BANDUNG, KOMPAS — Angin kencang disertai hujan es melanda Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (19/4) sore. Hal itu mengakibatkan pohon tumbang dan papan reklame ambruk di 63 lokasi. Keadaan ini berpotensi berulang di Kota Bandung selama masa pancaroba hingga Mei 2017.
“Cuaca ekstrem terjadi karena masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Kejadian ini rentan terulang hingga sebulan ke depan,” ujar Prakirawan di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung, Yuni Yulianti, Rabu.
Menurut Yuni, kecepatan angin pada pukul 13.30-pukul 14.30 itu terbilang ekstrem. Kecepatan angin mencapai 22 kilometer per jam. Padahal, dalam beberapa hari terakhir kecepatan angin di Kota Bandung hanya berkisar 15-18 km per jam.
Pantauan di lapangan, angin kencang disertai hujan ini berakibat fatal. Kepala Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung Arif Prasetya mengatakan, ada 63 lokasi pohon tumbang dan papan reklame ambruk.
Beberapa lokasi pohon tumbang berada di Jalan Djuanda, Jalan Padjadjaran, Jalan Soekarno-Hatta, dan Jalan Ahmad Yani. Papan reklame yang ambruk ada di sekitar Jalan Layang Antapani, Jalan Gatot Subroto, dan Jalan Buah Batu.
Arief mengatakan, tidak ada korban akibat kejadian ini. Namun, delapan mobil rusak tertimpa pohon dan papan reklame. “Sebagian besar pohon yang tumbang masih berusia muda,” kata Arief.
Iqbal (31), warga Bandung, mengatakan, papan reklame setinggi 15 meter di sekitar Jembatan Layang Antapani roboh sekitar pukul 14.00. Sebelum tumbang, papan reklame bergoyang-goyang ditiup angin kencang.
“Karena sedang hujan deras, tidak ada warga melintas di sana. Papan reklame itu juga tidak sempat jatuh ke jalan raya karena tertahan tubuh jembatan layang,” ujarnya.
Tidak hanya pohon dan papan reklame, angin kencang juga menerbangkan rumah dan perkantoran milik pemerintah. Salah satunya, kantor Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) Kota Bandung di Jalan Ibrahim Adjie. Sebagian plafon ruang rapat berukuran 5 x 7 meter itu ambrol. “Ada suara gemuruh di atap. Tak lama kemudian, atap terbang dibawa angin,” ujar Kepala UPT P2TP2A Leni Herlina.
Cuaca ekstrem ini juga memicu fenomena hujan es di sejumlah lokasi, seperti di Jalan Buah Batu, Jalan Kiaracondong, Jalan Dipati Ukur. Menurut Yuni, hal itu ini dipicu munculnya tutupan awan kumulonimbus yang tebal dan meluas di atas wilayah Bandung dan sekitarnya. Di Jalan Dipati Ukur, es dengan ketebalan berkisar 1-1,5 sentimeter menutup area seluas 2 meter x 3 meter.
“Suhu puncak awan mencapai minus 44 derajat celsius. Hal ini menyebabkan hujan es karena dipengaruhi konvergensi yang terbentuk di wilayah Jabar. Rata-rata hujan es itu turun selama 15 menit. Peristiwa ini biasa di musim pancaroba. Namun, karena tak sering terjadi membuat masyarakat panik,” ujar Yuni.
Kepala Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung Ferdi Ligaswara meminta dinas-dinas terkait untuk memeriksa ulang kondisi pohon dan papan reklame di Kota Bandung. “Lebih baik mencegah sebelum bencana datang daripada harus menangani dan mengevakuasi korban,” kata Ferdi. (Samuel Oktora/Benediktus Krisna Yogatama/Roni Aryanto Nugroho)