Sanksi AS dan Barat membuat sistem keuangan Rusia tidak mendapatkan akses terhadap jaringan keuangan global yang dikelola Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT).
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Rusia mampu membayar utang luar negeri. Cadangan devisa 643 miliar dollar AS, melampaui utang luar negeri Rusia yang setara 120 miliar dollar AS.
”Kami sedang mempersiapkan pembayaran utang yang jatuh tempo,” kata Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov, Senin (14/3/2022). ”Apakah itu menunjukkan kami gagal bayar (default)? Dari sudut pandang Rusia, kami tetap memenuhi kewajiban utang,” ujar Siluanov.
Akan tetapi, Rusia memang secara teknis akan sulit membayar pinjaman yang jatuh tempo. Ada bagian dari utang setara 117 juta dollar AS dalam dua eurobond, yang jatuh tempo pada 16 Maret lalu. Ini akan sulit dilunasi.
Kesulitan bukan pada ketidakmampuan membayar. Kesulitan terletak pada pembekuan jaringan pembayaran internasional. Sanksi AS dan Barat membuat sistem keuangan Rusia tidak mendapatkan akses terhadap jaringan keuangan global yang dikelola Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT). Jaringan yang bermarkas di Belgia ini mengatakan memutus jaringan dengan tujuh entitas Rusia serta afiliasinya sejak 12 Maret lalu.
Rusia punya taktik lain untuk membayar utang-utang luar negeri, tetapi dalam denominasi rubel, mata uang Rusia. Namun, Fitch Rating menyebutkan, pembayaran dalam denominasi rubel tetap tak mengelakkan potensi gagal bayar. Pembayaran hanya dalam denominasi mata uang kuat dunia.
Melumpuhkan sistem keuangan Rusia, itulah tujuan SWIFT. Jika Rusia gagal bayar, bukan karena kasus seperti 1918 saat Uni Soviet tidak mengakui utang tsar. Bukan juga gagal bayar pada 1998 karena kebangkrutan keuangan Rusia.
”Bukan lagi pertanyaan apakah Rusia akan gagal bayar,” kata Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, Senin lalu. Georgieva menambahkan, sanksi, bukan ketiadaan uang, membuat default. Pada dasarnya Rusia mampu membayar utangnya, kata Georgieva. Namun, ia menambahkan, default Rusia tidak akan membuat efek domino.
Akan tetapi, ada celah. Analis JP Morgan, misalnya, mengatakan, tak seharusnya Rusia dihambat membayar utangnya. Departemen Keuangan AS menyebutkan, pembayaran utang Rusia kepada entitas AS masih diperbolehkan hingga 25 Mei 2022. Pelaku keuangan itu punya banyak taktik. Kasus sanksi pada Iran oleh AS, misalnya, tetap juga membuat lembaga keuangan dunia tetap bersedia bertransaksi dengan Iran.
Prahara ini kembali ke dasar masalah, invasi Rusia ke Ukraina. Ini pemicu sanksi yang, menurut Georgieva, bukan hanya memunculkan default. Ada masalah perdagangan energi, logam, dan komoditas pertanian yang merugikan dunia.
Dasar masalah itu, bagaimanapun, terkait dengan persaingan geopolitik negara-negara kuat, dalam hal ini AS versus Rusia (The Economist, 5 Maret 2022). Solusinya harus memasuki ranah geopolitik juga. Agar sanksi bisa diatasi dan menyelesaikan kemelut yang memiliki efek ganda dan merugikan siapa saja, kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi.