JAKARTA, KOMPAS - Keputusan warga untuk tidak memilih dalam Pemilihan Umum serentak tahun 2019 bukanlah solusi yang tepat untuk menjawab beragam persoalan serta tantangan bangsa. Karena itu seluruh masyarakat usia pemilih, khususnya generasi muda, diajak untuk tetap menggunakan hak pilih pada hari pemungutan suara, 17 April mendatang.
Ajakan untuk tetap berpartisipasi dalam Pemilu disampaikan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto seusai bersilaturahim dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (25/01/2019).
“Kita harus memilih, tidak bisa memilih golput (golongan putih/tidak memilih) sebagai bagian dari solusi,” katanya.
Sunanto bersama sejumlah pengurus baru Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah bertemu dengan Wapres Kalla dalam rangka silaturahim kebangsaan. Selain memperkenalkan pengurus baru, pengurus PP Muhammadiyah datang untuk menyampaikan visi-misi serta program kerja.
Salah satu program utama Pemuda Muhammadiyah, saat ini, adalah mengawal serta mengontrol proses demokrasi. Bagaimana mendorong agar kualitas demokrasi terus meningkat.
“Minimal kami akan menggerakkan Pemuda Muhammadiyah agar tidak golput.” Ujar Sunanto menegaskan. Tak hanya itu, Pemuda Muhammadiyah juga mengajak generasi muda lain untuk tetap menggunakan hak pilihnya.
Ketidakpuasan terhadap performa pasangan kandidat, baik Joko Widodo-Maruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, semestinya tidak dijadikan alasan untuk golput. Sebab golput juga tidak akan bisa menjawab berbagai persoalan bangsa.
“Pilihan yang disodorkan peserta pemilu memang hanya dua, semua harus menerima realitanya. Jadi apapun yang dihadapi, kita mencari dan memilih yang terbaik,” tutur Sunanto.
Ajakan yang sama juga disampaikan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo. Menurut dia, golput bukanlah solusi yang tepat untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara.
Karena itu ia mengajak seluruh masyarakat untuk kembali melihat kandidat peserta pemilu, baik capres-cawapres maupun calon anggota legislatif di semua tingkatan. “Masih ada waktu sekitar dua bulan lebih bagi masyarakat untuk menimbang dan menilai para kandidat yang maju dalam pemilu,” kata Bambang.
Substansial
Sementara meski performa tidak bisa dijadikan alasan untuk golput, Pemuda Muhammadiyah tetap meminta kedua pasangan capres-cawapres untuk memperbaiki cara berkomunikasi pada saat debat kandidat. Materi yang disampaikan para kandidat dalam debat hendaknya lebih substansial, sesuai dengan harapan serta keinginan masyarakat.
“Saya kira perdebatan pertama agak garing ya, karena yang diinginkan bukan hanya menohok, tetapi juga sudah mulai substansial. Jadi perdebatan ke-dua itu semestinya lebih substansial,” kata Sunanto.
Baik Jokowi-Maruf maupun Prabowo-Sandiaga, semestinya tidak lagi saling serang perkara personal ataupu partai politik. Menurut Sunanto, akan lebih baik jika kedua pasangan itu mengangkat persoalan rakyat sekaligus menawarkan solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Tak hanya capres-cawapres, menurut Bambang, caleg juga dituntut untuk bisa meyakinkan masyarakat agar tidak golput. Salah satu caranya adalah dengan menghindari kampanye negatif, menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah. Akan lebih baik jika para caleg melakukan kampanye positif dengan menyampaikan program kerja serta solusi bagi berbagai persoalan rakyat.