Teknologi Digital Jadi Solusi Permasalahan Bisnis Logistik
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi digital dipandang dapat mengatasi permasalahan yang sering dihadapi dalam bisnis logistik, yaitu ketidakpastian. Melalui bantuan teknologi digital, para pelaku usaha dapat memantau pengiriman barangnya sehingga dapat sampai di tujuan dengan aman.
Berdasarkan riset Bank Dunia dalam Logistics Performance Index, peringkat Indonesia naik dari posisi ke-63 pada 2016 menjadi ke-46 pada 2018. Meskipun demikian, permasalahan ketidakpastian masih belum terpecahkan. Co-founder dan Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Masita, mengatakan, ketidakpastian tersebut menyangkut keamanan barang dan waktu sampai di tujuan.
”Ketidakpastian tersebut membuat biaya logistik menjadi tinggi,” kata Zaldy saat ditemui di Jakarta, Senin (17/9/2018). Ia menambahkan, pungutan liar juga masih menjadi permasalahan yang dialami pengusaha logistik.
Ia mengatakan, pungutan liar di Indonesia terus bertambah banyak. Pungutan tersebut terjadi di jalan raya, bandara, pelabuhan, dan lain-lain. Selain itu, pungutan masih dilakukan oleh oknum-oknum dinas perhubungan dan lembaga pemerintah lain. Mereka menetapkan tarif tinggi sehingga membebani para pengusaha.
Penurunan nilai rupiah juga berpengaruh pada kenaikan tarif di pelabuhan. Hal tersebut terjadi karena tarif pelabuhan di Indonesia berdasarkan nilai dollar AS. Zaldy berharap pemerintah menetapkan tarif di pelabuhan sama dengan beberapa negara lain yang menggunakan mata uang lokal sehingga tidak berpengaruh pada kenaikan nilai dollar AS.
Untuk mengatasi permasalahan ketidakpastian, Zaldy bersama dengan Bryant Christanto mendirikan Paxel, perusahaan rintisan (start up) di bidang logistik. Perusahaan ini telah berdiri sejak November 2017.
Zaldi mengatakan, Paxel merupakan perusahaan rintisan karena baru berdiri, tetapi memiliki pendekatan yang berbeda. ”Paxel tidak mengejar peringkat yang tinggi agar mendapat investor, tetapi lebih mengutamakan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan,” ujarnya.
Cara kerja Paxel menerapkan sistem estafet sehingga tidak membebani mitra kurir (hero). Brand Happiness Hero dari Paxel, Alexander Zulkarnain, menjelaskan, seorang mitra kurir cukup mengambil paket dari pelanggan dan menaruhnya di pengumpan (feeder) Paxel terdekat.
Selanjutnya, ada mitra kurir lain yang mengambil paket tersebut dan mengirimkan ke tempat tujuan. ”Sistem kerja ini tidak akan membuat mitra menjadi kelelahan karena cukup bekerja di satu wilayah sehingga kepastian sampai tujuan dengan aman didapatkan oleh pelanggan,” kata Alexander.
Alexander mengatakan, para mitra kurir sangat diandalkan oleh Paxel karena mereka menguasai satu wilayah. Selain itu, mereka dapat menjalin hubungan keakraban dengan pelanggan di satu wilayah. Oleh karena itu, para mitra dituntut untuk menjaga sikap dan berdedikasi pada pekerjaannya.
Untuk memastikan keadaan barang tersebut, konsumen dapat mengecek secara langsung posisi paket yang dibawa oleh mitra kurir. ”Para pelanggan juga dapat mengatur waktu pemesanan dan mengubah jadwal pengambilan barang,” katanya.
Ia menambahkan, untuk wilayah Jabodetabek, Paxel memberikan jaminan waktu delapan jam sampai tujuan, sedangkan untuk wilayah Bandung diberikan jaminan waktu pengiriman pada hari yang sama. Apabila paket tersebut melebihi delapan jam atau sampai pada hari yang berbeda, Paxel mengembalikan uang yang telah dibayarkan oleh pelanggan.
Dedikasi
Alexander mengatakan, sistem kerja yang dibangun oleh Paxel diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan ketidakpastian dalam pengiriman logistik. ”Sistem tersebut dikendalikan melalui teknologi digital sehingga dapat terkontrol dengan baik,” ujarnya.
Melalui sistem tersebut, mitra kurir dapat berdedikasi pada pekerjaannya. Mereka telah dilatih agar memberikan kenyamanan kepada pelanggan.
Salah satu mitra kurir dari Paxel, Apin (19), membenarkan hal tersebut. Ia berusaha agar dapat mengambil barang dari pelanggan dan mengirimkan kepada pengumpan Paxel secepatnya.
Agar dapat terhubung antara satu mitra kurir dan yang lain, dibutuhkan komunikasi yang baik agar tidak terhambat di satu titik pengumpan. Mitra kurir yang mengambil paket di pengumpan Paxel juga perlu melihat posisi orang pertama yang mengambil paket dari pelanggan.
Kerja sama tersebut juga dilakukan oleh tim yang bekerja di kantor Paxel. Mereka saling mengontrol agar barang tersebut dapat sampai di tujuan dengan aman.
Menurut Alexander, dengan peningkatan pelayanan logistik, ekonomi di Indonesia dapat terus berkembang. ”Kemajuan di bidang logistik dapat membuat ekonomi semakin merata dan setiap orang memiliki peluang untuk menciptakan peluang usaha baru,” katanya.
Zaldy mengatakan, sebagian besar pelanggan Paxel merupakan pelaku usaha kecil dan menengah. Dalam waktu dekat, Paxel akan membuka pelayanan di Semarang. Alexander menambahkan, target Paxel adalah dapat membuka pelayanan di Pulau Jawa dan Bali.