JAKARTA, KOMPAS – Perempuan dinilai memiliki peranan penting dalam menangkal hoaks karena karakter keseharian mereka yang umumnya aktif dalam komunitas dan kehidupan sosial. Pembekalan dan kesadaran yang ditanamkan kepada kelompok perempuan akan efektif untuk membangun literasi digital melawan ujaran kebencian, berita bohong, maupun fitnah yang berpotensi merusak kesatuan bangsa.
Kesadaran di kalangan perempuan itu menguntungkan, karena mereka akan dengan mudah menularkannya kepada keluarga, lingkungan terdekat, hingga masyarakat luar. Terlebih lagi bila kalangan perempuan yang tercerahkan dan memiliki kesadaran literasi digital itu berasal dari kalangan santri dan ulama yang aktif bergelut di dalam kehidupan sosial keagamaan.
Upaya untuk menumbuhkan kesadaran itulah yang disasar oleh Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dalam peringatan hari lahir organisasi kemasyarakatan itu, Minggu (27/1/2019) di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, salah satu bagian penting dari rangkaian acara harlah Muslimat ke-73 yang digelar di Jakarta ialah adanya deklarasi laskar muslimat antihoaks dan antiujaran kebencian. Deklarasi itu akan dilakukan dalam puncak acara, Minggu, yang rencananya dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Lebih dari 100.000 kader muslimat dari seluruh penjuru negeri akan hadir dalam peringatan harlah muslimat, yang sekaligus menggelar doa keselamatan untuk bangsa itu.
“Kami ingin membangun positive thinking (pemikiran positif), dan menghindari negative thinking (pemikiran negatif). Melalui deklarasi ini, kami menginginkan para nyai, ustadzah, mubalaghah yang terjun pada sedikitnya 5.960 majelis taklim, menjadi speaker (juru bicara) kami dalam membangun khusnudzon (prasangka baik),” kata Khofifah yang juga Gubernur Jawa Timur terpilih, dalam konferensi pers, Jumat (25/1/2019) di Jakarta. Hadir pula dalam konferensi pers itu, ketua panitia harlah muslimat ke-73 Yenny Wahid.
Para ustadzah, nyai, dan mubalaghah yang menjadi laskar antihoaks itu nantinya di lapangan akan mengajak keluarga, lingkungan terdekat, serta jamaah pengajian dan majelis taklimnya untuk selalu berhati-hati dalam membagi informasi melalui media sosial (medsos).
Para pemuka agama itu akan selalu mengingatkan warganya agar tidak terburu-buru membagi informasi yang belum jelas kebenarannya, dan mengutamakan untuk melakukan klarifikasi atas segala informasi yang diragukan kebenarannya.
Khofifah meyakini gerakan deklarasi antihoaks ini akan mampu menggerakkan jamaah dan massa akar rumput untuk lebih berhati-hati menyikapi informasi yang ramai berseliweran di medsos.
“Literasi digital sedang dilakukan di lingkungan muslimat. Daily life (kehidupan sehari-hari) NU itu ada di muslimat NU, karena pengajian-pengajian di lingkungan muslimat hampir setiap hari dilakukan di lapangan, tidak hanya saat hari-hari besar keagaman. Masing-masing pimpinan wilayah itu mengadakan pertemuan sebulan sekali. Oleh karenanya, bila gerakan ini telah dideklarasikan, dengan sendirianya akan diikuti oleh seluruh anggota muslimat,” katanya.
Energi spiritual
Yenny menambahkan, melalui harlah ke-73, PP Muslimat ingin menghadirkan sebuah energi spiritual yang menyejukkan di tengah-tengah suasana bangsa yang saat ini penuh dengan suasana panas dan ketegangan-ketagangan. Perempuan dalam hal ini memiliki kekuatan besar untuk mengubah dinamika di masyarakat, salah satunya dengan doa.
“Kami akan menghadirkan para perempuan di kalangan NU yang akan berdoa untuk keselamatan bangsa. Kegiatan ini terbuka untuk semua elemen, termasuk dari pemuka agama yang berbeda-beda. Kami undang seluruh masyarakat untuk berdoa bagi keselamatan bangsa,” kata Yenny.
Melalui kekuatan dan peran yang dipegang muslimat, Yenny meyakini akan ada perubahan sikap dan tumbuhnya kesadaran di antara kaum perempuan NU, dan warga NU pada umumnya agar tidak mudah tertipu oleh hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah. Warga perlu diajak menyadari bahaya hoaks yang tidak hanya merusak ketenteraman hidup berbangsa dan bernegara, tetapi juga bisa menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa.
“Fenomena hoaks ini bukan hanya di Indonesia, tetapi merupakan fenomena global. Oleh karenanya, Indonesia harus belajar dari bahaya hoaks, supaya kerusakan yang terjadi di negara-negara lain tidak terjadi di Indonesia,” katanya.
Perempuan, menurut Yenny, memainkan peranan penting, karena mereka yang kerap kali melakukan interaksi sosial, sehingga dengan demikian bisa memberikan imbauan, mengingatkan, atau menularkan kepada orang-orang terdekatnya bila ada informasi yang tidak jelas kebenarannya. “Dari interaksi-interaksi kecil yang dilakukan perempuan dengan lingkungan terdekat mereka diharapkan bisa mulai tumbuh kesadaran. Di sinilah pentingnya literasi digital di kalangan perempuan,” ujarnya.
Selain deklarasi laskar antihoaks, acara harlah juga akan diisi dengan penampilan 999 penari sufi, dan lantunan shalawat yang dinyanyikan oleh para habib dan ustadz, serta sejumlah pesohor, seperti Tompi dan Haddad Alwi. Ribuan kader muslimat dari berbagai daerah mulai mendatangi Jakarta sejak Jumat malam, hingga Sabtu dini hari.
Mereka berangkat dengan biaya transportasi dan akomodasi swadaya. Yenny mengatakan, penyelenggaraan acara harlah ke-73 Muslimat NU bisa terselenggara berkat kontribusi banyak pihak yang peduli.