Ekonomi Hijau Jadi Arus Utama, Australia Lanjutkan Produksi dan Ekspor Batubara
Australia adalah salah satu konsumen terbesar dan eksportir terbesar batubara di dunia. Namun, negara itu tidak punya rencana memangkas produksi dan konsumsi batubara serta gas alam dan minyak bumi dalam waktu dekat.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
CANBERRA, SENIN — Australia terus menolak berkomitmen pada langkah-langkah pengendalian penyebab perubahan iklim. Padahal, Australia telah merasakan dampak buruk perubahan iklim.
Dalam laporan West Australian pada Senin (27/9/2021), Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengaku belum memutuskan akan ke Glasgow atau tidak. ”Saya sudah terlalu banyak berkunjung ke luar negeri,” ujarnya.
Pada November 2021, Glasgow akan menjadi tuan rumah Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (COP26). Konferensi itu akan membahas perkembangan upaya global mengatasi dampak perubahan iklim. Berbagai riset menunjukkan, perubahan iklim terutama dipicu peningkatan gas rumah kaca yang sumbernya, antara lain, dari karbon dioksida dan metana.
Berbagai riset juga menunjukkan, Australia telah menanggung dampak perubahan iklim. Kebakaran hutan dan semak yang meningkat pada 2019-2021 adalah satu buktinya. Demikian pula kematian karang di Gugusan Karang Besar (Great Barrier Reef) di pesisir timur Australia.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan, Australia akan tetap mengirimkan utusan ke COP26. Namun, ia tidak menjelaskan siapa akan hadir di konferensi itu. Ia juga menolak kaitan peluang ketidakhadiran Morrisson dengan keengganan Morrison menetapkan tenggat pemangkasan produksi dan konsumsi energi fosil.
Negara-negara maju telah berjanji memangkas emisi karbon menjadi setengah dari produksinya selama ini pada 2030. Sementara Australia hanya menjanjikan akan memangkas 26 persen dibandingkan total emisi pada 2005. Sampai sekarang, 70 persen listrik Australia dipasok Pembangkit Listrik Tenaga Uap dari sumber pembakaran batubara.
Australia merupakan salah satu konsumen terbesar batubara sekaligus eksportir terbesar batubara di dunia. Canberra mengandalkan batubara sebagai salah satu sumber devisa dengan nilai lebih dari 37 miliar dollar AS per tahun. Hingga 44 persen orang Australia mau negaranya tetap menambang dan menjual batu bara sampai tidak ada lagi yang membelinya. ”Kami akan tetap menambang sumber daya yang bisa kami jual,” kata Morrison pada awal September 2021.
Morrison menekankan, ekspor batubara Australia menyasar ke sejumlah negara. Ekspor akan bertahan sampai beberapa tahun ke depan.
Menteri Sumber Daya Alam Australia Keith Pitt mengatakan, batubara menyediakan lapangan kerja untuk 50.000 warga Australia. ”Faktanya, permintaan global pada batubara Australia terus naik,” kata dia.
Morrison telah beberapa kali menolak menjawab saat ditanya tenggat pemangkasan emisi oleh Canberra. Selepas bertemu Presiden AS Joe Biden di Washington, ia hanya mengatakan bahwa Canberra sedang menyusun rencana pemangkasan emisi.
Ia berkali-kali menyatakan, Australia tidak punya rencana memangkas penambangan dan penggunaan batubara, gas alam, dan minyak bumi dalam waktu dekat. ”Perubahan butuh waktu. Kami mengerjakan transisi teknologi yang memungkinkan kita dalam 20 atau 30 tahun ke depan dalam kondisi emisi nol,” kata dia.
Wakil PM Australia Barnaby Joyce malah lebih sering lagi menolak pemangkasan emisi. ”Jelas sekali (pemangkasan emisi) tidak beralasan, bisa menimbulkan kerugian,” kata politisi Partai Nasional yang pendukungnya banyak bekerja di sektor penghasil emisi itu.
Ia menegaskan, pertanian dan pertambangan amat penting bagi warga Australia. Dari kedua sektor itu ada rembesan efek ke berbagai sektor lain. ”Ingat, bahan bakar fosil adalah ekspor terbesar bangsa ini. Jika ekspor itu dihilangkan, kesejahteraan akan menurun,” kata dia.
Penasihat Khusus PBB untuk Perubahan Iklim, Selwin Hart, mendesak Canberra mempercepat penghentian PLTU batubara. ”Kami paham batu bara dan energi fosil lainnya amat penting bagi perekonomian Austalia,” kata dia.
Meski demikian, Australia perlu segera mempercepat transisi menuju energi terbarukan dan lebih bersih. ”Kalau dunia tidak menghentikan penggunaan batubara, dunia terancam bencana. Ekonomi Australia akan terancam mulai dari pertanian, pariwisata, hingga sektor jasa lainnya,” kata dia. (AFP/REUTERS/RAZ)