Novilla Maria Aru, Membangkitkan Peran Perempuan di Papua
Novilla Maria Aru namanya. Wanita berusia 33 tahun ini merintis gerakan pemberdayaan kelompok perempuan adat di Kampung Sawesuma, Distrik Unurumguay, Kabupaten Jayapura, Papua, sejak awal tahun 2020.
Novilla Maria Aru adalah srikandi yang gigih merintis gerakan pemberdayaan kaum perempuan adat di Kampung Sawesuma, Distrik Unurumguay, Kabupaten Jayapura, Papua,sejak awal tahun 2020. Bagi Novilla, perempuan harus turut berperan menjadi pilar pembangunan di kampungnya.”
Jumat, 15 Jumat Juli 2022, menjadi momen penting bagi Novilla bersama 59 perempuan lainnya yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Adat Inger Wewal di Kampung Sawesuma. Novilla adalah ketua kelompok tersebut. Kata Ingger Wewal berarti cenderawasih betina.
Hari itu rumah Sekolah Lapang Kire-Kire Syal Gwibin Gol untuk Kelompok Perempuan Adat Ingger Wewal akan diresmikan oleh Wakil Bupati Jayapura Giri Wijayantoro yang didampingi Sekda Hana Hikoyabi. Istimewanya, sekolah ini merupakan fasilitas yang pertama khusus untuk pemberdayaan di daerah terpencil Papua.
Kire-Kire Syal Gwibin Gol adalah bahasa daerah setempat berarti tempat atau rumah serbaguna. Sekolah Lapang Kire-Kire Syal Gwibin Gol berdiri di atas lahan berukuran 8 meter x 6 meter dan memiiki lima ruangan. Sekolah ini tidak hanya untuk kegiatan pemberdayaan 60 anggota Kelompok Perempuan Ingger Wewal. Sekolah ini juga sebagai tempat pelatihan literasi bagi 40 anak setempat.
Di samping sekolah lapang, terdapat sebuah kebun percontohan dengan ukuran mencapai 100 meter x 50 meter. Di tempat ini, Novilla bersama para anggota Ingger Wewal akan mengajar anak-anak cara yang benar menanam komoditas pangan lokal, seperti singkong dan ubi.
Kegiatan peresmian baru dimulai pada siang hari. Novilla bersama anggota Ingger Wewal dan masyarakat setempat telah mempersiapkan segala sesuatu sejak pagi hari, seperti memasang tenda, menghiasi sekolah itu, dan menyiapkan aneka kuliner khas Kampung Sawesuma, misalnya ikan bakar dan papeda.
Tampak Novilla yang mengenakan busana batik berwarna biru langit dengan motif kebudayaan Papua, yakni burung Cenderawasih dan tifa, ini berulang kali mondar-mandir di halaman sekolah. Matanya terus memandang ke arah jalan masuk Kampung Sawesuma yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari sekolah.
Menurut rencana, sekolah itu akan diresmikan pada pukul 10.00 WIT. Perjalanan darat dari Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, ke Sawesuma Bagaikan peribahasa pucuk dicinta ulam pun tiba, rombongan wakil bupati yang dinantikan ratusan masyarakat setempat akhirnya tiba di Sawesuma sekitar pukul 11.00.
Masyarakat menyambut tamunya dengan tari-tarian dari jalan masuk perkampungan hingga masuk ke halaman sekolah. Kegiatan peresmian berlangsung meriah dan ditandai dengan pemotongan pita yang digantung di gagang pintu masuk sekolah oleh Wakil Bupati Jayapura Giri Wijayantoro.
Hadirnya sekolah lapang ini berkat inisiasi Yayasan WWF Indonesia-Program Papua dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Jayapura. Selain itu, Roby Digan selaku tokoh pemilik hak ulayat dan juga suami Novilla yang memberikan tanahnya secara sukarela untuk pembangunan fasilitas tersebut.
Baca juga: Sekolah Pemberdayaan Perempuan dan Anak Akhirnya Hadir di Daerah Terpencil Papua
Adapun justifikasi sekolah lapang dengan dana proyek Margaret A Cargill Philantropies (MACP). Proyek MACP juga berkolaborasi dengan Program Voice for just Climate Action (VCA) atau Suara untuk Aksi Perubahan Iklim sejak tahun 2021 di Sawesuma.
Implementasi kegiatan di sekolah lapang yang dijalankan Kelompok Ingger Wewal merupakan salah satu dari lima program tematik VCA. Lima program tematik VCA di Sawesuma, yakni pemberdayaan perempuan, pemetaan wilayah, literasi, hak kekayaan intelektual, dan diversifikasi pangan lokal.
Sekolah ini menjawab harapan Novilla yang konsisten menjalankan advokasi peranan kaum perempuan di Kampung Sawesuma selama lima tahun terakhir. Ibu dua anak telah menjadi Wakil Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) sejak tahun 2017.
”Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sejak awal hingga pembangunan sekolah ini tuntas. Akhirnya Kelompok Inger Wewal memiliki sebuah wadah untuk berkontribusi bagi pembangunan kampung,” ucap Novilla dengan bangga dan rasa haru dalam sambutannya di acara peresmian sekolah lapang.
Hapus stigma
Novilla dan suaminya, Roby, mulai tinggal di Kampung Sawesuma sejak tahun 2014. Sebelumnya Novilla mengikuti sang suami yang bertugas sebagai prajurit TNI di Kabupaten Nabire sejak tahun 2011.
Selama beberapa tahun di Sawesuma, Novilla mengamati para ibu lebih dominan melaksanakan kegiatan sebagai ibu rumah tangga baik memasak di dapur, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan bekerja di kebun. Tak ada kesempatan bagi para ibu untuk mengembangkan kapasitas dirinya melalui kegiatan pelatihan.
Novilla pun berikhtiar ingin membuat perubahan bagi kaum perempuan di Sawesuma. Akhirnya kesempatan itu tiba saat dirinya dipercayakan menjadi Wakil Badan Musyawarah Kampung periode 2017-2022.
Dalam beberapa pertemuan dan kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) Kampung Sawesuma, Novilla terlibat aktif untuk menyuarakan perlunya pelatihan keterampilan bagi para ibu dan usulannya pun diterima pihak Pemerintah Kampung Sawesuma. Pada Februari 2020, kegiatan pelatihan bagi para ibu akhirnya dimulai.
Sebelum hadirnya sekolah lapang pada pertengahan tahun ini, kegiatan pelatihan bagi anggota Kelompok Ingger Wewal selalu terlaksana di rumah Novilla. Kegiatan pelatihan dimulai dari pukul 15.00 hingga pukul 17.00.
Setiap minggu, seluruh anggota Ingger Wewal memulai pelatihan aneka kerajinan, seperti tas noken yang terbuat dari tanaman mahkota dewa. Selain kerajinan tangan, para ibu juga membuat makanan cemilan dari pangan lokal.
Di bawah terik matahari dan saat hujan, Novilla berjalan kaki dari rumah ke rumah untuk mengajak setiap anggota Ingger Wewal segera mengikuti pelatihan di rumahnya. Selain Novilla, terdapat empat tenaga mentor yang melatih para ibu.
”Salah satu tantangan terberat untuk mengajak mereka mengikuti pelatihan ialah minimnya dukungan dari suami. Terkadang saya beberapa kali tidak melibatkan anggota yang belum mendapatkan izin dari suaminya. Upaya ini untuk mencegah anggota saya tidak dimarahi suaminya,” ungkap wanita berusia 33 tahun ini.
Mulai dijual
Terdapat tiga lokasi pelatihan di rumah Novilla. Lokasi pertama berada di halaman rumah dengan luas 100 meter persegi dan tersedia sebuah pondok yang dikelilingi pohon matoa.
Kemudian lokasi kegiatan pelatihan Ingger Wewal yang kedua berada di teras rumah Amo dengan ukuran 5 meter x 6 meter. Lokasi yang terakhir di dapur dengan lebar 6 meter dan panjang 10 meter.
Di dapur menjadi tempat bagi anggota Ingger Wewal berkreasi mengolah jajanan dari pangan lokal, seperti kerupuk sagu, kerupuk singkong, dan keripik pisang. Sementara di tempat pertama dan kedua, Kelompok Ingger Wewal merajut tas noken serta membuat aneka kerajinan tangan dari bahan tali pohon, seperti piring anyaman, pot bunga dan anting-anting.
Saat ini produk-produk buatan Kelompok Ingger Wewal mulai dijual untuk mendapatkan manfaat ekonomis bagi para ibu. Yayasan WWF Indonesia Program Papua termasuk salah satu konsumen yang biasanya membeli produk dari para ibu seperti noken dan kerupuk sagu.
Harga jual produk Ingger Wewal seperti satu tas noken berkisar dari Rp 50.000 hingga Rp 500.0000, piring dari rotan senilai Rp 200.000 per lusin, dan kerupuk sagu seharga Rp 10.000 per bungkus.
Para ibu juga menyediakan produk dari Ingger Wewal untuk wisatawan yang berkunjung ke lokasi ekowisata pemantauan burung cenderawasih di Sawesuma. Destinasi wisata alam ini berjarak sekitar 2 kilometer dari Sawesuma.
Terdapat dua pondok penginapan di tempat ekowisata di Sawesuma. Para pengunjung dapat melihat sejumlah burung cenderawasih yang terkenal di lokasi itu, antara lain cenderawasih raja, cenderawasih ekor kuning, dan Cenderawasih antena 12.
Baca juga: Buku Perdana Panduan Pemandu Ekowisata di Papua Diluncurkan
Selain kegiatan pelatihan, Novilla terus aktif berkoordinasi dengan Pemerintah Kampung Sawesuma dan pemda Jayapura. Tujuannya agar unsur pemerintah di daerah sebagai perwakilan dari negara terus mendukung dan memberikan ruang bagi kaum perempuan Sawesuma untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di kampungnya.
Akhirnya pada tahun 2022 ditetapkan alokasi dana kampung untuk kegiatan kelompok perempuan senilai Rp 5 juta. Selain itu, Kelompok Ingger Wewal juga mendapatkan dukungan dana dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Jayapura untuk kebutuhan peningkatan kapasitas senilai Rp 10 juta.
”Kegiatan pelatihan dapat berhasil berkat dukungan suami tercinta, para anggota Ingger Wewal dan masyarakat setempat, WWF dan pemda Jayapura. Saya berharap kaum perempuan Sawesuma berani menyuarakan pendapatnya dan aktif terlibat dalam pembangunan di kampungnya,” harap Novilla.
Novilla Maria Aru
Tempat Tanggal Lahir: 10 Mei 1989
Keluarga
Suami: Roby Digan
Anak 1. Asalia S Digan
2. Marcelo Y Digan
Pendidikan: SMA YPPK Teruna Bakti
Profesi: Aktivis Pemberdayaan Perempuan dan Ketua Kelompok Perempuan Adat Ingger Wewal.