logo Kompas.id
Kajian DataMenjaga Kualitas Air demi...
Iklan

Menjaga Kualitas Air demi Kesehatan Masyarakat

Menjaga kualitas air penting untuk menjaga kesehatan. Menyediakan akses air minum dan sanitasi layak serta aman merupakan aspek penting yang perlu dituntaskan segera untuk menjaga kualitas air demi kesehatan masyarakat.

Oleh
MB Dewi Pancawati
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5ehiQ2-3adUKSEQzcLSFOJbhkcU=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F01%2Fcb2bca97-fb08-49c1-b6fc-8f6e185045e0_jpg.jpg

Hari Kesehatan Sedunia yang diperingati setiap 7 April pada tahun ini mengusung tema ”Our Planet, Our Health” (Planet Kita, Kesehatan Kita). Tema ini menjadi pengingat bahwa manusia harus selalu merawat bumi tempat berpijak, karena kerusakan bumi dapat menurunkan angka kesehatan umat manusia. Ketidakpedulian pada lingkungan yang bisa merusak bumi akan menjadi ancaman bagi kesehatan.

Di samping itu, Hari Kesehatan Sedunia juga mengingatkan untuk tetap waspada terhadap perubahan iklim mengingat perubahan iklim dapat berdampak pada keadaan bumi yang berpengaruh pada kesehatan manusia.

Hari Kesehatan Sedunia juga mengingatkan untuk tetap waspada terhadap perubahan iklim.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, lebih dari 13 juta manusia penghuni bumi meninggal sebagai dampak rusaknya lingkungan. Suhu udara yang kian memanas, polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil, dan kelangkaan air bersih membuat kesehatan manusia kian terpengaruh.

Kurangnya persediaan air bersih yang antara lain disebabkan kejadian ekstrem akibat perubahan iklim seperti banjir, badai, dan kekeringan, selain mengakibatkan kerusakan populasi juga meningkatkan risiko beberapa penyakit, diantaranya adalah diare. WHO mencatat, kurangnya persediaan air bersih menjadi penyebab meninggalnya 829.000 orang per tahun karena diare.

Kamis (31/03/2022) , seorang pengunjung melihat poster tentang sanitasi sehat di Kelurahan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Warga RW  003 dan RW 004 Kelurahan Sukun menerima program perguliran sanitasi aman dan sehat dari Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Kamis (31/03/2022) , seorang pengunjung melihat poster tentang sanitasi sehat di Kelurahan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Warga RW 003 dan RW 004 Kelurahan Sukun menerima program perguliran sanitasi aman dan sehat dari Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas.

Bahkan kurangnya persediaan air bersih yang berimbas pada buruknya layanan air yang layak dan sanitasi yang aman menyebabkan hampir 1.000 kematian di antara anak-anak di bawah 5 tahun setiap hari, dan sangat meningkatkan risiko berbagai penyakit melalui penyebaran dan konsumsi air yang tidak bersih.

Penyakit diare juga masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi, terutama anak balita. Bahkan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diare menjadi penyebab kematian nomor satu pada anak balita usia 29 hari-4 tahun, sebanyak 31,4 persen pada kelompok usia 29 hari- 11 bulan, dan 25,2 persen berasal dari kelompok usia 1-4 tahun.

Penyakit diare juga masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi, terutama anak balita.

Sementara Riskesdas 2018 mencatat, berdasarkan analisis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang dialami, prevalensi diare anak balita sebesar 12,3 persen, lebih tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya. Di mana 13 provinsi (38 persen) memiliki prevalensi diare anak balita di atas angka nasional.

Tiga provinsi dengan prevalensi terendah adalah Papua (15,8 persen), Sumatera Utara (15,4 persen), dan Nusa Tenggara Barat (15,1 persen). Prevalensi diare juga lebih tinggi terjadi di perdesaan (8,1 persen) dibandingkan di perkotaan (7,9 persen). Jika dilihat dari latar belakang pekerjaan, nelayan/petani/buruh tani/tidak bekerja memiliki prevalensi diare di atas 8 persen.

Baca juga: Mitigasi Perubahan Iklim untuk Menjamin Kesehatan Masyarakat

https://cdn-assetd.kompas.id/Ue6m3BeNpyl7ISxkwBYuinPjbpk=/1024x1718/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F04%2F01%2F20200401-ARS-Tangkal-Korona-5-mumed_1585727091_png.png

Selain perilaku buruk manusia, kondisi lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor meningkatnya kejadian diare. Tiga faktor yang dominan adalah sarana air bersih, termasuk air minum, pembuangan tinja, dan air limbah.

Mengutip laman litbang.kemkes.go.id, Unicef menyatakan bahwa sekitar 88 persen kematian terkait diare disebabkan oleh air yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai, dan kebersihan yang tidak memadai (Black, Morris, & Bryce, 2003; Unicef, 2006).

Oleh karena itu, memastikan bahwa masyarakat mendapat layanan air dan sanitasi yang efektif dan berkelanjutan merupakan tantangan kritis. Hal ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Keenam (SDGs-6) 2030 yang menyerukan ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua.

Baca juga: Hari Kesehatan Dunia: Kiprah dan Pekerjaan Rumah Indonesia

Iklan

Air dan sanitasi layak serta aman

Menyediakan air bersih dan sanitasi yang layak serta aman sejatinya adalah tugas negara sebagaimana diamanatkan UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) bahwa ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Sejalan dengan hal tersebut, UU No 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga menyatakan bahwa pemenuhan air bersih bagi masyarakat merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah sebagai bagian pelayanan publik yang harus dilakukan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purbalingga mulai mendistribusikan air bersih kepada warga di Desa Kaliori, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (2/9/2020).
ARSIP PEMKAB PURBALINGGA

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Purbalingga mulai mendistribusikan air bersih kepada warga di Desa Kaliori, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah, Rabu (2/9/2020).

Oleh karena itu, pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 mengamanatkan untuk memenuhi 100 persen akses air minum layak, termasuk 15 persen akses air minum aman, serta 30 persen akses air minum perpipaan. Rencana lima tahunan tersebut juga menargetkan 90 persen akses sanitasi layak, termasuk 15 persen akses sanitasi aman, serta nol persen buang air besar sembarangan (BABS).

Terkait akses terhadap air minum layak, dalam satu dekade terakhir persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum layak menunjukkan tren yang terus meningkat. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020, 90,21 persen rumah tangga sudah bisa mengakses air minum layak, termasuk 20,7 persen akses perpipaan.

Namun, dari 34 provinsi, tercatat lebih dari 50 persen (58,8 persen) rumah tangganya masih belum mencapai angka nasional dalam mengakses air minum layak. Bahkan Provinsi Bengkulu dan Papua masih di kisaran 60 persen. Artinya, empat dari sepuluh rumah tangga di kedua provinsi tersebut belum tersentuh layanan untuk mendapat air minum yang layak.

Sementara itu, Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) 2020 mencatat capaian akses air minum aman baru mencapai 11,9 persen. Air minum layak dan air minum aman merupakan dua indikator yang berbeda. Studi yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes ini juga menemukan tujuh dari sepuluh rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi e-coli.

https://cdn-assetd.kompas.id/ibSDCfr8NON5hJ2raxvR0XcSsoI=/1024x1393/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F12%2F01%2F20211201-H12-ADI-Krisis-Air-mumed-data_1638372420_jpg.jpg

Temuan tersebut bisa jadi berhubungan dan menggambarkan kondisi sanitasi rumah tangga di Indonesia. Terkait hal tersebut, Susenas 2020 menunjukkan capaian 79,5 persen untuk akses sanitasi layak, termasuk 7,6 persen untuk sanitasi aman, serta capaian BABS sebesar 6,2 persen.

Menjaga kualitas air

Capaian tersebut menunjukkan meski secara kuantitas akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak telah meningkat tetapi dari sisi kualitas masih memerlukan usaha keras untuk memperbaiki karena tak lepas juga dari pengaruh perilaku manusianya.

Hasil Riskesdas 2018 juga memperlihatkan proporsi pembuangan air limbah utama dari kamar mandi/tempat cuci di rumah tangga sebagian besar (51 persen) langsung ke got/kali/sungai dan 19 persen tidak mempunyai penampungan air atau langsung ke tanah.

Warga mengisi ember dengan air bersih yang disediakan Balai Prasarana Permukiman Wilayah Banten di Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (7/1/2020).
ARSIP KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Warga mengisi ember dengan air bersih yang disediakan Balai Prasarana Permukiman Wilayah Banten di Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (7/1/2020).

Begitu juga dengan sarana buang air besar yang memengaruhi kualitas air di darat. Tahun 2019 masih ada 20,44 persen rumah tangga yang tidak memiliki septic tank untuk pembuangan akhir tinja, sebanyak 68 persen terdapat di perdesaan. Papua, Bengkulu, dan Lampung tercatat sebagai provinsi terendah di mana rumah tangganya yang memiliki septic tank untuk pembuangan akhir tinja masih kurang dari 60 persen.

Pemenuhan kualitas air minum yang tidak aman sangat berkorelasi dengan tingginya kejadian penyakit, yang selanjutnya berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

Kondisi tersebut menjadi ”alarm” bahwa air minum dan sanitasi merupakan aspek penting yang perlu dituntaskan segera untuk menjaga kualitas air. Apalagi tercatat masih ada 6,2 persen rumah tangga yang melakukan buang air besar sembarangan. Diperlukan upaya bersama untuk bisa mencapai target nol persen pada 2024.

Mengingat pentingnya air bagi kehidupan, terutama kesehatan manusia, maka kualitas air perlu dijaga. Pemenuhan kualitas air minum yang tidak aman sangat berkorelasi dengan tingginya kejadian penyakit, yang selanjutnya berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

Penyakit diare bisa dicegah melalui ketersediaan air minum aman, sanitasi, dan kebersihan yang memadai. Karena pada hakikatnya akses air minum yang aman merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi. (LITBANG KOMPAS)

Baca juga : Tingkatkan Akses Air Minum dan Sanitasi bagi Masyarakat

Editor:
YOHAN WAHYU
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000