Titik Nurkayati, Mengubur Memori tentang Silir
Titik Nurkayati kadang merasa capai mengurus kampung dan warganya. Tetapi, ia tetap mau menjalaninya karena ia memegang amanah warga.
Silir telah berganti nama menjadi Kampung Mojo pada 2018. Namun, memori lama tentang kampung yang pernah bertahun-tahun menjadi tempat prostitusi itu belum benar-benar sirna. Titik Nurkayati (57) bersama warga Kampung Mojo berupaya mengubur memori itu dengan aneka program perbaikan kampung.
Titik Nurkayati berjalan sedikit terburu-buru dari rumahnya menuju balai pertemuan warga di jantung Kampung Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah, yang hanya berjarak sekitar 100 meter. Sepanjang perjalanan, matanya melirik sebuah rumah mirip kontrakan.
”Saya baru menegur pemilik rumah itu karena diduga menyewakan kamar rumahnya untuk kegiatan prostitusi. Kalau sampai mengulangi (perbuatannya lagi), bisa saya usir,” ujar Titik dengan mimik wajah serius, Rabu (26/10/2022) siang.
Perempuan paruh baya itu pantas dongkol. Betapa tidak, selama bertahun-tahun Titik dan warga Kampung Mojo susah payah menghapus memori lama tentang kampung yang dulu pernah menjadi tempat prostitusi bernama Silir itu. Sebagai tempat prostitusi, Silir telah resmi ditutup pemerintah pada 1998. Namun, citra negatif tentang Silir belum benar-benar luntur hingga sekarang.
”Kalau kami mengatakan kami tinggal di kampung Silir, orang masih mikir macam-macam. Makanya, kami ingin mengubur nama Silir. Kami ingin kampung ini dikenal sebagai Kampung Mojo,” ujar Titik.
Silir dulu merupakan nama kampung yang terletak di RT 001 RW 007 Kelurahan Semanggi. Pada 2018, pemerintah memekarkan Kelurahan Semanggi menjadi dua kelurahan, yakni Kelurahan Semanggi dan Kelurahan Mojo. Wilayah yang dulu disebut Silir kini masuk ke wilayah Mojo di RT 001 RW 003 yang diketuai Titik.
Untuk mengubur memori tentang Silir selamanya, Titik dan warga kampung berusaha merumuskan citra baru tentang kampung mereka lewat beragam program perbaikan kehidupan kampung. Salah satunya dengan mengupayakan prasarana dasar seperti akses air layak dan aman serta jamban sehat keluarga.
Tahun lalu, warga dengan bendera Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mojo Waras berhasil mengupayakan saluran air layak dan aman ke 60-an rumah warga di RT 001 RW 003 dan RT 009 RW 002. Program itu didanai oleh donasi dari pembaca harian Kompas yang dikelola oleh Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas. Sebelumnya, KSM Mojo Waras mengadakan akses air layak dan aman ke 40-an rumah di lokasi yang sama dengan dana pinjaman dari KSM Dabagsari Makmur.
Baca: Para Perempuan Peniup Harapan
Pembangunan saluran air minum itu mengakhiri penantian warga yang bertahun-tahun memimpikan sambungan air langsung ke rumah mereka. Sebelumnya, mereka harus membeli air di hidran umum karena air tanah di wilayah mereka berbau dan berwarna sehingga tidak layak dikonsumsi.
Program perbaikan sanitasi berlanjut di permukiman padat itu. Pekan lalu, KSM Mojo Waras memulai program pembangunan sanitasi jamban layak dan aman bagi 45 keluarga. Program ini juga didanai oleh donasi pembaca harian Kompas.
Sebagai ketua RT, Titik sangat aktif menjadi motor gerakan perbaikan Kampung Mojo bersama para pengurus KSM Mojo Waras seperti Jumadi, Wheny Susianti, dan Muryanto. ”Kami ingin kampung kami nyaman untuk dihuni dan dikenal karena prestasi serta kegiatannya yang inspiratif, bukan karena masa lalunya yang negatif. Kami juga ingin warga bangga dengan kampungnya,” ujar Titik.
Membagi waktu
Titik dan suaminya, Joko Supriyanto, pindah ke Silir pada 2010 ketika lokalisasi di sana telah ditutup. Dua tahun kemudian, suaminya meninggal. Sejak saat itu Titik menjadi orangtua tunggal yang mesti menafkahi dan membesarkan sendiri kedua anaknya. Ia bekerja di CV Darma Aksara, sebuah penerbitan di Kota Surakarta. Meski sibuk, Titik aktif dalam kegiatan di kampung itu. Sejak dulu, kata Titik, ia ingin membuat perubahan di kampung itu sekecil apa pun.
Pada 2013, ia membentuk lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di kampung itu. Ternyata keberadaan PKK yang ia ketuai membuat kampung itu menjadi lebih dinamis. Aneka kegiatan positif yang melibatkan ibu-ibu bermunculan.
Berkat kesuksesan sebagai ketua PKK, Titik dipilih menjadi Ketua RT 001 RW 003 sejak 2017. Saat itu, ia menjadi satu-satunya perempuan di antara 64 ketua RT di wilayah Kelurahan Mojo. Ia dipilih lagi sebagai ketua untuk periode 2020-2024.
”Semula saya waswas juga menjadi ketua RT di Mojo. Takut kalau suatu saat berhadapan dengan preman. Tapi, alhamdulillah selama saya jadi RT, tidak ada gangguan yang berbau kriminal,” ujar Titik.
Kini justru preman yang mungkin takut pada Titik lantaran ia bersikap tegas. Tidak pandang bulu, ia akan tegur setiap orang yang ia anggap melanggar aturan atau menghambat program lingkungan.
”Suatu hari ada yang bilang bahwa pengurus KSM Mojo Waras dapat gaji dan uang banyak. Saya tegur dia. Saya bilang, ’Jangan sembarangan ngomong kalau tidak tahu yang sebenarnya’,” cerita Titik.
Baca juga: Wheny Susianti, Juru Parkir Penggerak Warga
Sebagai ketua RT, ia juga harus siap mengurus persoalan-persoalan tak terduga, mulai dari urusan mendamaikan suami-istri yang mau cerai hingga mengurus seorang ibu yang melahirkan di rumah kontrakan, sementara suaminya sedang dipenjara. Bayinya keluar, tetapi ari-arinya tertinggal di perut sang ibu. Saat itu, sekitar pukul 02.00, Titik membawa ibu itu ke rumah sakit terdekat.
Akan tetapi, lanjut Titik, yang membuat ia benar-benar kerepotan adalah ketika ia berhadapan dengan pandemi Covid-19. Bersama pengurus RT lainnya, ia pontang-panting mengatasi penyebaran Covid-19. Suatu hari ia mendesak warga di rumah kontrakan untuk menjalani tes Covid-19. Ternyata banyak yang positif.
Ia meminta mereka pindah sementara ke balai RW yang dijadikan tempat isolasi mandiri. Akibatnya, ia dianggap sebagai RT yang kejam. Padahal, ia melakukan itu demi mencegah penyebaran Covid-19. Ia pun mengurus warga yang menjalani isolasi. ”Setiap hari saya keliling minta donasi dari warga untuk biaya masak buat warga yang isolasi,” ujarnya.
Titik mengatakan, kadang ia merasa capai mengurus kampung dan warganya. Tetapi, ia tetap mau menjalaninya karena ia memegang amanah warga.
Secara pribadi, ia merasa puas dengan hidupnya karena dua hal. Pertama, ia berhasil mengantarkan dua anaknya masing-masing sebagai sarjana perhotelan dan sarjana psikologi. Kedua, ia telah mengabdikan sebagian hidupnya untuk kehidupan Kampung Mojo yang lebih baik.
Titik Nurkayati
Lahir: 30 November 1964
Anak: dua orang
Pendidikan:
- SMA 3 Solo (lulus 1983)
- Amikom Solo, sampai semester IV (1983-1985)