Pascaletusan Freatik Merapi Ketiga, Warga Mengungsi
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO dan ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Gunung Merapi kembali meletus secara freatik untuk ketiga kali, Senin (21/5/2018) malam. Kali ini diikuti dengan hujan abu di sejumlah wilayah yang berada di sekitar lereng gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal itu mengakibatkan sejumlah warga yang berada di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DIY, untuk sementara waktu mengungsi di balai desa.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan mengatakan, erupsi freatik ketiga itu terjadi pada pukul 17.50 dengan durasi sekitar 3 menit. Tinggi asap yang mengepul akibat letusan itu tidak terlihat karena tertutup kabut.
Kejadian itu disusul dengan hujan abu. Makwan menceritakan, para warga kemudian mengevakuasi diri secara mandiri mulai pukul 18.30 ke Balai Desa Glagaharjo. ”Karena rumahnya terlalu dekat, mereka merasa tidak aman. Jadi mereka mengungsi dulu untuk malam ini ke Balai Desa Glagaharjo,” kata Makwan.
Dia menyampaikan, hingga pukul 20.00, terdapat 200 warga mengungsi di balai desa tersebut. Adapun warga yang mengungsi itu sebagian besar terdiri dari kaum usia lanjut, anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Mereka adalah warga yang tinggal di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, Srunen, dan Singlar. Ia menambahkan, beberapa warga yang belum diketahui jumlahnya juga sudah berada di titik kumpul yang terdapat di masing-masing dusun.
Terkait adanya pengungsi, Kepala Desa Glagaharjo Suroto membenarkan hal tersebut. Jumlahnya bertambah dari sekitar 200 orang menjadi 385 orang pada pukul 21.47.
”Ini agar para warga merasa nyaman. Mungkin mereka masih ada yang agak takut karena tadi diikuti suara gemuruh. Tetapi, sekarang mereka sudah kembali tenang,” kata Suroto, saat dihubungi, Senin malam.
Ia menambahkan, untuk warga yang menginap, pihak pemerintah desa juga telah menyiapkan logistik untuk sahur bagi warga yang berpuasa. Ia berharap agar tidak terjadi letusan-letusan susulan sehingga besok warga sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa.
Makwan menyampaikan, tindakan yang telah dilakukan pihak BPBD Sleman adalah membagikan masker kepada warga. Ia juga mengimbau warga agar tidak panik karena status Gunung Merapi masih normal.
Selain Balai Desa Glagaharjo, ada tempat lain yang juga telah disiapkan sebagai tempat pengungsian, yaitu Barak Gayam. Barak tersebut terletak di Desa Argomulyo dan berjarak sekitar 1,5 kilometer dari Balai Desa Glagaharjo. Kapasitas yang dimiliki barak itu sekitar 400 orang.
Di Wonokerto, Turi, Sleman, hujan abu juga terjadi. Kepala Desa Wonokerto Tomon Haryo Wirosobo mengatakan, hujan abu terjadi dengan intensitas yang kecil. Posko yang terdapat di balai desa pun diaktifkan atas kejadian itu.
Namun, ia tetap mengimbau masyarakat agar tenang dan jangan panik. Hal itu dikarenakan status Merapi yang masih normal hingga pukul 21.19.
Sementara itu, pengungsian juga terjadi di lereng Merapi sebelah timur. Sebanyak 362 warga Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengungsi ke tempat pengungsian sementara di Tlogolele, Senin malam. Warga mengungsi karena khawatir letusan freatik Gunung Merapi yang terjadi hingga tiga kali.
Kepala Pelaksana BPBD Boyolali Bambang Sinungharjo mengatakan, Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, masuk kawasan rawan bencana III Gunung Merapi. Sebanyak 362 anak-anak dan dewasa mengungsi ke tempat pengungsian sementara Desa Tlogolele.
”Warga mengungsi malam ini. Mereka khawatir karena tadi ketika terjadi letusan freatik terdengar gemuruh. Saat ini kondisi di Tlogolele aman,” kata Bambang di Selo, Boyolali, saat dihubungi dari Solo, Senin malam.
Bambang mengatakan, hujan abu tipis terjadi di wilayah Tlogolele setelah terjadi letusan freatik ketiga. Letusan ketiga itu terjadi selama 3 menit. BPBD Boyolali telah membagikan 6.000 masker kepada warga di lereng Merapi di Selo setelah terjadi letusan freatik pertama, Senin. Malam ini, BPBD Boyolali menyiapkan bantuan logistik bagi para pengungsi.
”Warga memilih mengungsi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Status Gunung Merapi berdasarkan informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi saat ini normal,” katanya.