Tak banyak yang menekuni profesi sebagai seniman lukis, apalagi konsisten berkarya hingga usia senja di Kalimantan Selatan. Muhammad Yusran adalah salah satunya.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Seni rupa, secara khusus seni lukis belum begitu mendapat tempat di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan pada umumnya. Tak banyak yang menekuni profesi sebagai seniman lukis, apalagi konsisten berkarya hingga usia senja. Muhammad Yusran adalah salah satunya. Ia tetap melukis hingga titik nadir dalam kehidupannya.
Deretan lukisan karya Nanang M Yus, nama seniman Muhammad Yusran terpajang di Galeri Seni Rupa Solihin, Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan, di Kota Banjarmasin, Rabu (12/1/2022). Selama 10 hari, 9-19 Januari 2022, pelukis yang memasuki usia 77 tahun pada tahun ini, memajang 26 lukisannya dari masa ke masa dalam Pameran Tunggal Nanang M Yus bertajuk Titik Nadir.
Dari 26 lukisan yang dipamerkan, ada dua lukisan yang dibuat pada 1977, yaitu lukisan Gravitasi berukuran 48 x 62 sentimeter (cm) dan lukisan Muslimah (80 x 90 cm). Lima lukisan lainnya bahkan baru dibuat pada 2021, yaitu lukisan Air Cinta (100 x 150 cm), Mata Air (100 x 150 cm), One Greatness of God (100 x 150 cm), Cucuku Zaiba (67 x 87 cm), dan Menjemput Rezeki (100 x 150 cm).
Semua karya itu dilukis di atas kanvas dengan cat minyak. Sebagian merupakan lukisan abstrak, sebagian lagi merupakan lukisan realis. Lukisan Menjemput Rezeki misalnya, menggambarkan aktivitas masyarakat Kalsel yang sehari-hari bekerja mendulang intan. Tampak dalam lukisan tersebut dua perempuan ikut mendulang bersama tujuh laki-laki.
Yus menuturkan, titik nadir merupakan retrospeksi perjalanannya dalam berkarya sampai memasuki usia 77 tahun pada 2022. ”Saya merasa sudah sampai pada suatu batas dalam pengabdian saya kepada dunia seni lukis. Memang batas itu tidak mutlak,” katanya saat dijumpai di lokasi pameran pada Rabu sore.
Sudah lebih dari 50 tahun Yus berkarya sebagai seniman lukis. Ia terhitung aktif melukis sejak 1967 atau sebelum ia menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel. Yus yang belajar melukis secara otodidak bahkan sudah gemar melukis sejak Sekolah Dasar (SD).
”Kalau masih diberikan kekuatan, saya akan terus melukis. Insya Allah, tidak akan pernah berhenti melukis, kecuali kalau saya sudah tidak mampu lagi bergerak atau sudah waktunya dipanggil. Usia senja siapa yang tahu,” kata pelukis senior Kalsel yang rambut dan janggutnya sudah memutih itu.
Pameran tunggal di Galeri Seni Rupa Solihin, Taman Budaya Kalsel merupakan pameran tunggal kedua Nanang M Yus. Sebelumnya, pada 2017, ia menggelar pameran tunggal di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin di Banjarbaru. Pada waktu itu, sebanyak 36 lukisannya dipajang di ruang tunggu keberangkatan Bandara Syamsudin Noor selama tiga bulan.
Dengan menggelar pameran tunggal Yus ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa seni rupa, khususnya seni lukis juga tumbuh dan berkembang di Banjarmasin dan Kalsel pada umumnya. Ada pelukis di Kalsel yang memiliki banyak karya lukisan.
”Saya ingin memotivasi pelukis-pelukis muda agar punya semangat yang kuat untuk berkarya sehingga seni lukis di Kalsel menjadi cabang seni yang hidup dan berkembang serta bisa disejajarkan dengan seni lukis di Pulau Jawa,” kata bapak empat anak, yang mengenyam pendidikan dasar hingga perguruan tinggi di Jawa Timur dan Yogyakarta itu.
Yus mulai berkecimpung di dunia seni lukis sejak kembali ke Banjarmasin pada 1967 setelah lama tinggal di Jawa Timur dan Yogyakarta bersama orang tuanya, yang berpindah-pindah tempat tugas. Melukis yang selama di Pulau Jawa hanya sebatas hobi coba ditekuninya di Pulau Kalimantan.
”Waktu pulang ke Banjarmasin, saya tidak punya pekerjaan. Saya hanya punya keterampilan. Karena itu, saya bergabung dengan sanggar budaya di Banjarmasin dan mulai tekun melukis,” kata pria yang mengagumi lukisan karya Leonardo da Vinci dan Rembrandt itu.
Namun, Yus sadar bahwa di Banjarmasin, ia tidak bisa mengandalkan keterampilan melukis untuk hidup. Situasinya berbeda dengan di Jawa ataupun Bali. Ia kemudian melamar jadi PNS dan diterima di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel. Sejak jadi PNS pada 1979, ia ditempatkan di bidang kesenian.
”Pelukis di Banjarmasin umumnya masih kesulitan mendapatkan dana untuk melukis karena jarang ada yang membeli lukisan. Karena itu, pelukis harus punya pekerjaan lain untuk menghasilkan uang, sehingga punya modal untuk terus melukis,” ujar kakek dari dua cucu itu.
Bikin galeri
Di Kalsel, menurut Yus, seniman lukis belum bisa dijadikan profesi untuk bisa menunjang kehidupan. Salah satunya karena tidak ada ruang atau galeri khusus yang disiapkan pemerintah daerah untuk memamerkan karya para pelukis.
Bagaimanapun, pelukis perlu wadah untuk menempatkan karyanya agar bisa dinikmati banyak orang. Di antara para penikmat seni lukis itu tentu ada yang berminat mengoleksi lukisan. ”Saya sudah sampaikan kepada gubernur dan wali kota, tetapi sampai hari ini belum dibuat juga,” kata pelukis yang pernah ikut pameran bersama di Jakarta, Yogyakarta, Solo, Ambon, dan Kupang itu.
Waktu pertama kali dibuka untuk umum, di Yus Gallery terdapat sekitar 100 lukisan. Namun, sekarang sudah berkurang jumlahnya karena beberapa lukisan sudah dibeli oleh kolektor. ”Kalau ada yang berminat dengan lukisan saya, harganya bisa dinegosiasikan,” kata seniman yang juga sangat mengagumi karya-karya pelukis Basuki Abdullah, Affandi, Hendra Gunawan, dan Widayat itu.
Dari pantauan, lukisan-lukisan karya Nanang M Yus yang dipamerkan di Galeri Seni Rupa Solihin, Taman Budaya Kalsel ditawarkan mulai dari harga Rp 2,5 juta. Untuk lukisan Menjemput Rezeki ditawarkan dengan harga Rp 17,5 juta. Ada pula lukisan Story of Life (58 x 72 cm), sebuah lukisan abstrak yang dibuatnya tahun 1986, ditawarkan dengan harga Rp 15 juta.
Yus mengatakan, beberapa lukisannya dibeli kolektor dari luar negeri. Lukisannya pun sudah terbang sampai ke California (Amerika Serikat), Jepang, Australia, dan Malaysia. ”Kalau di Kalsel sendiri, orang masih kurang antusias mengoleksi lukisan,” kata pensiunan PNS itu.
Meskipun sudah mencapai titik nadir dalam perjalanannya berkarya, Yus berharap pameran tunggal kali ini bukanlah pameran tunggal terakhirnya. ”Saya masih berharap bisa pameran tunggal lagi di Banjarmasin. Mungkin di hotel atau di mana saja. Tidak menutup kemungkinan juga pameran ke luar daerah kalau ada sponsornya,” kata Yus sambil terkekeh.
Muhammad Yusran
Nama Seniman : Nanang M Yus
Lahir : Barabai, Hulu Sungai Tengah, 19 September 1945
Pendidikan :
Pekerjaan : Seniman dan Pensiunan PNS
SD-SMP di Pacitan, Jawa Timur
SMA di Yogyakarta
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
Anugerah Astaprana dari Kesultanan Banjar (2012)
Penghargaan dari Pemprov Kalsel dengan predikat Seniman Lukis Kreatif (1995)