Pada masa mendatang, Partai Buruh diperkirakan menjalin kerja sama erat dengan politisi Partai Hijau yang ingin Australia lebih signifikan mengurangi emisi karbon serta meningkatkan pemakaian energi terbarukan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Demokrasi tak bisa dijamin akan menghasilkan pemimpin ideal. Namun, demokrasi yang sehat dapat memastikan perimbangan dan koreksi senantiasa terjadi.
Pemilu Australia yang berlangung pada Sabtu (21/5/2022) menjadi salah satu buktinya. Meski tak mudah, sebagian besar rakyat Australia memutuskan memenangkan Partai Buruh. Maka, pemimpin partai itu, Anthony Albanese, akan menjadi perdana menteri, menggantikan Scott Morrison, pemimpin Partai Liberal yang konservatif.
Sejumlah analis dan media menyebut kemenangan Albanese bersama partainya terjadi bukan karena pria berdarah Irlandia-Italia itu hebat, berkharisma besar, dan orator ulung. Salah satu faktor penting penyebab kemenangan Partai Buruh ialah publik Australia bosan, jenuh dengan Morrison.
Sebagian warga Australia, termasuk yang konservatif, tidak puas dengan Liberal karena tidak mendukung mitigasi perubahan iklim. Mereka sangat memihak kelompok pro-batubara.
Meski tak sepenuhnya berseberangan dengan Liberal dalam isu energi fosil, Buruh setidaknya memberi harapan akan posisi Australia yang lebih proaktif dalam mencegah memburuknya perubahan iklim. Pada masa mendatang, Buruh diperkirakan menjalin kerja sama erat dengan politisi Partai Hijau yang ingin Australia lebih signifikan mengurangi emisi karbon serta meningkatkan pemakaian energi terbarukan. Selain itu, politisi independen di parlemen kian penting bagi Buruh dalam mengelola pemerintahan. Beberapa dari mereka mengalahkan politisi Liberal di daerah pemilihan penting.
Situasi itu sangat menarik dan menjadi sinyal kuat betapa masyarakat Australia menghendaki status quo berakhir. Masa kekuasaan lebih kurang satu dekade kelompok konservatif tak berlanjut dan digantikan kelompok Buruh.
Inilah demokrasi. Ada pemilihan umum yang digelar secara reguler. Saat rakyat jenuh dan tak cocok lagi dengan kelompok penguasa, mereka mengalihkan dukungan ke kelompok lain. Mencoba menunjukkan perubahan orientasi pemerintahan baru, Albanese menyatakan dalam pidato kemenangannya bahwa Australia akan mengakhiri ”perang iklim”, serta menjadi kekuatan besar dalam penggunaan energi terbarukan.
Negara pengekspor utama batubara itu rasanya akan tetap berada di posisi yang sama dalam berhadapan dengan China. Namun, dengan mengambil posisi agresif dalam pengurangan emisi karbon, Australia diperkirakan memiliki hubungan lebih baik dengan negara-negara Pasifik. Sikap Canberra yang selama ini sangat pro-energi fosil mengundang kritik dari negara-negara Pasifik karena mereka paling terdampak perubahan iklim. Bisa jadi, relasi positif dengan negara-negara Pasifik akan membantu Australia saat menghadapi China.
Berkat demokrasi, kelompok politisi yang pro-lingkungan bisa berkuasa. Kali ini, perubahan itu mendukung masa depan Planet Bumi yang lebih baik. Dunia sekarang menunggu bagaimana rencana perubahan itu diwujudkan.