juga :
Dapil DKI Jakarta 1, Wajah Lama Masih Bertahan?
Mengutip data dari Ahmad Sahroni Center (ASC), dia telah melakukan 129 kunjungan kepada masyarakat sebagai anggota DPR. Kunjungan itu dihitung sejak dirinya dilantik pada Oktober 2014. Kunjungan itu dilakukan dalam berbagai kegiatan, seperti reses, kunjungan kerja daerah pemilihan, dan sosialisasi empat pilar.
Petahana mendominasi
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Charta Politika pada 18 Januari hingga 25 Januari 2019 dengan jumlah sampel 800 responden di setiap dapil di DKI Jakarta, nama-nama caleg petahana masih berpeluang besar untuk bisa terpilih kembali. Khusus di DKI Jakarta 3, caleg petahana itu misalnya Charles Honoris, Darmadi Durianto, dan Rahayu Saraswati.
Baca juga:
Persaingan Sengit di Dapil Jakarta 2, Dapil Terkaya
Direktur Riset Charta Politika Indonesia Muslimin mengatakan, caleg petahana diuntungkan karena lebih dikenal melalui kerja-kerja mereka selama di DPR.
Oleh karena itu, jika para caleg baru ingin terpilih, mereka perlu menajamkan kembali cara-cara berkampanye agar dapat menciptakan diferensiasi dengan kompetitor mereka. Ini agar publik mudah mengenali mereka.
”Hal itu perlu dilakukan karena banyaknya nama caleg dan euforia pemilu mendatang lebih berfokus pada pemilihan presiden dan wakil presiden sehingga masyarakat sulit menentukan pilihan pada sosok caleg,” kata Muslimin.
Khusus bagi Yusril, Grace, dan Lulung, perjuangan meyakinkan hati pemilih tak sebatas di DKI Jakarta 3. Namun, perjuangan harus pula dilakukan di dapil lain. Pasalnya, jika mengacu hasil survei sejumlah lembaga survei, raihan suara partai mereka, PBB, PSI, dan PAN, belum aman dari jerat ambang batas parlemen, yaitu 4 persen dari jumlah suara sah nasional.
Jika ambang batas itu tak terlampaui pada 17 April 2019, mereka tidak akan bisa menjadi anggota DPR, berapa pun besarnya suara yang diperoleh dari DKI Jakarta 3. (DIONISIO DAMARA)