Wan Pin Chu, membuktikan alat musik tradisional bisa memperoleh ruang yang luas. Bahkan jadi elemen penting dalam film.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·5 menit baca
Rasa ingin tahunya yang begitu besar mengantarkannya pada profesi yang dipilihnya saat ini, komposer musik. Berawal dari mengulik alat musik tradisional China, Wan Pin Chu (33) mengembangkan sayapnya dan membawa karyanya dikenal luas oleh publik di berbagai belahan dunia dengan cara yang berbeda.
Suara musik dari alat musik gesek yang sengaja dibuat terdengar seperti bunyi derit kursi atau pintu yang bergeser mengiringi sebuah adegan di film In Broad Daylight (2023). Berpadu dengan itu, samar latar musik berubah sendu mengikuti kegalauan pemeran utama dalam film tersebut.
Alat musik gesek tadi bukan biola atau cello, melainkan erhu, salah satu alat musik tradisional China yang sangat dikuasai Wan. Alat musik ini sesungguhnya mengeluarkan bunyi harmonis yang indah dan khas dalam musik-musik China. Nadanya mengayun dengan sedikit lengkingan.
Akan tetapi, Wan membuat erhu yang ia mainkan berbunyi keluar dari pakem ketika harus memasukkannya sebagai elemen dalam musik scoring film anyarnya ini. Alih-alih merdu, suara erhu yang dikeluarkan terasa menyayat hati seiring dengan nasib tokoh utama film, seorang jurnalis yang menghadapi kenyataan pahit dari hasil investigasinya.
”Sebagai pemain erhu, tentu harus ada erhu dalam komposisiku. Tapi bunyi erhu di sini sengaja dimainkan tidak sesuai melodi. Karena filmnya sendiri bercerita tentang sesuatu yang tidak ideal terjadi,” jelas Wan ketika dijumpai seusai pemutaran film In Broad Daylight dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) di Yogyakarta, Minggu (26/11/2023).
Film In Broad Daylight bukan film pertamanya sebagai komposer musik, antara lain, ada film pendek berjudul The Dressmaker (2015) dan Out of The Shadows (2015). Kemudian, ada film dokumenterAround China with A Movie Camera (2015), The Story of China (2016), dan China: Between Clouds and Dreams (2016).
Untuk film panjang, Wan bertanggung jawab untuk film Overheard 3 (2013), Susu (2017), Wu Kong (2017), Chasing Dragon (2018), Attrition (2018), dan Kung Fu Monster (2018). Keterlibatannya sebagai komposer musik ini mengasah kemampuannya menggabungkan musik tradisional dengan musik modern, bahkan membaur bersama orkestra hingga terkadang musiknya harus dimainkan keluar dari jalur agar sesuai dengan suasana yang ingin dibangun.
”Walau untuk film In Broad Daylight ini, pendekatannya berbeda. Musiknya lebih minimalis. Meski di beberapa bagian tetap melibatkan orkestra dari Italia, tetapi di banyak adegan, saya dan sutradara sepakat untuk minimalis agar emosi penonton berkembang sendiri tanpa perlu disetir dengan musik yang mendayu agar terasa sedihnya,” tutur Wan.
Penasaran dan prestasi
Perkenalan Wan dengan erhu dimulai dari rumah. Ia kerap penasaran dengan deretan erhu yang dipajang ayahnya di ruang tamu. Ditambah lagi, ayahnya kerap melarang dia memainkannya, bahkan menyentuhnya. Namun, ketika ayahnya bekerja, Wan nekat menurunkan salah satu koleksi sang ayah tersebut.
”Kaget saat dia pulang. Tapi ternyata ayahku tidak marah. Ia malah bertanya apakah aku benar-benar ingin mempelajarinya. Lalu, ayahku mengajarkan sedikit dan mencarikanku tempat belajar yang sesuai. Ia sangat mendukungku,” jelas Wan yang mulai belajar erhu pada usia 7 tahun.
Dukungan yang didapat dari sang ayah memang tak main-main. Hal ini disebabkan tidak banyak anak di Hong Kong yang tertarik memainkan erhu. ”Anak muda di Hong Kong lebih tertarik belajar musik modern, seperti pop. Aku juga akhirnya memadukannya karena bagaimana pun cara mempertahankan tradisi adalah berani untuk berbaur, kan,” tuturnya.
Dengan ketelatenan, ia makin menguasai erhu dan berkembang pesat. Nama Wan pun kian dikenal setelah banyak meraih juara dalam berbagai kompetisi di usia belia, antara lain, The Advanced Erhu Solo Competition di The Hong Kong Schools Music Festival pada 2002 dan The Hugo Chinese Instrumental Solo Competition (2003).
Di tingkat nasional, Wan memenangi beberapa penghargaan, seperti The National Zhong-lu Cup Professional Erhu Competition (2005), The Asia Chinese Music Solo Competition (2006), dan The Golden Chinese Redbud Talented Search Competition of Chinese Music (2007).
Wan juga berjaya di tingkat internasional, yaitu di The Llangollen International Musical Eisteddford in The United Kingdom (2002) dan The United States Open Music Competition (2012).
Kaget saat dia pulang. Tapi ternyata ayahku tidak marah. Ia malah bertanya apakah aku benar-benar ingin mempelajarinya.
Tak sekadar menang kompetisi, Wan juga memperoleh tawaran beasiswa untuk bersekolah di Inggris. Gelar sarjananya di bidang Musikologi dan Komposisi diperoleh pada 2013 dari King’s College London. Setahun kemudian, Wan ikut pertukaran mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan tentang komposisi musik di Kyoto City University of Arts.
Pada 2015, ia langsung ditangani oleh komposer musik Maggie Rodford yang berpengalaman membesut musik di film Harry Potter and The Goblet of Fire (2005), Rise of The Planet of The Apes (2011), dan Thor (2011). ”Itu pengalaman yang tak terlupakan. Sangat berharga dan membantu aku mengembangkan diri sampai sejauh ini,” ujarnya.
Saat ini ia tengah menuntaskan pendidikannya untuk meraih gelar master di bidang Komposisi Musik untuk Film, Televisi, dan Gim di Royal College of Music, London. Kesempatan melanjutkan pendidikan ini berasal dari beasiswa British Academy of Film and Television Arts (BAFTA). Di sisi lain, Wan juga rutin diminta mengisi acara-acara kenegaraan di hadapan Presiden China Xi Jinping.
Wan memiliki harapan besar erhu makin digandrungi anak muda sehingga alat musik ini bisa terus bertahan. ”Permainannya tentu bisa dimodifikasi. Aku ingin sekali mengajarkan juga ke sekolah-sekolah agar makin banyak yang bermain erhu. Aku juga ingin menunjukkan erhu bisa masuk ke dalam film dengan bunyi yang tak itu-itu saja,” ungkapnya.
Wan Pin Chu
Lahir: Hong Kong, 18 Oktober 1990
Pendidikan: Bachelor of Musicology and Composition, King's College London