Energi Terbarukan dan Tren Pembangkit di Masa Depan
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
Penggunaan energi fosil sebagai bahan bakar menjadi perhatian selama beberapa tahun terakhir akibat isu keberlanjutan planet. Dari batubara, minyak bumi, dan gas alam, sumber energi pertama yang paling sering menjadi sorotan pemerhati lingkungan.
Energi terbarukan menjadi tren baru kendati masih butuh langkah panjang untuk menerapkannya secara menyeluruh secara global. Oleh karena itu, pelaku industri asing masih meyakini, energi fosil masih mendominasi susunan jenis energi yang digunakan pada pembangkit listrik selama beberapa dekade ke depan.
Pelaku industri asing masih meyakini, energi fosil masih mendominasi susunan jenis energi yang digunakan pada pembangkit listrik selama beberapa dekade ke depan.
Chairman dan Chief Executive Officer General Electric (GE) John L Flannery dalam wawancara eksklusif bersama Kompas di Jakarta, Rabu (19/9/2018), menyampaikan, penggunaan pembangkit listrik dengan tenaga batubara akan menurun, begitu pula dengan tenaga nuklir dalam 30-40 tahun mendatang.
Adapun General Electric adalah sebuah perusahaan multinasional di bidang teknologi asal Amerika Serikat yang berdiri pada 1892.
”Penggunaan energi terbarukan akan meningkat dan menggantikan sumber energi tradisional. Meskipun demikian, penggunaan gas akan tetap sama, dengan sedikit pertumbuhan,” tutur Flannery.
Ia melanjutkan, Indonesia sedikit terlambat untuk beralih menuju penggunaan energi terbarukan dalam pembangkit listrik. Namun, target pemerintah untuk mencapai 23 persen penggunaan energi terbarukan pada 2025 membuat Indonesia bergerak dengan cepat.
Peluang untuk menambah akses listrik di Indonesia dan negara emerging countries (negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi) lainnya masih terbuka lebar. Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dinilai masih memiliki prospek yang besar.
General Manager Aero-derivative Business GE Power Aman Joshi menambahkan, penggunaan gas masih diminati karena lebih murah dari segi biaya, bersih untuk lingkungan, dan cepat ketika beroperasi.
Penggunaan gas masih diminati karena lebih murah dari segi biaya, bersih untuk lingkungan, dan cepat ketika beroperasi.
”Penggunaan turbin gas akan menghemat ratusan juta dollar AS bagi perusahaan pembangkit listrik,” tutur Joshi. Turbin gas aeroderivatif dari GE, misalnya, dapat membuat perusahaan beroperasi secara efisien karena mencapai tenaga maksimal dalam waktu kurang dari lima menit.
Saat ini, terdapat setidaknya 15 perusahaan yang menggunakan 56 mesin turbin gas aeroderivatif dari GE di seluruh Indonesia. Beberapa di antaranya Medco Power (Batam), PLN Jakabaring (Palembang), dan PLN Lombok Mobile Power Plant (Lombok Barat).
Vice President Power Services SNC-Lavalin Thomas Campbell dalam paparannya pada konferensi bertema ”Clean Energy Tren dalam Power Gen Asia 2018” mengatakan, minat negara-negara Asia Tenggara untuk menerapkan pembangkit listrik energi terbarukan telah ada, terutama dengan tenaga angin dan surya.
SNC-Lavalin adalah perusahaan asal Kanada yang bergerak di bidang teknologi dan konstruksi. Perusahaan tersebut juga memiliki teknologi di bidang energi bersih (clean power).
”Namun, hanya 45 persen proyek di ASEAN yang menguntungkan (bankable),” kata Campbell. Sebanyak 55 persen proyek sisanya tidak akan menguntungkan tanpa peran serta pemerintah setempat. Kondisi itu memengaruhi pembangunan pembangkit listrik dengan energi terbarukan di wilayah tersebut.
Hanya 45 persen proyek di ASEAN yang menguntungkan.
Masa peralihan
Peralihan penggunaan energi fosil menuju energi terbarukan membuat perusahaan harus beradaptasi. Beberapa perusahaan menawarkan inovasi pembangkit listrik dengan biofuel, ada juga yang memiliki produk digitalisasi pembangkit listrik.
Joshi mengatakan, GE menyambut baik pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk menggunakan biofuel pada pembangkit listrik di Indonesia. ”Kami akan segera membuat proposal untuk pemerintah sebab mesin turbin kami bisa beroperasi dengan biofuel,” ujarnya.
Managing Director Power Generation and Water Business ASEA Brown Boveri (ABB) Kevin Kosisko mengatakan, perusahaannya dapat menerapkan teknologi digital pada perusahaan pembangkit listrik. Digitalisasi dapat membuat perusahaan beroperasi secara efisien hingga 3-5 persen.
Digitalisasi dapat membuat perusahaan beroperasi secara efisien hingga 3-5 persen.