Buku yang pernah diterbitkan tahun 2009 itu kini diterbitkan Penerbit Buku Kompas, dilengkapi bab baru terkait keikutsertaannya dalam kontestasi Pilkada Kota Medan tahun 2010.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·2 menit baca
Tokoh keberagaman asal Sumatera Utara, Sofyan Tan (63), yang juga anggota Komisi X DPR, meluncurkan kembali bukunya yang berjudul Sofyan Tan, Dokter Penakluk Badai, Sabtu (24/9/2022). Buku yang pernah diterbitkan tahun 2009 itu kini diterbitkan Penerbit Buku Kompas, dilengkapi dengan bab baru terkait keikutsertaannya dalam kontestasi Pilkada Kota Medan tahun 2010.
Pilkada dua putaran itu gagal mengantarkannya jadi wali kota. Serangan kampanye hitam terkait ”bukan orang asli” atau ”warga keturunan” menggagalkan langkahnya memimpin Kota Medan. Pengalaman menjadi minoritas kenyang ia rasakan sejak masa kecilnya di kawasan Sunggal, pinggiran Kota Medan.
Kemiskinan ditambah berasal dari suku dan agama minoritas membuat diskriminasi yang ia alami pun berlipat. Apalagi tubuhnya kecil.
Dinamika politik perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru yang penuh sekat waktu itu juga turut memengaruhi. Bahkan, untuk lulus pendidikan dokter pun dia kesusahan karena diskriminasi.
Pengalaman itu membuatnya melahirkan sekolah pembauran di Medan. Salah satu bentuknya, dibangun aneka rumah ibadah di sekolah itu.
Ketika terpilih menjadi anggota DPR dua periode, ia pun konsisten menyuarakan keberagaman secara khusus melalui dunia pendidikan. ”Minoritas memiliki hak yang sama di republik ini,” katanya. Keterpilihannya sebagai wakil rakyat menunjukkan hal itu.
Meskipun tidak praktik dokter, ia mendorong banyak anak dari keluarga miskin untuk menempuh pendidikan dokter melalui beasiswa. ”Jadi saya, kan, bisa melahirkan 100 dokter,” katanya.