Kini Korut konsisten mengembangkan kemampuan rudal sebagai wahana pelontaran senjata nuklir. Dari waktu ke waktu, pengujian akan membuat rudal semakin jauh jangkauannya, makin presisi sistem pencapaian sasarannya,
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Meski sering disebut negara dengan penduduk yang kehidupannya susah, Korea Utara termasuk pilih tanding dalam soal peluru kendali atau rudal.
Dalam ungkapan lain, one of a kind. Kamis (24/3/2022), Korut meluncurkan rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile/ICBM), besar kemungkinan berkode Hwasong-17. ICBM adalah rudal balistik pangkal darat dengan jangkauan sekitar 5.500 kilometer. Sejauh ini ICBM lazim digunakan sebagai wahana pelontaran hulu ledak nuklir.
Korut punya beragam rudal, mulai dari rudal jelajah, balistik jarak menengah, balistik antarbenua, balistik pangkal kapal selam, hingga hipersonik yang bisa melaju dengan kecepatan sekurang-kurangnya Mach 5, sekitar 5.500 kilometer/jam (Kompas, 25/3/2022). Korut merupakan satu di antara sedikit negara yang menguasai ”seni rekayasa” pembuatan rudal meskipun sebagai negara yang secara perekonomian tidak digolongkan maju. Hal ini merupakan capaian tersendiri di tengah kepungan berlatar geopolitik yang amat menjepit.
Namun, di sisi lain, yang dipertontonkan menimbulkan kemarahan, khususnya Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan. Jepang, misalnya, seperti disampaikan Perdana Menteri M Fumio Kishida, menyatakan uji ICBM Korut ”keterlaluan dan tak bisa dimaafkan”. Korut disebut mengancam perdamaian dan keamanan Jepang. AS juga mengecam uji rudal Korut serta mendorong dunia untuk menuntut pertanggungjawaban negara itu karena melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Meski masih membuka tawaran untuk berunding, tidak ada pilihan mundur bagi Korut.
Apalagi, ada dinamika dunia yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi. Pemimpin Korut Kim Jong Un bisa mengatakan, negaranya tidak akan pernah menjadi seperti Ukraina yang mudah diserang sebab tanpa senjata nuklir sebagai sarana penggentaran (deterens). Setidaknya sudah sekitar dua dekade terakhir dunia ”dipusingkan” oleh program nuklir Korut, tetapi pada kenyataannya tidak ada satu kebijakan pun yang secara efektif dapat menghentikannya.
Kini Korut secara konsisten mengembangkan kemampuan rudal sebagai wahana pelontaran senjata nuklir. Dari waktu ke waktu, pengujian akan membuat rudal semakin jauh jangkauannya, makin presisi sistem pencapaian sasarannya, dan tentu makin andal propulsinya.
Korut juga akan membuka kembali lokasi pengujian nuklir yang ditutup tahun 2018. Program rudal balistik juga akan digunakan untuk meluncurkan satelit mata-mata yang bisa digunakan untuk memantau pergerakan militer AS dan sekutunya. Kebijakan itu diambil Kim karena melihat AS dan Korsel semakin sering melakukan latihan militer bersama.
Ada dialektika dalam relasi keamanan di Semenanjung Korea, yang diwarnai dinamika global, khususnya setelah serangan Rusia terhadap Ukraina. Selain dilandasi tekadnya untuk menjadi negara yang bisa mempertahankan diri dari kepungan negara yang bermusuhan, Korut merasa perlu unjuk kekuatan. Korut bukan negara yang mudah ditekan atau diserang.