JAKARTA, KOMPAS — Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta bekerja keras mengajak warga DKI untuk aktif berperan dalam pemilahan sampah dari sumbernya. Gerakan pemilahan sampah yang digarap sejak dua tahun lalu ini dilakukan untuk menyiapkan warga menghadapi operasional pembangkit listrik tenaga sampah (intermediate treatment facility/ITF) di Sunter dan mengantisipasi kapasitas TPST Bantargebang yang dipastikan penuh ada 2021.
Djoko Irianto, Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rabu (20/2/2019), menjelaskan, saat ini Pemerintah Provinsi DKI tengah menyelesaikan pembangunan ITF. Langkah lain yang disiapkan dinas adalah menggerakkan warga Ibu Kota untuk berperan mengolah sampah dari sumbernya, utamanya dari rumah tangga.
”Jadi, kami ada program pemilahan sampah dari sumbernya, sebagai program strategis untuk menyiapkan masyarakat memilah sampah untuk kami bawa ke ITF. Jadi, nanti yang kami bawa ke ITF adalah sampah yang sudah terpilah, sampah yang sudah tidak bisa dimanfaatkan,” kata Djoko.
Dinas Lingkungan Hidup DKI melihat secara umum warga DKI belum terbiasa memilah sampah. Gerakan yang dipilih dinas, ujarnya, adalah dengan pendirian bank sampah yang mengajak warga memilah sampah dan akan diberi insentif.
Sesuai Instruksi Gubernur DKI Nomor 157 Tahun 2016, sudah disebutkan bahwa di setiap RW di DKI Jakarta harus terbentuk satu bank sampah. Dalam dua tahun terakhir, angka pertambahan bank sampah di Jakarta sudah mencapai 1.727 bank sampah.
Dari lima wilayah kota, bank sampah terbanyak ada di Jakarta Barat, sebanyak 753 bank sampah. Meski begitu, dinas mengevaluasi, masyarakat Jakarta masih membutuhkan sosialisasi intens mengenai pemilahan sampah dari sumbernya dan bimbingan terkait pemilahan sampah, yaitu sampah yang masih ada nilai ekonomis dan yang tidak, serta pemasaran hasil pilahan.