Nikola Jokic, ”Si Joker”, Ilusionis Terbaik di NBA
Dari pemain yang dianggap terlalu gemuk, Nikola Jokic menjelma menjadi pebasket terhebat di dunia. Ia pun dijuluki ilusionis terbaik di NBA.
Saat bola di tangan Nikola Jokic, lapangan basket terasa bagai panggung sulap. Ilusinya membuat permainan tampak sederhana, tetapi amat rumit bagi para lawan.
Publik Kota Denver seperti punya ikatan spesial dengan pemain bernomor punggung 15 di klub basket kebanggaannya, Nuggets. Mereka seperti bisa merasakan sosok dengan nomor itu akan membawa klub juara untuk pertama kali setelah penantian panjang sejak masuk NBA pada 1976.
Siapa sangka? Sosok itu ternyata bukan Carmelo Anthony, salah satu pemain paling berbakat di draft 2003, yang pernah membela Nuggets selama 8 musim. Sosok yang dinanti itu ternyata adalah Jokic, penerus nomor punggung Anthony yang terpilih pada urutan ke-41 draft 2014.
Jokic baru terpilih di ujung malam draf karena dinilai kurang berbakat. Tercantum dalam laporan pemandu bakat, tubuhnya terlalu gemuk dan kurang atletis untuk bersaing di NBA. Saking kurang menarik, momen pemilihan Jokic terlewat di siaran langsung televisi akibat iklan taco.
Sekitar 9 tahun berselang, Jokic memimpin Nuggets berjaya pertama kali di NBA. Nuggets juara di kandang sendiri, Ball Arena, Selasa (13/6/2023), setelah menang atas Miami Heat, 4-1, dalam seri final. Paling dominan sepanjang partai puncak, Jokic terpilih sebagai Most Valuable Player (MVP) Final.
Pria asal Serbia itu pun menjadi oase dari penantian publik Denver selama 47 tahun. Dia juga melengkapi karier dengan cincin juara di usia 28 tahun, setelah meraih dua kali MVP beruntun pada musim sebelumnya. ”Jangan sekali-kali bertaruh melawan pria gemuk,” ucapnya dengan nada bercanda.
Perjalanan panjang Jokic bersama Nuggets adalah salah satu kisah underdog terhebat dalam sejarah olahraga tim Amerika Serikat. Bagaimana bisa seorang yang diragukan bisa bertahan di NBA justru menjadi pemain terbaik di bumi dan meraih trofi dengan tim yang tidak punya sejarah juara.
Setelah bel akhir gim 5, nyaris seluruh pemain dan staf Nuggets berpesta. Ada yang menangis karena terlalu bahagia sampai terdiam karena belum percaya. Di antara beragam ekspresi dan emosi itu, Jokic justru berjalan ke arah lain dengan wajah datar. Dia menyalami para pemain Heat satu per satu.
Baca juga: Ilusi tertinggi Jokic dan urgensi asistensi Murray di Final NBA
Muka tanpa ekspresi itu ditunjukkan lagi saat penyerahan trofi MVP Final. Dia tampak tidak tertarik dengan segala pencapaian tersebut. Sampai puncaknya, dia meninggalkan trofi itu di atas panggung seremoni. Jokic sibuk bermain dengan anak perempuannya, Ognjena, di bawah panggung.
Jokic tampak begitu ”dingin”, bagai pesulap yang baru menuntaskan aksinya. Emosinya bahkan tidak meluap di hari terbesar sekalipun. Wajar saja jika pria humoris itu dijuluki ”Si Joker”. Saat ditanya soal ekspresi, dia hanya bergurau, ”Tidak ada orang yang menyukai pekerjaannya. Jika ada, dia bohong.”
Ilusi "Joker"
Ekspresi Jokic bisa mewakili permainannya di lapangan. Tidak bisa ditebak. Punggungnya selalu menjadi misteri terbesar bagi setiap pertahanan lawan. Ketika memegang bola dengan posisi memunggungi keranjang lawan, ”Si Joker” sudah siap datang dengan ilusi terbaiknya.
Pemain dengan tinggi 2,11 meter dan berat 128 kilogram itu tidak punya gerakan eksplosif seperti kebanyakan pemain asal Amerika Serikat. Namun, dia diberkahi dengan teknik dan kecerdasan bermain di level tertinggi. Jokic bisa memutuskan kapan harus menembak atau mengumpan. Permainannya sangat efisien.
Pelatih Nuggets Michael Malone mengatakan, Jokic bisa merespons sesuatu yang diberikan pertahanan lawan. Jika dijaga ketat agar tidak menembak, dia akan mengumpan. Begitu pun sebaliknya. Pada akhirnya, para pemain bertahan selalu tertinggal satu langkah di belakang Jokic.
Keahlian Jokic dalam mengatur serangan terbilang tidak adil. Biasanya kemampuan itu dimiliki para guard yang biasa bertubuh kecil. Mereka lebih lincah dan piawai mendribel bola. Jokic tidak perlu jago dribel karena bisa mendekat ke keranjang dengan dorongan tubuhnya yang seberat motor 150cc
Berkat ilusi itu, Jokic bisa dominan sebagai mesin skor dan fasilitator sekaligus. Kombinasi yang tidak pernah muncul dari pemain center. Dominasi terbukti dari berbagai rekor yang dipecahkan. Dia menjadi pemain pertama yang memimpin jumlah poin, rebound, dan asis dalam semusim playoff.
Baca juga: Teladan kehidupan dari si Joker dan kaki pegunungan Rocky
Jokic juga berhasil menciptakan 32 poin, 21 rebound, dan 10 asis di gim 3 final versus Heat. Catatan tripel dobel seperti itu baru pertama kali terlihat dalam sejarah final NBA. Menakjubkan, sebab catatan serba pertama tersebut masih bisa diciptakan setelah NBA berlangsung selama 77 tahun.
Istimewanya, semua dicapai dengan melewati para pemain bertahan terbaik NBA dalam sedekade terakhir. Mereka adalah Rudy Gobert (Timberwolves), Anthony Davis (Lakers), dan Bam Adebayo (Heat) yang mengombinasikan 14 kali masuk All-Defensive Team atau tim bertahan terbaik dalam semusim.
Di tengah banyak pencapaian, Jokic tidak pernah menunjuk diri sendiri. Dia selalu mengatakan, semua berkat kerja keras tim. ”Dia (Jokic) adalah pemain terbaik di dunia saat ini, tetapi dia tidak pernah berubah sejak dulu. Dia hanya peduli dengan pencapaian tim ini,” kata Malone.
Rahasia Jokic
Setelah juara dan berada di puncak dunia, Jokic membocorkan rahasia untuk bisa menjadi sepertinya. ”Jika ingin sukses, Anda harus menjadi buruk lebih dulu. Lalu, menjadi bagus. Kemudian gagal lagi. Baru akan menemukan cara sukses. Tidak ada jalan pintas. Semua adalah tentang perjalanan,” ucapnya.
Jokic bisa terpilih di peringkat ke-41 karena sebuah alasan. Mungkin saja potensinya saat itu memang tidak istimewa. Tidak mungkin para pemandu bakat terbaik NBA melewatkan ”permata” di depan mata begitu saja. Nuggets yang punya hak memilih urutan ke-11 saja sempat melewatkannya.
Presiden Operasional Bola Basket Nuggets Tim Connelly berkata, mereka tidak lebih dari sekadar beruntung, seperti memenangkan lotre. Sebab, sejak malam draf itu, Jokic mulai berlatih sangat keras. Kerja keras itu yang membuat potensinya jadi tidak terhingga.
”Si Joker” tidak pernah puas. Dia tidak ingin berada di zona nyaman dengan gaji puluhan juta dollar AS, seperti banyak bintang NBA lain. Saat prestasinya mentok, dia mengevaluasi diri. Seperti pada 2019, dia menurunkan berat badan sebanyak 15 kilogram agar lebih lincah dan kuat berlari di lapangan.
Hasilnya, Jokic meraih gelar juara dan dua gelar MVP pada tiga musim terakhir. Tepat setelah program penurunan berat itu. Adapun sikap spartan itu sudah tertanam dari masa lalunya, saat dia dan keluarga harus bertahan di tengah krisis selama Perang Kosovo.
Dari pemain yang dianggap terlalu gemuk menjadi pebasket terhebat di bumi. Jika ada yang meramal hal tersebut pada malam draf 2014, mungkin orang itu akan dirujuk ke rumah sakit jiwa terdekat. Namun, tidak ada yang mustahil di tangan Jokic karena dia adalah ilusionis terbaik di NBA. (AP/REUTERS)
Nikola Jokic
Lahir: Sombor, Serbia, 19 Februari 1995 (28)
Klub: Denver Nuggets (2015-saat ini)
Prestasi:
- Juara NBA (2023)
- MVP Final (2023)
- MVP Final Wilayah (2023)
- Dua kali MVP (2021, 2022)