SOLO, KOMPAS — Walaupun di dalam konstitusi, Indonesia tidak disebut sebagai negara agama, ruang beragama di Indonesia sangat luas. Dasar negara, Pancasila, serta Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di dalamnya telah mengandung nilai-nilai yang seluruhnya senapas dengan ajaran agama Islam.
Hal itu diungkapkan TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) saat menyampaikan pidato kunci dalam acara diskusi dan bedah buku berjudul Ulama Bertutur tentang Jokowi: Jalinan Keislaman, Keumatan dan Kebangsaan di Solo, Jawa Tengah, Jumat (1/2/2019).
”Insya Allah berislam di Indonesia tidak akan mengalami split personality (kepribadian ganda), tidak terpecah antara keislaman dan kebangsaan. Tidak akan terpecah antara keberagamaan dan nasionalisme karena di Indonesia seluruh hal-hal penting yang menjadi fondasi kita ber-Indonesia itu selaras dan senapas dengan ajaran agama Islam,” kata Zainul Majdi.
Lebih lanjut Zainul Majdi mengatakan, di dalam konstitusi Indonesia tidak disebut sebagai negara agama, tetapi ruang beragama di Indonesia paling luas dibandingkan negara-negara lain. Ekspresi keberagamaan bagi umat Islam diberikan kesempatan seluas-luasnya. Demikian juga, bagi umat beragama lain.
”Kita sebagai seorang Muslim kemana pun pergi di Indonesia selalu ada rumah ibadah dimana kita bisa menyembah Allah. Kita punya masjid dan mushala terbanyak di dunia. Saudara-saudara yang non-Muslim pun juga ada ruang, ada kesempatan untuk bisa mendirikan rumah ibadah sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Maka, Indonesia walaupun bukan negara agama, ekspresi beragama kita di Indonesia ini diberikan kesempatan seluas-luasnya dan itu sudah kita nikmati selama ini,” katanya.
Zainul Majdi mengajak masyarakat bersyukur telah diwariskan khazanah kekayaan ber-Indonesia yang bisa mewadahi keragaman, kekayaan agama dan budaya di Nusantara. Karena itu, kebangsaan dan keindonesiaan harus dijaga lahir dan batin.
Zainul Majdi mengatakan, buku Ulama Bertutur tentang Jokowi : Jalinan Keislaman, Keumatan dan Kebangsaan ini menjawab dengan tuntas bahwa sosok Joko Widodo adalah seorang Muslim yang lahir dari keluarga Muslim dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik. Bahkan tanpa membaca itu sekalipun, keislaman Jokowi tidak diragukan lagi. Hal itu bisa dilihat dari rekam jejaknya yang panjang dan terdokumentasi dengan baik.
Penulis buku Ulama Bertutur tentang Jokowi: Jalinan Keislaman, Keumatan dan Kebangsaan, Mukti Ali Qusyairi, mengatakan, buku itu ditulis untuk menjawab isu negatif yang muncul sejak 2014 hingga saat ini seputar sosok Joko Widodo. Buku ini ditulis selama delapan bulan dengan narasumber ulama-ulama dari sejumlah daerah yang memberi kesaksian tentang sosok Jokowi.
”Buku ini dikasih judul Ulama Bertutur tentang Jokowi karena puluhan ulama berbicara dan memberi kesaksian bahwa Pak Jokowi itu adalah Muslim yang taat dengan nasionalisme yang tidak perlu diragukan,” katanya.