Sekolah Pemberdayaan Perempuan dan Anak Akhirnya Hadir di Daerah Terpencil Papua
Sekolah Lapang Kire-Kire Syal Gwibin Gol di Kampung Sawesuma, Kabupaten Jayapura, resmi dibuka. Sekolah ini menjadi tempat pemberdayaan kaum perempuan pertama di daerah terpencil Papua.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sekolah Lapang Kire-Kire Syal Gwibin Gol untuk Kelompok Perempuan Adat Ingger Wewal di Kampung Sawesuma, Kabupaten Jayapura, Papua, dibuka pada hari Jumat (15/7/2022). Program ini disebut yang pertama mendampingi secara intensif perempuan wirausaha di daerah terpencil Papua.
Peresmian sekolah ini dilakukan Wakil Bupati Jayapura Giri Wijayanto dan Manager Program Papua Yayasan WWF Indonesia Wika Rumbiak. Kire-Kire Syal Gwibin Gol dalam bahasa setempat berarti rumah serbaguna. Ratusan warga menyambut pembukaan fasilitas ini dengan antusias.
Sekolah Lapang Kire-Kire Syal Gwibin Gol berdiri di atas lahan seluas 8 meter x 6 meter dengan lima ruangan. Sekolah ini tidak hanya memberdayakan 60 orang, tetapi juga menjadi tempat pelatihan literasi bagi 40 anak-anak.
Ketua Kelompok Perempuan Ingger Wewal Novilla Aru bahagia karena akhirnya ada fasilitas pemberdayaan perempuan di kampungnya. Ia menilai fasilitas ini sebagai wujud dukungan bagi perempuan untuk mengekspresikan diri. Dia menambahkan, program ini menjadi kelanjutan bagi beragam pelatihan yang telah digelar sebelumnya, seperti membuat tas noken hingga piring dari rotan, sejak 2020.
”Pembangunan sekolah ini hadir berkat inisiasi WWF Indonesia-Program Papua dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Jayapura. Roby Digan, pemilik hak ulayat, memberikan lahannya secara sukarela untuk pembangunan fasilitas ini,” kata Novilla.
Novilla berharap fasilitas ini bisa mendukung kontribusi perempuan Sawesuma bagi pembangunan kampung. Alasannya, pelaksanaan kesetaraan jender di Sawesuma selama ini harus terus ditingkatkan.
”Sekolah ini akan menjadi tempat belajar bersama bagi perempuan Sawesuma untuk mengenalkan kebudayaan kampung. Kami berharap sekolah ini menjadi inspirasi bagi kelompok perempuan lain di Papua,” ujar Novilla.
Tidak hanya berwirausaha dan pemahaman literasi, sekolah ini juga diharapkan menjadi sarana menjaga konservasi lingkungan di area hutan Kampung Sawesuma. Luas Kampung Sawesuma beserta areal hutannya mencapai 6.855,58 hektar.
”Harapannya, warga kelak tidak lagi berburu satwa endemik seperti cenderawasih, tetapi bisa membuat produksi hasil hutan bukan kayu,” kata Novilla.
Manager Program Papua Yayasan WWF Indonesia Wika Rumbiak mengatakan, justifikasi sekolah lapang dengan dana proyek Margaret A Cargill Philantropies (MACP) dan dijalankan oleh Kelompok Perempuan Adat Ingger Wewal. Proyek MACP juga berkolaborasi dengan Program Voice for just Climate Action (VCA) atau Suara untuk Aksi Perubahan Iklim sejak 2021. Terdapat lima program tematik VCA di Sawesuma, yakni pemberdayaan perempuan, pemetaan wilayah, literasi, hak kekayaan intelektual, dan diversifikasi pangan lokal.
Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura Hana Hikoyabi berharap Sekolah Lapang Kire-Kire Syal Gwibin Gol bisa direplikasi daerah lainnya. Dia menyebut, sekolah lapangan ini adalah wujud kemandirian perempuan Sawesuma.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Jayapura Miryam Saumilena menyatakan, sekolah ini bakal menjadi rumah baca bagi anak-anak Sawesuma. ”Kami akan menyediakan ratusan buku ilmu pengetahuan dan buku cerita untuk meningkatkan kemampuan literasi anak-anak,” kata Miryam.