Minggu Kedua Ganjil-Genap, Kendaraan Pribadi Diharapkan Makin Menurun
JAKARTA, KOMPAS — Penerapan uji coba pembatasan kendaraan melalui mekanisme pelat nomor ganjil-genap di ruas Jalan Tol Jakarta-Tangerang dan Jagorawi pada minggu kedua diharapkan dapat lebih mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang melintas pada jam sibuk, yaitu pukul 06.00-09.00.
Penambahan jam pemberlakuan ganjil-genap di ruas Jalan Sudirman-MH Thamrin, Jakarta, dinilai akan membantu mengurai kepadatan lalu lintas.
Kepala Bagian Humas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Budi Rahardjo mengatakan, pada minggu kedua uji coba ganjil-genap, kepadatan lalu lintas di ruas Jalan Tol Tangerang dan Jagorawi diprediksi semakin menurun dibandingkan minggu pertama.
”Kalau melihat dari kecenderungan yang terjadi di ruas Tol Jakarta-Cikampek, pada minggu kedua biasanya kepadatannya akan semakin menurun,” ujar Budi saat ditemui di Jakarta, Senin (23/4/2018).
Seperti yang diberitakan sebelumnya, uji coba pelaksanaan sistem ganjil-genap di dua ruas tol itu diterapkan di tiga gerbang tol, yaitu Cibubur 2 untuk ruas Jagorawi serta di Tangerang 2 dan Kunciran 2 di ruas Tol Tangerang. Pelaksanaan sistem itu berlangsung pukul 06.00-09.00.
Bersamaan dengan itu disediakan lajur khusus bus. Di ruas Tol Tangerang juga dilakukan pembatasan kendaraan berat pada waktu yang sama. Adapun di ruas Tol Cikampek, kebijakan tersebut diuji coba sejak 12 Maret.
Pada saat penerapan kebijakan ganjil-genap, jumlah kendaraan yang melintas di Gerbang Tol Cibubur 2 menurun 28,39 persen daripada hari normal sebanyak 7.719 kendaraan menjadi 5.528 kendaraan.
Adapun di Gerbang Tol Kunciran 2 dan Tangerang 2 (Kebon Nanas) penurunan jumlah kendaraan yang melintas sebesar 26,03 persen dari yang sebelumnya 6.738 kendaraan menjadi 4.984 kendaraan.
”Penambahan jam ganjil-genap di jalan arteri DKI dari yang semula pukul 07.00-10.00 menjadi pukul 06.00-10.00 juga diharapkan membantu mengurai kepadatan. Selama ini karena ada selisih satu jam, ada kepadatan di Cawang, saat pertemuan arus kendaraan dari Tol Cikampek dan Jagorawi. Di sana mungkin ada kendaraan yang lolos ganjil-genap karena ada selisih satu jam, masyarakat bisa berangkat pukul 05.00. Kalau sudah sama jamnya (mulai pukul 06.00), masyarakat harus berangkat lebih pagi, misalnya pukul 04.00,” ujar Budi.
Lebih terasa
Budi mengakui, uji coba kebijakan ganjil-genap di ruas Tol Jagorawi lebih dirasakan dampaknya dibandingkan di Tol Tangerang. ”Kalau di Tol Tangerang masih terlihat ada sedikit kemacetan dan cenderung padat,” katanya.
Budi menyampaikan, kepadatan yang terjadi di ruas Tol Tangerang disebabkan beberapa hal, antara lain, adanya kendaraan berat yang melintas meski sudah dilarang, ruas jalan yang menyempit, dan sirkulasi yang tersendat di pintu keluar Tol Tomang.
”Penumpukan kendaraan di pintu keluar Tomang salah satunya disebabkan traffic light (alat peraga lalu lintas). Durasi waktu lampu hijaunya terlalu pendek. Idealnya di sana harus ada pengaturan sirkulasi,” tutur Budi.
Penumpukan kendaraan di pintu keluar Tomang salah satunya disebabkan traffic light (alat peraga lalu lintas). Durasi waktu lampu hijaunya terlalu pendek.
Sementara itu, di ruas Tol Jagorawi, permasalahan saat uji coba yang ditemui, yaitu keluhan masyarakat, terkait ketersediaan bus premium yang dinilai belum memadai. Pada hari pertama uji coba dijumpai aksi demonstrasi dari beberapa sopir bus lokal nonpremium.
”Untuk bus premium yang berangkat dari Gerbang Tol Cibubur 2 saat ini jumlahnya 61 unit. Sebanyak 31 bus sudah tersedia sebelum kebijakan uji coba ganjil-genap, sementara 22 bus lainnya merupakan tambahan saat uji coba berlaku,” kata Budi.
Bus-bus tersebut terdiri dari beberapa operator, seperti Sinar Jaya (14 bus), PPD (6 bus), Lorena (12 bus), Big Bird (5 bus), dan Cemerlang Sejahtera (24 bus). Bus tersebut berangkat dari beberapa tempat, yaitu Harvest City, Kota Wisata, Kota Legenda, Metland Transyogi, Citra Grand, Cibubur Country, dan Cibubur Junction.
Adapun tujuan bus-bus tersebut yaitu Blok M, Mangga Dua, Grogol, Thamrin City, Mega Kuningan, Sudirman, Kemang, Pasar Baru, dan FX Sudirman.
”Kalau aksi demonstrasi saat itu karena kesalahpahaman dari sopir bus-bus lokal nonpremium yang mengira kehadiran bus premium akan mengurangi penumpang mereka, padahal segmennya berbeda. Kalau bus premium itu dari titik ke titik tidak boleh menaikturunkan penumpang di jalanan, sementara bus nonpremium boleh,” ujar Budi.
Budi mengatakan, BPTJ menjamin bus premium tidak akan menaikturunkan penumpang di jalan. Jika ditemukan bus premium yang melanggar, sanksi seperti pencabutan rute dapat dijatuhkan.
BPTJ menjamin bus premium tidak akan menaikturunkan penumpang di jalan. Jika ditemukan bus premium yang melanggar, sanksi seperti pencabutan rute dapat dijatuhkan.
Menurut Budi, pengusaha bus premium saat ini tengah optimistis menatap kebijakan ganjil-genap. ”Misalnya di Tol Cikampek, target harian bus premium Royal Trans itu sudah hampir tercapai. Target mereka 1.000 penumpang per hari, kini sudah 900 penumpang per hari. Ini di luar ekspektasi mereka karena masih tahap uji coba,” katanya.
Budi mengatakan, target utama pemberlakuan kebijakan ganjil-genap di tol adalah untuk mengedukasi sekaligus mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum. Terlebih dalam waktu dekat, transportasi massal lainnya, yaitu kereta ringan (LRT) dan transportasi massal cepat (MRT) sudah mulai beroperasi.
Tidak rugi
AVP Corporate Communication PT Jasa Marga (Persero) Tbk Dwimawan Heru melalui siaran persnya mengatakan, kebijakan ganjil-genap yang berlaku di ruas Tol Jagorawi dan Tangerang tidak berpengaruh siginifikan terhadap pendapatan PT Jasa Marga.
”Jasa Marga menyimpulkan bahwa kebijakan (ganjil-genap) tidak berdampak pada pendapatan Jasa Marga. Hal itu karena telah terjadi pendistribusian kendaraan baik secara waktu kedatangan maupun lokasi gerbang masuk,” ujar Heru.
Heru menyampaikan, di ruas Tol Jagorawi penurunan lalu lintas harian (LHR) sejak 16-19 April hanya 0,80 persen. Hal itu salah satunya disebabkan peningkatan jumlah kendaraan yang melintas di Gerbang Tol Cimanggis sebagai rute peralihan dari yang biasanya melintas 9.649 kendaraan menjadi 10.774 kendaraan atau naik 11,6 persen.
Adapun di ruas Tol Tangerang, kebijakan ganjil-genap tidak memengaruhi pendapatan Jasa Marga karena terjadi peningkatan LHR sebesar 1,36 persen. Hal itu disebabkan oleh pengguna tol yang lebih memilih berangkat lebih awal atau melalui gerbang tol lain.