Viktor Axelsen, Hasrat Bertahan di Level Tinggi
Kerja keras, ketekunan, dan disiplin membuat Viktor Axelsen menjadi pebulu tangkis yang ditakuti. Di usianya yang ke-28 tahun, Viktor Axelsen sudah mencapai banyak gelar yang didambakan pebulu tangkis mana pun di dunia.
Kerja keras, ketekunan, dan disiplin membuat Viktor Axelsen menjadi pebulu tangkis yang ditakuti. Meski sudah meraih banyak gelar bergengsi, dia tidak cepat puas dan masih berhasrat mengeluarkan segenap potensi dirinya.
Di usianya yang ke-28 tahun, Viktor Axelsen sudah mencapai banyak gelar yang didambakan pebulu tangkis mana pun di dunia. Lawan-lawannya di nomor tunggal putra pun mengakui kehebatan Axelsen. Kendati demikian, Axelsen tidak mudah puas dengan segala prestasinya itu. Ia selalu berusaha untuk tetap bertahan di level tertinggi.
Tiada satu pun pebulu tangkis elite dunia yang mampu menahan laju Axelsen di turnamen Indonesia Masters, Indonesia Terbuka, dan Malaysia Terbuka 2022. Dari total 15 pertandingan yang ia jalani di tiga turnamen itu, Axelsen memenangi semuanya. Konsistensi hingga ketahanan fisiknya menjadi salah satu yang terbaik dalam sejarah tunggal putra dunia.
Lawan-lawannya dengan mudah ia singkirkan, termasuk pebulu tangkis Jepang, Kento Momota, di final Malaysia Terbuka, Minggu (3/7/2022). Menghadapi Momota yang berperingkat dua dunia, Axelsen seperti bermain melawan atlet pemula. Momota dia buat hingga tidak berdaya dan dipaksa menelan kekalahan telak dua gim langsung, 4-21, 7-21.
Di Malaysia Terbuka, hanya Lee Cheuk Yiu, Anthony Sinisuka Ginting, dan Jonatan Christie, yang mampu menyulitkan Axelsen. Mereka bertiga berusaha keras menahan laju Axelsen. Pertandingan pun harus dituntaskan melalui rubber game.
”Saya sangat terkejut dengan level saya hari ini, bagaimana saya bisa datang dengan jauh lebih segar daripada yang saya khawatirkan. Saya telah memainkan banyak pertandingan selama empat minggu terakhir. Jadi sejujurnya saya sangat lelah. Tetapi entah bagaimana saya berhasil menemukan ledakan dan energi untuk permainan saya hari ini,” ujar Axelsen seusai pertandingan menghadapi Momota, dinukil dari laman BWF.
Kehebatan Axelsen membuat pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Zii Jia, mengatakan, saat ini tidak ada satu pun pebulu tangkis tunggal putra yang mampu mengatasinya.
Nama Axelsen mulai dikenal ketika ia meraih perunggu di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Sosoknya menjadi perbincangan karena mampu mengalahkan juara bulu tangkis Olimpiade dua kali sekaligus juara bertahan, Lin Dan, dari China.
Setelah meraih perunggu di Brasil, prestasi Axelsen perlahan merangkak naik. Ia berusaha untuk terus mempertahankan konsistensinya. Terbukti, dia kemudian mampu meraih gelar juara Kejuaraan Dunia 2017 dan All England 2020. All England merupakan turnamen bulu tangkis bergengsi dan tertua di dunia.
Puncaknya, Axelsen merebut medali emas Olimpiade Tokyo 2020 dengan mengalahkan juara bertahan Chen Long dari China. Dengan begitu, Axelsen menjadi orang Eropa kedua setelah Poul-Erik Høyer Larsen yang mampu meraih emas Olimpiade. Ia memutus dominasi di sektor tunggal putra yang selalu dihiasi pebulu tangkis top Asia.
Emas Olimpiade sering kali diartikan sebagai prestasi tertinggi seorang pebulu tangkis. Dengan berbagai pencapaian bergengsi yang sudah dia raih, Axelsen semestinya memiliki sejumlah alasan untuk mulai perlahan mengurangi fokus di bulu tangkis.
Ia bisa saja sedikit menyibukkan diri dengan keluarga kecilnya atau menekuni bisnis sebagai persiapan jika tak lagi menjadi atlet. Namun, Axelsen memilih untuk tetap fokus dari laga ke laga. Keluarganya bahkan harus berpindah-pindah negara untuk menemani Axelsen bertanding.
”Tantangan baru selalu ada di depan. Saya masih ingin mengeluarkan semua potensi diri. Saya masih harus meningkatkan kemampuan,” ujarnya.
Hidup disiplin
Sejak remaja, Axelsen terbiasa disiplin dan keras terhadap dirinya sendiri. Semua bermula saat dia mendapat kesempatan masuk tim nasional Denmark pada 2010 di usia 17 tahun. Axelsen kemudian meninggalkan semua kenyamanan di kampung halamannya, Odense, untuk pergi ke Kopenhagen.
Pada saat itu, pelatnas Denmark masih dihuni nama-nama besar semacam Peter Gade dan Jan Ø Jørgensen. Di sana, Axelsen merasa sangat kecil. Ia merasakan betapa jauh level permainannya dengan legenda-legenda Denmark tersebut. Bertanding dengan Gade membuat Axelsen merasa masih banyak hal yang perlu dia tingkatkan.
”Karena itu, saya pikir harus bekerja lebih keras daripada orang lain untuk mencapai tujuan saya,” kata Axelsen dikutip dari Archy Sport.
Semenjak itu, Axelsen mulai berlaku keras kepada dirinya sendiri. Tidak seperti remaja Denmark yang kerap bepergian ke tempat hiburan malam untuk menenggak minuman keras, Axelsen menghindari itu. Ia memilih menyibukkan masa remajanya untuk mencapai target-target yang ia tetapkan di bulu tangkis. Medali emas Olimpiade menjadi mimpinya sejak kecil.
Salah satu hal yang pernah mengganggu pikiran Axelsen adalah tinggi badannya yang menjulang mencapai 1,94 meter. Selama ini, jarang ada pebulu tangkis bertubuh jangkung yang mampu konsisten meraih prestasi di level atas. Bulu tangkis amat memerlukan kelincahan sebagai aspek utama penampilan prima atlet dan pebulu tangkis jangkung jarang yang dianugerahi kelincahan.
Mitos itu sempat membayangi masa remajanya, ketika belum banyak gelar yang dia raih. ”Tidak banyak pemain yang memiliki tinggi badan seperti saya berhasil mencapai level teratas. Saya selalu merasa bahwa tinggi badan saya adalah halangan bagi saya untuk mencapai impian saya. Saya menghabiskan banyak energi dan waktu untuk bertanya-tanya tentang itu,” katanya.
Halangan tinggi badan tidak membuat Axelsen patah semangat. Dia justru semakin keras kepada dirinya untuk mencapai level permainan tingkat tinggi. Hasilnya dia tuai dalam beberapa tahun terakhir. Tinggi badan yang mulanya menjadi penghalang justru menjelma sebagai kekuatan utama Axelsen.
Dengan tinggi badannya, Axelsen mampu menjangkau hampir seluruh bidang area pertandingan. Dia memang bukan pebulu tangkis yang dianugerahi kelincahan sebagaimana Anthony Ginting atau Kento Momota. Namun, dia berhasil memaksimalkan tinggi badan untuk merepotkan lawan-lawannya. Hal itu tidak mampu dimanfaatkan pebulu tangkis lain yang juga memiliki tinggi badan seperti Axelsen, semisal Toma Junior Popov dari Perancis.
Baca juga: Keseimbangan Dua Dunia Para Juara
Di luar lapangan, Axelsen mempelajari bahasa Mandarin agar memudahkannya berinteraksi dengan pemain serta pelatih hebat dari China. Dari mereka, Axelsen banyak belajar teknik bermain.
Saat berusia 15-16 tahun, Axelsen tumbuh di bawah didikan pelatih China, Zhang Lian Ying. Kendati Zhang sedikit fasih berbahasa Denmark, kemampuan bahasa Mandarin Axelsen membuat ia dan Zhang dapat menyampaikan segala sesuatu dengan lebih baik.
”Dengan begitu, saya bisa belajar lebih banyak lagi dari Zhang,” ucap Axelsen.
Menjaga fokus
Axelsen sangat menyadari, kunci dari performa yang gemilang adalah tahu cara menjaga fokus selama mengikuti pertandingan. Oleh karena itu, selama pertandingan belum selesai, Axelsen tidak akan mau diganggu hal-hal lain di luar bulu tangkis.
Sepanjang perhelatan Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka, misalnya, Axelsen tidak pernah bersedia diwawancara berlama-lama oleh media. Ia membatasi jumlah pertanyaan dari wartawan agar tidak terlalu mengganggu fokus bertandingnya.
Jadwal pertandingan yang padat juga membuatnya harus kehilangan waktu untuk berjalan-jalan bersama keluarga selama di Jakarta. Selama dua pekan di Jakarta, aktivitas Axelsen sebagian besar hanya di kamar hotel dan arena pertandingan. Sesekali ia meluangkan waktu untuk menemani putri kecilnya, Vega Rohde Axelsen, bermain.
Keberhasilan meraih gelar Malaysia Terbuka pertamanya agaknya juga tidak akan membuat Axelsen puas. Ia masih berhasrat memenangi banyak gelar ke depan dan menjaga performanya di level tertinggi selama mungkin, sesuatu yang bukan mustahil dia raih melihat tingkat kedisiplinannya yang melampaui pebulu tangkis lain.
Viktor Axelsen
Lahir: 4 Januari 1994, Odense, Denmark
Prestasi:
-Medali perunggu Olimpiade Rio de Janeiro 2016
-Juara Kejuaraan Dunia 2017
-Medali emas Olimpiade Tokyo 2020
-Juara All England 2020
-Juara All England 2022
-Juara Indonesia Terbuka 2022
-Juara Malaysia Terbuka 2022