Lobi politik menyambut Pilpres 2019 terus dilakukan. Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia mengusulkan nama cawapres untuk Jokowi, Sementara Yudhoyono bertemu dengan Airlangga.
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah kelompok kepentingan, seperti parpol dan ormas, semakin intens mengusulkan nama untuk dijadikan calon wakil presiden pendamping Presiden Joko Widodo pada Pemilu 2019. Usulan itu, antara lain, diajukan Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.
Pada Selasa (10/7/2018), Ketua Umum Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Ahmad Muqowwam, Sekretaris Jenderal IKA PMII Hanif Dakhiri, dan sejumlah pengurus lain, menemui Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor. ”Tadi kami sempat menyampaikan usulan kriteria cawapres (pendamping Jokowi), yakni kader NU dan Alumni PMII,” kata Muqowwam saat dihubungi seusai pertemuan.
Muqowwam tidak bersedia menyampaikan, siapa yang merek usulkan. Namun, kader NU yang juga alumni PMII yang telah menyatakan kesiapan mendampingi Jokowi adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Muhaimin bahkan sudah meresmikan posko kemenangan Jokowi-Muhaimin yang disingkat JOIN pada awal April lalu.
Politisi PKB, Jazilul Fawaid, menegaskan, partainya kemungkinan besar tetap ada di kubu Jokowi meski Muhaimin tak dipilih menjadi cawapres. ”Partai lain baru sebatas mendukung (Jokowi), PKB bahkan sudah bergerak. Kami akan terus dukung,” ujarnya.
Membuka opsi
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, partainya masih membuka opsi memunculkan capres/cawapres selain Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Namun, opsi untuk bergabung dengan koalisi Jokowi atau Prabowo juga belum ditutup. ”Tiga-tiganya mungkin dan sekarang sedang kami matangkan,” kata Yudhoyono sebelum menerima kunjungan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, kemarin, di rumahnya.
Airlangga, yang mengenakan batik biru, datang ke kediaman SBY sekitar pukul 17.00. Pertemuan keduanya berlangsung tertutup sekitar satu jam.
Seusai pertemuan, saat ditanyakan, apakah pertemuan itu untuk mengomunikasikan keinginannya menjadi cawapres pada Pemilu 2019, Airlangga menjawab, ”Ini kita mau komunikasikan dengan beliau (Yudhoyono).”
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan, yang mendampingi SBY dalam pertemuan, mengatakan, soal Pilpres 2019 mendominasi pembicaraan antara Yudhoyono dan Airlangga. ”Tapi semuanya masih lepas, saling bertukar informasi,” ujarnya.
Wakil Sekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik menduga keinginan Airlangga bertemu Yudhoyono menunjukkan Golkar sedang mempertimbangkan opsi lain jika Airlangga tidak dipilih menjadi cawapres pendamping Jokowi.
Sementara yang dilakukan Demokrat yang membuka komunikasi dengan Golkar, menurut dia, adalah upaya Demokrat memunculkan figur alternatif. ”Setiap usaha memunculkan figur baru harus dihargai karena itu tugas dari partai dan upaya memenuhi hak warga mendapatkan pemimpin alternatif,” tambahnya.
Wakil Sekjen PDI-P Eriko Sotarduga mengatakan, hal yang wajar jika ada partai yang berupaya mendekati partai yang telah mendukung Jokowi untuk berkoalisi mengusung capres di luar Jokowi.
Namun, dia yakin siapa pun cawapres yang dipilih Jokowi, koalisi tetap solid. Sebab, dari pembicaraan antarpartai pendukung Jokowi sudah ada komitmen untuk sama-sama memenangkan Jokowi.
Ketua DPP PDI-P Hendrawan Supratikno mengatakan, figur cawapres dari Jokowi sudah mengerucut hingga tinggal tiga sampai lima nama. Nama-nama itu hanya diketahui Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Jokowi.