Kala Jaringan Aktivis Kamboja Diserang Peretas China
Oleh
Benny D Koestanto
·4 menit baca
Sebulan lalu putri seorang pemimpin partai oposisi Kamboja yang dipenjara menerima email dari seorang aktivis yang tampak baik dari sebuah organisasi nonprofit Kamboja ternama. Berminggu-minggu, si pengirim mendorong Monovithya Kem -nama sang putri- untuk membuka lampiran yang dideskripsikan sebagai berisi pertanyaan wawancara. Namun Kem mencurigai ada perangkap yang dibuat oleh peretas Kamboja yang mencari akses ke komputernya. Rupanya penyelidikan oleh firma riset keamanan California, FireEye, mengungkapkan Kem berada di antara beberapa orang Kamboja yang kemungkinan ditargetkan oleh “aktor” yang jauh lebih tangguh: China.
FireEye pada Rabu (11/7/2018) menyatakan telah menemukan bukti bahwa tim peretas China yang dipercaya terkait dengan Beijing telah berhasil menembus sistem komputer milik komisi pemilihan Kamboja, pemimpin oposisi dan media dalam bulan-bulan menjelang pemilihan 29 Juli di Kamboja. Peneliti tidak dapat segera mengatakan apakah ada data yang telah dicuri atau diubah. Kementerian Luar Negeri China sendiri telah menolak tuduhan ini. Meskipun FireEye tidak menemukan bukti bahwa peretas China bekerja untuk mempengaruhi pemilihan di Kamboja dalam mendukung partai yang berkuasa, pengungkapan itu mungkin menimbulkan muramnya bayangan geopolitik atas kritik pemilu yang sudah diduga bakal tidak akan bebas dan adil.
Perdana Menteri Hun Sen, salah satu penguasa terlama di dunia dan sekutu kuat Beijing, menghadapi apa yang diperkirakan para analis bakal menjadi pertarungan ketat sebelum dia memenjarakan pemimpin oposisi Kem Sokha tahun lalu. Hun Sen menuduhnya sebagai sebuah pengkhianatan. Setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) menarik dukungan mereka untuk pemilihan, China pun masuk dan menyumbangkan 20 juta dollar AS kepada Komite Pemilihan Nasional Kamboja. Hal itu diungkapkan sendiri oleh Hang Puthea, jurubicara badan itu. China juga tahun lalu menjanjikan 100 juta dollar AS untuk bantuan militer.
Kem, putri Kem Sokha dan seorang pejabat di Partai Penyelamatan Nasional Kamboja yang sekarang dibubarkan, mengatakan bahwa dia sering menjadi sasaran para peretas Kamboja di masa lalu. Namun penyingkapan potensi keterlibatan Tiongkok tetap saja mengejutkannya.
“Untuk tahu ada kelompok asing yang secara khusus mencoba mendapatkan informasi dari saya itu menakutkan,” kata Kem melalui telepon dari Washington, tempat dia bermarkas. “Apa yang kamu hadapi tiba-tiba lebih besar.”
Kepala analisis cyberspying FireEye, Benjamin Read, mengatakan file-file malware yang dikirim ke target-target Kamboja dilacak oleh timnya ke server yang dioperasikan oleh grup peretasan China, TEMP.Periscope. Di server peretas, para peneliti FireEye menemukan catatan yang menunjukkan bahwa kelompok itu telah mengkompromikan komisi pemilihan Kamboja dan beberapa kementerian Kamboja. Log akses server dalam satu contoh yang ditelusuri ke alamat IP di Pulau Hainan selatan di China, kata Read, yang mendeskripsikan TEMP.Periscope sebagai kelompok hacking China yang paling aktif kedua yang ditemukan oleh FireEye.
FireEye mengatakan kelompok itu tampaknya terkait negara karena tampaknya mencari informasi yang akan menguntungkan pemerintah China. “Mereka tidak mencari nomor kartu kredit dari nomor rekening bank, namun mereka pergi untuk informasi yang berguna bagi pemerintah,” kata Read. “Kami melihat mereka menggunakan infrastruktur yang sama untuk menargetkan pemerintah Kamboja dan perusahaan swasta. Ini menunjukkan bahwa pemerintah China tidak menarik garis antara spionase politik versus spionase komersial.”
FireEye sebelumnya telah menemukan bahwa TEMP.Periscope mencari teknologi maritim dari AS dan perusahaan pertahanan Eropa dan lembaga lain dengan proyek di Laut China Selatan yang diperebutkan. Namun Kementerian Luar Negeri China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak mengetahui TEMP.Periscope dan dengan tegas menentang peretasan sebagai sebuah prinsip umum. “China menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memerangi ancaman atas keamanan siber atas dasar yang saling menghormati, setara dan saling menguntungkan,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China.
Komisi pemilihan Kamboja sendiri mengaku menyadari laporan tentang peretasan itu. Menurut juru bicara komisi itu, Hang, lembaganya telah mengajukan keluhan hukum kepada pemerintah Kamboja.
Namun juru bicara pemerintah Kamboja, Phay Sophana, mengatakan pihaknya tidak mengetahui adanya kasus spesifik dari serangan peretasan terhadap badan-badan negara. Ia menambahkan Kamboja akan melindungi data daringnya, terutama yang berkaitan dengan keamanan nasional, pemilihan dan masalah keuangan. (AP)