Nandhira Mauriskha, Penyelamat Indonesia di Pentas Dunia
Seumpama tanaman, Nandhira Mauriskha adalah bibit unggul yang disemai di kebun bibit terbaik. Kini, bibit unggul itu sudah tumbuh besar dan berbuah dua medali emas Universiade.
Atlet wushu Nandhira Mauriskha (24) mendapat dua medali emas di pekan olahraga mahasiswa sedunia atau Universiade. Prestasi ini menjadi oase di tengah keringnya capaian Indonesia di ajang itu.
Kompetisi dengan nama resmi FISU World University Games ini bergulir 28 Juli 2023-8 Agustus 2023 di Chengdu, China. Indonesia diperkuat 51 atlet yang tersebar di delapan cabang olahraga, salah satunya Nandhira di wushu.
Si “anak jaksel” ini mengawali kompetisi di Chengdu dengan ekspektasi datar. Kepercayaan dirinya sedang ambruk usai terhempas di SEA Games Kamboja, Mei lalu. Bagaimana tidak, atlet wushu disiplin taolu (keindahan gerakan) ini turun di tiga nomor dan ketiganya zonk alias tak dapat medali.
”Makanya aku sendiri kaget bisa dapat dua emas di sini,” ujarnya, Minggu (30/7/2023), di Chengbei Gymnasium, Chengdu.
Nandhira yang turun di nomor jianshu (pedang) baru saja dikalungi medali emas kedua sore itu. Sehari sebelumnya, bendera Indonesia juga berkibar diiringi lagu ”Gaudeamus Igitur” setelah Nandhira meraih emas pertamanya di nomor tangan kosong atau changquan.
Bisa ”mencuri” dua medali emas wushu di China adalah capaian besar karena olahraga itu berasal dari sana. Meskipun atlet tuan rumah tidak ikut di dua nomor yang diikuti Nandhira, peta persaingan tetap saja ketat lantaran ada Makau dan Taiwan dengan tradisi wushu yang juga kuat.
Aku kan melihat jurus atlet Makau, Taiwan, dan Jepang sebelum tanding. Melihat gerakannya, aduh, gila. Berat ini.
Berbeda dengan wushu disiplin sanda (tarung) yang baku hantam di lapangan, para atlet wushu taolu dinilai per individu berdasarkan penampilan mereka saat memeragakan jurus-jurus wushu. Karena itu, mereka sudah mengetahui kemampuan masing-masing saat masih di ruang pemanasan.
”Aku kan melihat jurus atlet Makau, Taiwan, dan Jepang sebelum tanding. Melihat gerakannya, aduh, gila. Berat ini,” kata atlet asal Universitas Bina Nusantara Jakarta, ini, memaparkan kemampuan lawan-lawan yang dikalahkannya.
Penekanan krusial wushu taolu terletak pada kesempurnaan gerakan. Saat melompat, posisi kaki harus melebihi bahu. Kuda-kuda pun tidak boleh goyang saat mendarat.
Baca Juga: Aceng Supendi, Anak Sungai di Panggung Arung Jeram Dunia
Ada gerakan tidak pas sedikit saja nilai bisa dikurangi wasit juri. Dengan kata lain, Nandhira ketika berlaga di dua nomor di atas memeragakan jurus dengan sangat sempurna sehingga tak mengalami pemotongan nilai.
”Waktu ikut FISU University World CUP Combat Sports tahun 2022, aku gagal dapat emas dan hanya dapat perak gara-gara satu jariku melentik sedikit,” jelasnya menekankan pentingnya kesempurnaan gerakan dalam wushu.
Kesempurnaan gerakan Nandhira itu membuat Indonesia meraih total empat emas dan tiga perak. Semuanya dari cabang wushu dengan rincian dua emas dan satu perak dari tim sanda dan dua emas serta dua perak dari tim taolu. Dari semua atlet wushu yang membawa pulang medali Universiade, Nandhira satu-satunya atlet yang bisa meraih dua medali emas sekaligus.
Keluarga wushu
Nandhira sudah akrab dengan jurus-jurus wushu jauh sebelum jadi atlet. Nandhira kecil tumbuh di lingkungan anggota keluarga yang sebagian di antaranya menjadikan wushu sebagai jalan hidup. Pamannya adalah Ahmad Rifai, pelatih wushu.
Abangnya, Ahmad Hulaefi, juga atlet wushu. Karena Ahmad Hulaefi menikah dengan si ratu wushu, Lindswell Kwok, makin lengkap formasi atlet wushu dalam keluarga besarnya.
Tak heran perempuan dengan senyum menawan ini sudah mengenal wushu sejak SD. Awalnya, dia sering mengikuti abangnya latihan dan menonton Hulaefi ketika bertanding.
Karena sering diajak, Nandhira jadi kecanduan wushu. Saat di rumah, dia sering memeragakan jurus-jurus wushu yang terekam dalam ingatannya. ”Ketika itu, omku (Ahmad Rifai) bilang, ‘Ya sudah. Anak ini ikutin wushu saja’,” katanya.
Waktu SD itu kan lagi senangnya main sama teman. Disuruh latihan terus, ya, malas banget.
Ternyata, menyukai wushu tidak sama dengan berlatih wushu secara serius. Nandhira sempat kesal karena disuruh latihan terus-menerus. ”Waktu SD itu kan lagi senangnya main sama teman. Disuruh latihan terus, ya, malas banget,” kata dia mengingat masa kecilnya.
Sore itu di Chengdu, dia menceritakan kembali masa kecilnya dengan mata berkaca-kaca. Kegairahannya saat bercerita seakan menyeret orang sekitar untuk ikut berbahagia dengan kemenangan yang diraihnya.
”Aku langsung salting (salah tingkah) saat poinku untuk kedua kalinya berada di urutan teratas,” ujarnya.
Seumpama tanaman, Nandhira adalah bibit unggul yang disemai di kebun bibit terbaik. Kini, bibit unggul itu sudah tumbuh besar dan berbuah dua medali emas Universiade.
Menengok capaian negara lain yang membina atlet mahasiswa secara serius, seperti China, satu medali emas Universiade mungkin tak begitu berharga. Sebab China sebagai tuan rumah mengantongi 103 medali emas dan sekaligus menduduki peringkat tertinggi dunia. Posisi kedua diraih Jepang yang menggondol 21 medali emas.
Berbeda dari dua negara di atas yang menjadi pemuncak Universiade, harga satu medali emas sangat mahal buat Indonesia. Setengah abad lamanya (1959-2009), Indonesia tak pernah sekali pun mencicipi medali emas ajang Olimpiade mahasiswa itu.
Paling mentok Indonesia meraih medali perunggu dengan jumlah yang hanya satu atau dua. Atlet mahasiswa kita baru ”pecah telur” medali emas saat Universiade Shenzhen, China, 2011. Saat itu, angkat besi menyumbangkan dua emas dan satu perak, sementara satu emas dan dua perunggu diraih tim bulu tangkis Indonesia.
Baca Juga: Fadillah Arbi Aditama, Cita Bersemi di Barcelona
Dengan demikian, perolehan empat emas dan tiga perak pada Universiade kali ini betul-betul berkah. Ini capaian tertinggi dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di Universiade yang dimulai sejak 1959.
Indonesia pun bertengger di peringkat ke-15 sekaligus menjadi satu-satunya wakil ASEAN yang masuk dalam 20 besar Universiade. Indonesia bahkan mengalahkan AS yang berada di urutan ke-24.
Bagi tim wushu Indonesia, hasil ini juga memperbaiki rekor mereka di Universiade. Karena berstatus cabang olahraga pilihan tuan rumah, wushu baru dipertandingkan dua kali, yakni di Chengdu dan Taiwan (2017).
Wushu di Universiade Taiwan hanya membawa pulang dua perunggu. Kini, mereka meraih tujuh medali (empat emas dan tiga perak) sekaligus jadi penyelamat Indonesia di perhelatan multicabang tingkat mahasiswa sedunia itu.
Nandhira Mauriskha
Lahir: Jakarta Selatan, 4 Januari 1999.
Pekerjaan: Atlet mahasiswa
Asal kampus: Universitas Bina Nusantara Jakarta
Prestasi:
- Medali emas FISU World University Games tahun 2023
- Medali perak SEA Games Vietnam 2021