Prabowo: Kita Genjot Kelapa Sawit Menjadi Bahan Bakar
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan, ia akan menggenjot industri kelapa sawit untuk diolah menjadi bahan bakar guna mengatasi impor bahan bakar minyak yang sangat besar. Jika tidak dilakukan, Indonesia akan mengimpor 100 persen bahan bakar minyak dalam waktu dekat.
“Kita bisa manfaatkan kelapa sawit untuk jadi tambahan bahan bakar kita karena dalam waktu dekat kita akan jadi importir. Kita akan impor 100 persen bahan bakar minyak kita dan kita punya peluang (mengatasi) itu dari kelapa sawit,” kata Prabowo pada debat Pemilu Presiden 2019 di segmen kedua, Minggu (17/2/2019). Debat tersebut dilaksanakan di The Sultan Hotel and Residence, Jakarta.
Menurut Prabowo, sudah ada upaya pemerintah untuk memenuhi target biodiesel 20 persen atau B20. Namun, bila berkaca pada Brazil yang bisa mencapai biodiesel 90 persen (B90), menurutnya Indonesia mampu melakukan swasembada di bidang energi.
“Kita bisa manfaatkan semua produk sawit untuk biodiesel dan biofuel. Kita bisa tingkatkan pendapatan petani yang sedang jatuh. Kita bisa tingkatkan harga,” kata Prabowo.
Ia menambahkan, kesejahteraan petani kelapa sawit pun perlu ditingkatkan, salah satunya dengan pelaksanaan perkebunan inti rakyat (PIR). Pola PIR pun perlu diubah.
“Bukan lagi 80 persen untuk inti dan 20 persen untuk plasma. Kita harus lebih berani dari Malaysia. Kita tingkatkan plasmanya agar rakyat lebih punya hak atas kerja keras dan kebun mereka,” kata Prabowo.
Sementara itu, untuk menanggapi Prabowo, Joko Widodo mengatakan, produksi kelapa sawit di Indonesia sudah baik. Hal ini terbukti dari produksi sawit sebesar 46 juta ton per tahun dan melibatkan 16 juta petani. Ia menambahkan, pemenuhan target B20 sudah dimulai dan target sudah terpenuhi 98 persen.
“Artinya, B20 sudah rampung. Sekarang kita menuju ke B100 sehingga kita harapkan 30 persen dari total produksi kelapa sawit masuk ke biofuel. Ini sudah kita rencanakan secara rigid dan jelas. Ini kita kerjakan sehingga tidak ketergantungan dengan minyak impor,” kata Jokowi.
Menanggapi Jokowi, Prabowo pun mengakui usaha positif di pemerintahan era Jokowi di bidang energi tersebut. Menurutnya, usaha tersebut akan terus didukung dan akan dikoreksi bila ada kekurangan.
Prabowo menambahkan, untuk meningkatkan perkembangan di bidang energi, ia akan menggenjot produksi kelapa sawit, aren, singkong, hingga ethanol dari tebu. “Semua akan kita gunakan agar kita tidak mengimpor bahan energi dari luar negeri,” katanya.
Data dari Pertamina menyatakan, sepanjang 2018, produksi minyak mentah Indonesia hanya mencapai kurang dari 800 ribu barel per hari. Sedangkan, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada periode yang sama mencapai 1,5 juta barel sampai 1,6 juta barel per hari.
Minyak mentah Indonesia jika diolah menjadi bahan bakar minyak akan menghasilkan jumlah kurang dari 800 ribu barel. Dengan demikian, impor BBM Indonesia mencapai 700 ribu sampai 800 ribu barel per hari.