Kumpulan pemain Kroasia yang rendah diri menjelma menjadi pasukan perkasa penghancur tim kaliber juara dunia seperti Argentina. Pelatih Tim Nasional Kroasia Zlatko Dalic (51) memoles skuad “Lidah Api” dengan menaruh kepercayaan penuh kepada para pemainnya.
Hasilnya pun terbayar di Piala Dunia Rusia 2018. Kroasia, yang tergabung dalam Grup D, memenangkan pertandingan perdana melawan tim kuat Afrika, Nigeria, pada 17 Juni dengan skor 2-0. Namun, yang paling mencengangkan dunia adalah saat Kroasia menggulung skuad "Tango" Argentina tiga gol tanpa balas, Jumat dini hari WIB.
Pada laga di Stadion Nizhny Novgorod itu, megabintang Argentina Lionel Messi, yang garang bak singa saat berlaga bersama Barcelona, dibuat tak berkutik. Deretan juru gedor tim "Tango" lainnya yang tak kalah mentereng pun tidak mampu menembus gawang Kroasia.
Hasil itu mengingatkan kita ketika Kroasia menghantam tim kuat lain, Jerman, pada Piala Dunia 1998 di Perancis dengan skor 3-0 juga. Kekalahan Argentina itu sekaligus tercatat sebagai kekalahan terbesar tim tersebut pada fase grup Piala Dunia sejak tahun 1958.
Atas hasil itu, Kroasia pun menduduki peringkat teratas grup D dengan mengantongi enam poin. Kroasia sekaligus memastikan tiket ke perdelapan final. Tak heran jika label sebagai tim Kroasia terbaik sejak 1998 disematkan kepada para pemain asuhan Dalic itu.
Sejauh ini, Dalic memegang peran kunci moncernya permainan Kroasia pada Piala Dunia 2018. Apa rahasianya sehingga Kroasia mampu bermain apik pada laga-laga grup D? Dalic menyingkap taktik yang diterapkannya.
“Kami memadukan semangat pemain muda dengan pengalaman. Kroasia adalah tim yang sangat baik. Mereka pemain klub-klub besar dan masih muda,” ujarnya.
Gelandang Luka Modric dan Mateo Kovacic, misalnya, bergabung dengan klub Real Madrid. Sementara, Ivan Rakitic adalah gelandang Barcelona. Ada pula Ivan Perisic (Inter Milan) dan Mario Mandzukic (Juventus).
“Wajar jika harapan terhadap kami sangat tinggi. Kami pun berharap kepada diri sendiri untuk bermain lebih baik daripada tim-tim lain,” ucap Dalic seraya menambahkan tak mau membatasi kreativitas para pemain yang menjadi keunggulan utama mereka. Kroasia punya gaya bertanding sendiri dengan bermain ofensif.
Dalic menimba pengalaman dengan menjadi asisten Drazic Ladic yang melatih timnas Kroasia U-21. Kepemimpinan Dalic diuji saat melatih timnas Kroasia pada babak kualifikasi Piala Dunia 2018. Dalic mulai meraih kepercayaan ketika mengantar Krosia menang melawan Ukraina dengan skor 2-0.
Laga tersebut berlangsung hanya dua hari setelah Dalic ditunjuk sebagai pelatih. Dalic menjamin Kroasia meraih tiket play off melawan Yunani. Kepercayaan terhadap Dalic kian besar kala Kroasia lolos ke putaran final di Rusia setelah meraih kemenangan gemilang dengan skor 4-0.
Menurut Ketua Federasi Sepak Bola Kroasia Davor Suker, penunjukan Dalic sebagai pelatih timnas pada akhir Oktober 2017 awalnya dianggap perjudian. "Pertaruhan" itu disebabkan kekosongan pelatih setelah Ante Cacic dipecat lantaran hasil buruk timnas Kroasia yang terus berlanjut.
Dalic tak mau mengisi kekosongan itu sebagai formalitas belaka. Jika Kroasia tak lolos ke Piala Dunia 2018, Dalic menyatakan siap berhenti atas keinginan sendiri. Dalic menjadi pelatih sebagai bentuk terapi kejut. Para pemain Kroasia saat itu bahkan tak punya kepercayaan diri untuk lolos ke Piala Dunia 2018.
Mantan gelandang itu hadir untuk mendongkrak semangat timnas Kroasia yang merosot. Awal yang baik pada Piala Dunia 2018 menjadi pembuktian Dalic untuk merebut kepercayaan penuh rakyat Kroasia.
Konsistensi Dalic untuk menjadi pelatih sudah terlihat saat menjadi pemain. Sejak usia 25 tahun, Dalic rutin mencatat hasil latihannya di buku. Dalic juga menambah pengalaman dengan melatih klub Arab Saudi, Al-Faisaly, dan klub Uni Emirat Arab, Al Ain. Selain itu, Dalic membina klub Arab Saudi, Al Hilal, yang menjuarai Piala Raja Arab Saudi. (AFP/REUTERS)