Meliburkan Sekolah Saat Asian Games Malah Tambah Kemacetan
Oleh
DD06
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wacana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meliburkan sekolah saat Asian Games 2018 dinilai tidak akan efektif mengurangi kemacetan. Justru kemacetan bisa bertambah di area sekitar pertandingan karena anak sekolah ditugaskan menjadi penonton.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyampaikan akan meliburkan siswa di Jakarta selama perhelatan Asian Games pada 18 Agustus-2 September 2018. Selama libur, para siswa diminta menonton pertandingan untuk menambah kemeriahan acara.
Meliburkan sekolah dinilai dapat mengurangi kepadatan arus lalu lintas hingga 30-35 persen. Hal itu untuk memenuhi syarat Dewan Olimpiade Asia yang mengharuskan waktu perjalanan atlet dari wisma menuju arena kurang dari 35 menit.
Direktur Prasarana BPTJ Risal Wasal menilai, kebijakan itu belum tentu efektif mengurai kemacetan di Jakarta. ”Belum tentu tidak macet karena anak yang diliburkan juga menonton,” ujarnya, Kamis (19/4/2018), di Jakarta.
Hal senada diucapkan analis Kebijakan Transportasi dari Forum Warga Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan. Menurut dia, target 35 menit perjalanan bisa semakin tidak terkejar apabila anak sekolah diarahkan untuk menonton pertandingan.
Skema itu membuat siswa yang diliburkan menyatu pada satu tempat dan waktu yang sama. Padahal, tempat dan waktu itu akan tersebar apbila jadwal sekolah tetap seperti semula.
”Disuruh menonton semua malah membuat macet ke arena. Seharusnya biarkan saja terpencar ke sekolah masing-masing. Sama saja bohong kalau diliburkan tetapi malah diminta untuk ke arena,” kata Tigor.
Disuruh menonton semua malah membuat macet ke arena. Seharusnya, kan, biarkan saja terpencar ke sekolah masing-masing. Sama saja bohong kalau diliburkan tetapi malah diminta untuk ke arena.
Menurut Tigor, pemprov harus mempertimbangkan lagi kebijakan itu. Masalah kemacetan di Jakarta bukan karena anak sekolah. Kemacetan terjadi karena banyaknya penggunaan kendaraan pribadi.
Momentum perbaikan
Risal mengatakan, pihaknya masih mempertimbangkan wacana kebijakan itu. Seandainya terjadi, mungkin akan ada skema pengangkutan siswa dari sekolah ke arena pertandingan dengan tansportasi massal.
”Kami juga masih mempertimbangkan itu. Tetapi itu akan terkendala juga. Soalnya arena pertandingannya terpisah-pisah,” ujar Risal.
Risal menambahkan, kebijakan ganjil-genap saat ini masih yang paling efektif untuk mengurangi kemacetan jelang Asian Games. Apalagi, hal itu telah terbukti membawa dampak di Tol Jakarta-Bekasi. Kini ganjil-genap diperluas dan mulai diuji coba di Tol Tangerang dan Jagorawi.
Kebijakan ganjil-genap saat ini yang paling efektif mengurangi kemacetan jelang Asian Games.
Tigor mengatakan, Indonesia harus menjadikan Asian Games sebagai momentum pengalihan kebiasaan masyarakat menggunakan transportasi umum. Hal itu bisa diwujudkan dengan beberapa kebijakan, seperti menaikkan tarif parkir dan membatasi ruang parkir untuk kendaraan bermotor.
”Kita harus belajar dari China. Hal itu dilakukan mereka saat penyelenggaraan Asian Games. Mereka bisa menjadikan momentum memperbaiki masalah kemacetan,” kata Tigor.