JAKARTA, KOMPAS – Publik menginginkan debat presidensial kedua diisi dengan materi pertanyaan yang lebih konkret dan tajam. Dengan pertanyaan yang secara jelas meminta kedua kandidat mengelaborasi program mereka, publik diharapkan bisa memeroleh gambaran yang lebih jelas tentang komitmen calon presiden dan calon wakil presiden terhadap sejumlah isu yang menjadi tema dalam debat presidensial kedua.
Terlebih lagi isu yang diusung menjadi tema debat presidensial kedua, yakni energi, pangan, sumber daya alam, lingkungan hidup, dan infrastruktur, sangat berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Komisi Pemilihan Umum (KPU) pun menggelar focus group discussion (FGD/diskusi kelompok terarah), Jumat (8/2/2019) di Jakarta, guna membahas b berbagai masukan dari publik terhadap panelis debat presidensial kedua.
Ketua KPU Arief Budiman mengatakan, berbeda dengan debat presidensial pertama, pada debat kedua ini KPU ingin lebih banyak menyerap aspirasi publik, elemen masyarakat sipil, dan pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan pertanyaan atau materi debat oleh panelis. Dengan demikian, panelis akan memeroleh wacana, dan khazanah yang lebih luas tentang tema-tema yang diusung di dalam debat. Selain itu, publik juga bisa berkontribusi dengan sumbang saran melalui FGD tersebut.
“Kami mengundang lembaga masyarakat sipil, unsur masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang terkait untuk memberikan masukan kepada panelis. Namun, penyusunan pertanyaan atau materi debat itu tetap dilakukan oleh panelis,” katanya.
Panelis dijadwalkan untuk menyusun pertanyaan sejak Jumat malam hingga Minggu ini. Pada Sabtu, mereka akan menandatangani pakta integritas bersama-sama dengan moderator guna menjamin kerahasiaan soal dan materi debat.
Debat kedua juga dirancang agar lebih menarik karena ada satu segmen khusus, yakni segmen keempat di mana para kandidat bisa saling bertanya, menimpali, atau mengomentari satu sama lain setelah menyaksikan tayangan video terkait dengan tema debat.
Direktur Eksekutif Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Henri Subagiyo yang turut dalam FGD mengatakan, pihaknya menyampaikan masukan mengenai pentingnya isu lingkungan tidak dibatasi hanya soal green issues, yang meliputi upaya pelestarian lingkungan, hutan, atau penghijauan, tetapi juga menyertakan pertanyaan-pertanyaan mendalam soal brown issues, yakni soal pertambangan, dan pencemaran lingkungan.
“Tidak terkecuali blue issues mengenai persoalan-persoalan lingkungan pesisir dan kelautan,” katanya.
Henri mengatakan, berkaca dari debat presidensial pertama, kedua kandidat masih sangat normatif dan umum dalam menjelaskan program mereka. Dalam debat kedua ini diharapkan para calon lebih eksploratif dalam memaparkan pandangan mereka.
Pengajar hukum lingkungan Univesitas Sahid Wahyu Nugroho mengatakan, yang saat ini ditunggu oleh publik ialah kejelasan komitmen kedua calon dalam tema-tema yang diusung. Dalam isu lingkungan hidup, misalnya, perlu dibahas pula sikap dan pandangan para calon terhadap risiko korupsi dalam pemberian izin tambang, serta upaya apa saja yang dilakukan para calon untuk mengatasi problem lingkungan yang berkelindan dengan kepentingan politik itu.