Veronika Bengek (38) dianugerahi penghargaan dalam acara puncak Hari Pendidikan Nasional. Perempuan itu diberi predikat sebagai salah satu sosok inspiratif yang berjasa memajukan pendidikan Indonesia.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Veronika Bengek (38) melangkah ke atas podium kehormatan untuk menerima penghargaan. Perempuan itu diberi predikat sebagai salah satu sosok inspiratif yang berjasa memajukan pendidikan Indonesia. Tangan dinginnya dianggap berhasil mengangkat derajat sekolah di pedalaman menjadi teladan nasional.
Veronika tak bisa menahan haru ketika tangannya meraih plakat penghargaan yang diserahkan salah seorang pejabat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ia lalu berjalan meninggalkan podium itu dengan rasa bangga, tetapi masih tetap tak percaya bisa mencapai titik yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Momentum Veronika menerima penghargaan di Gedung Trimurti, Prambanan, Yogyakarta, Senin (29/5/2023) petang itu berlangsung hanya beberapa detik. Meski begitu, guru kampung di pedalaman Kabupaten Manggarai Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, itu bakal mengenangnya sepanjang usia.
Veronika mengisi daftar 19 penerima sosok inspiratif yang dianugerahi penghargaan dalam acara puncak Hari Pendidikan Nasional itu. Mereka berasal dari sejumlah daerah di Indonesia. Turut hadir dalam acara itu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.
Selain kategori sosok inspiratif, penghargaan juga diberikan kepada sejumlah pihak lainnya yang dianggap ikut berkontribusi dalam memajukan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Mereka terdiri dari 76 pemerintah daerah, 57 dari perguruan tinggi, 33 penerima anugerah mitra, serta 10 penerima anugerah media cetak dan dalam jaringan (daring).
Veronika diberi penghargaan lantaran dianggap berhasil dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan yang terbaru, yakni Merdeka Belajar, di sekolah yang ia pimpin. Ia kini dipercayakan menjabat Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Poco Ranaka.
Sekolah tersebut berada di Desa Watu Lanur, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur. Desa di pedalaman itu dicapai dengan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan darat dari Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. Separuh perjalanan melewati medan jalan rusak berat.
Penghargaan diberikan berdasarkan penilaian tim dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi datang ke sekolah. Sebanyak tiga kali, tim melihat proses belajar mengajar yang sudah menggunakan kurikulum terbaru, yakni Merdeka Belajar. Dipilihnya sekolah itu dengan pertimbangan kepemimpinan Veronika.
Veronika dinilai sebagai kepala sekolah yang aktif. Ia kerap terlibat berbagai pelatihan, baik di level lokal maupun nasional. Ia juga pernah menjadi salah satu Guru Penggerak yang aktif memberi laporan kegiatan di sekolahnya kendati sering terkendala jaringan internet. Ia dinilai inovatif.
Veronika menuturkan, tim pertama dari kementerian itu memantau pelaksanaan pembelajaran di sana pada September hingga Oktober 2021. Mereka hanya memantau tanpa memberikan masukan terkait kegiatan di sekolah ataupun di luar sekolah. Kegiatan itu masih terkait penerapan kurikulum Merdeka Belajar.
Dalam kurikulum itu, sekolah merancang metode pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan anak. Dalam kurikulum ini, anak menjadi pusat pembelajaran. Sebelum merancang pembelajaran, guru terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap kemampuan dan kecenderungan siswa agar lebih mudah dalam penanganan.
Para siswa lalu dibentuk dalam kelompok. Bagi mereka yang memerlukan pendampingan, guru akan menyiapkan waktu khusus. ”Di sini kemampuan setiap siswa tidak bisa disamakan, makanya tidak ada lagi yang namanya standar kriteria kelulusan minimal,” ujar Veronika.
Materi ajar yang diberikan juga lebih kontekstual sebagaimana kondisi lingkungan sosial budaya dan ekonomi setempat. Sumber belajar pun tak hanya sebatas di sekolah, tak hanya dari buku, dan juga tak hanya bersumber dari guru semata. Anak boleh belajar dari berbagai sumber yang relevan.
Sebagai contoh, di sekolah yang memiliki 85 siswa itu, sering kali menghadirkan warga sebagai narasumber. ”Seperti pembuatan hiasan balibelo (mahkota perempuan) ini dikerjakan oleh siswa setelah dilatih oleh mama-mama yang kami undang ke sekolah,” ujar Veronika. Balibelo karya muridnya itu ia kenakan saat menerima penghargaan.
Selain itu, ketika anak-anak belajar tentang rumah adat, mereka diajak datang ke rumah gendang, sebutan untuk rumah adat suku Manggarai. Di sana, mereka mendapat penjelasan langsung dari para tetua adat yang lebih menguasai bidang tersebut. Guru hadir untuk memfasilitasi.
Setelah tim pertama pulang, pada Juli 2022, datang lagi tim berikutnya untuk melihat pembelajaran di sekolah. Veronika lalu diundang ke Jakarta untuk memaparkan pelaksana kurikulum. Selepas itu, datang lagi tim berikutnya ke sekolah mengambil aktivitas pembelajaran untuk difilmkan.
”Proses penilaian ini panjang dan lama. Saya juga tidak pernah menduga kalau proses ini ujung-ujungnya penghargaan. Saya hanya melakukan tugas saya sebagai seorang guru yang kebetulan dipercaya menjadi kepala sekolah,” tuturnya.
Terus mengajar
Menjadi guru adalah pilihan sadar Veronika. Setelah tamat sekolah menengah atas di Manggarai, ia memilih kuliah keguruan pada Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ia mengambil jurusan pendidikan Bahasa Inggris.
Ia memilih jurusan itu lantaran kagum melihat orang-orang yang lancar berbahasa Inggris. Dengan menguasai bahasa tersebut, ia berharap suatu ketika bisa bepergian ke luar negeri. Lalu, memilih menjadi guru Bahasa Inggris agar bisa berbagi ilmu kepada siswa di kampungnya.
Kini, dengan jabatannya sebagai kepala sekolah, ia dibatasi oleh aturan yang tidak mengizinkan kepala sekolah untuk mengajar. Namun, ia selalu memanfaatkan kelas yang sedang kosong untuk masuk memberi penguatan sekaligus mengukur kemampuan anak didiknya.
Di luar jam sekolah, ia masih sering mengunjungi siswa di rumah, terutama yang dianggap masih perlu dibantu. Sebanyak 15 guru di sekolahnya juga diminta melakukan hal yang sama. ”Zaman sekarang, guru tidak boleh berjarak dengan murid. Terus beri perhatian agar murid merasa nyaman,” ucapnya.
Kepada Veronika dan semua orang yang hadir dalam puncak perayaan Hardiknas itu, Nadiem menyampaikan apresiasinya atas capaian kurikulum Merdeka Belajar di semua sekolah. ”Mari, kita terus bergerak serentak, berkolaborasi, dan bergotong royong mewujudkan Merdeka Belajar,” ujarnya.
Kini, peserta didik yang tersebar di sekitar 350.000 sekolah telah menikmati pembelajaran berbasis kurikulum Merdeka Belajar. Selain itu, lebih kurang 2,6 juta guru saling terhubung untuk berbagi mengenai implementasi kurikulum tersebut, termasuk Veronika.
Veronika Bengek
Lahir: Galang, Manggarai Barat, 29 Desember 1985
Jabatan: Kepala SMP Negeri 5 Poco Ranaka
Pendidikan terakhir: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram, tamat 2008