Helda Fachri mengajak banyak orang untuk aktif di kegiatan bank sampah sebagai salah satu upaya mencari solusi penyelamatan lingkungan.
Oleh
Susie Berindra
·5 menit baca
Poster bertuliskan "Pilah Sampah dari Rumah" tak pernah lepas dari tangan Helda Fachri. Tak kenal lelah, Helda mengedukasi masyarakat memilah sampah rumah tangga untuk disetorkan ke bank sampah. Pendirian Bank Sampah Jaya DanaKirti menjadi aksi nyata kepeduliannya.
Selama pandemi, Helda tetap menjalankan edukasi pilah sampah dari rumah dan pembentukan bank sampah dengan berkeliling di Kota Tangerang Selatan. Semua kegiatan dilakukan secara tatap muka maupun daring. Salah satu sosialisasi yang dilaksanakan secara daring diberikan Helda kepada siswa SMP dan SMA Anderson School, Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (8/6/2021).
Helda berpesan kepada para siswa untuk mulai memilah sampah dari rumah. “Siapa yang sudah memilah sampah di rumah? Loh kok cuma tiga orang nih, berarti saya harus bekerja keras lagi nih untuk sosialisasi. Apalagi, untuk anak muda ya, kalau bisa ayo ikut budaya baru dalam mengelola sampah,” kata Helda.
Untuk memancing ketertarikan anak muda dalam mengelola sampah, Helda juga memutarkan video animasi mengenai tragedi ledakan sampah di TPA Leuwigajah pada tahun 2005. Contoh lain yang dikemukakan adalah turap atau penahan TPA Cipeucang Tangsel yang longsor ke Sungai Cisadane pada Mei 2020.
“Kita bisa mulai dari diri sendiri, mengelola sampah sendiri. Semakin lama barang digunakan malah lebih bagus, usahakan untuk 3R, reduce, reuse dan recycle,” ujar Helda.
Sebagai Pendiri Bank Sampah Jaya DanaKirti, Helda tak pernah lelah mengajak semua orang untuk mau memilah sampah dan menyetorkan ke bank sampah. Selama dua tahun, dia mendorong banyak perumahan di sekitar Tangsel untuk mendirikan bank sampah. Salah satu yang terbaru adalah Bank Sampah Savia Nusa Loka BSD yang dimulai pada 23 Mei 2021.
Warga perumahan datang ke titik kumpul dengan membawa sampah yang sudah dipilah. Beberapa jenis sampah di antaranya kantong dan botol plastik, kardus, kaca, dan kertas. Sampah yang sudah dipilah, ditimbang kemudian dijumlah dengan harga yang berbeda-beda. Setelah itu, sampah akan disetorkan ke pelapak.
“Sampah kalau dikelola akan mendatangkan manfaat luar biasa dan memiliki nilai ekonomi. Pelapak juga senang bisa mendapat uang, kita juga enggak sekadar buang sampah. Ada 42 jenis sampah yang bisa dikelola, tetapi bank sampah bisa mengelola sekitar 15-28 jenis sampah,” kata Helda.
Helda selalu mengingatkan agar tak lagi memakai sistem membuang sampah dengan cara angkut, kumpul dan buang. Sampah jenis apa pun dijadikan satu, lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir dengan sistem open dumping yang kemudian menimbulkan banyak masalah. “Tahan dulu ya sampahnya di rumah, dipilah, lalu setor ke bank sampah,” ujar Helda.
Tetap semangat
Selama pandemi, Helda tak menghentikan kegiatan sosial yang dijalaninya. Setiap kali ada kesempatan, dia akan mengajak berbagai komunitas mendirikan bank sampah. Sejak tahun 2018, dia sudah menggagas pembentukan 38 bank sampah di sekitar Tangsel. Sebanyak 17 bank sampah terbentuk saat pandemi.
“Saya bergerak di Tangsel saja dulu, di sini masalah sampah saja sudah banyak sekali, kecuali kalau sosialisasi online saya mau membantu di mana pun,” katanya.
Akhir tahun 2020, Helda dibantu sang suami, Mohammad Iksan Modjo yang merupakan alumnus Monash University. Sebagai Ketua Penasihat Jaya DanaKirti Iksan mendapat bantuan dana program Alumni Grant Scheme (AGS) dari Australia Awards in Indonesia. Program yang dinamakan Hello (Healthy Environment for Life and Livelihood Opportunity through Solid & Plastic Waste Management) ini dijalankan oleh Helda dan timnya.
Selain menjalankan program tersebut, sejak April lalu, Helda mengikuti seleksi Bank Sampah Innovation Competition (BASIC) 2021 yang diselenggarakan PT Astra Internasional. “Bank Sampah Jaya DanaKirti sudah lolos sebagai 3 Bank Sampah Terpilih. Nah, sekarang saya sedang mempersiapkan presentasinya. Lagi cari wangsit nih untuk bikin konten video,” kata Helda sambil tertawa.
Untuk meluapkan kegembiraannya, Helda mengunggah pengumuman dari BASIC 2021 ke Instagram. “Mengisi edukasi 2 hari berturut-turut dengan durasi 8,5 jam kemarin. Tunai dibalas kontan oleh Allah, Tuhan pemilik semesta alam raya,” tulisnya di IG.
Saat menceritakan segala hal terkait dengan bank sampah, Helda selalu bersemangat. Dengan kalimat panjang lebar, dia membagi pengetahuan yang dimilikinya. Malahan, dalam seminar atau webinar, moderator kerap mengingatkan waktu yang hampir habis. Helda ingin semua orang yang ditemuinya tergerak hatinya untuk mengelola sampah sekaligus mencintai lingkungan sekitarnya.
Saat ditemui di rumahnya, Kamis (29/4/2021), Helda mengisahkan awal perjalanannya tertarik dengan bank sampah. Kebiasaan memilah sampah dari rumah dilakukan Helda ketika tinggal di Australia untuk menemani suaminya kuliah. Saat kembali ke Surabaya dan pindah ke Tangerang Selatan, Helda risih melihat semua jenis sampah dicampur jadi satu.
Di tengah aktivitas memilah sampah dari rumah, Helda berpikir bagaimana caranya supaya sampah tidak langsung dibuang ke TPA. Dia ingin memulai bank sampah tetapi bingung cara memulainya. Lalu, tanpa sengaja dia bertemu dengan pengurus bank sampah yang sedang memfotokopi undangan rapat.
“Pas ketemu, saya langsung minta supaya bisa ikut rapat dengan mereka. Saya ingin tahu bagaimana mendirikan bank sampah,” katanya.
Tahun 2018, Helda memulainya dari lingkungan terdekat yang dikenalnya yaitu forum orangtua di sekolah anaknya, Sekolah Hikari, Tangsel. Bersama empat ibu-ibu lainnya melalui Bank Sampah Jaya DanaKirti mereka bergerak mengumpulkan dan memilah sapah dari para siswa untuk disetor ke pelapak.
Sebelumnya, Helda sudah survei ke beberapa pelapak yang bisa menerima sampah plastik atau lainnya. Di tempat para pelapak itulah, sampah diolah kembali.
Helda merasa kegiatan bank sampah di Hikari yang berlangsung sebulan sekali kurang berdampak luas. Lalu, dia mencari tempat lain untuk mendapat sampah. Dari mulai perumahan, restoran, sampai sekolah lain dimasukinya.
Dalam satu minggu, dia bisa berkeliling ke sepuluh tempat untuk edukasi pilah, penimbangan dan setor sampah. Setelah semakin banyak, Helda akan mengajari komunitas untuk mendirikan bank sampah secara mandiri.
Hingga kini, Jaya DanaKirti berhasil menyelamatkan 20 ton sampah yang bisa dikelola. Jika dihitung dengan 38 bank sampah lainnya, jumlahnya bisa mencapai 500 ton.
Helda Fachri
Lahir : Banjarmasin, 28 Desember 1972
Suami : Mohamad ikhsan modjo
Anak : 3
Organisasi :
- Pendiri Bank Sampah Jaya DanaKirti Tangerang Selatan (2019)