Negeri Pemuja Koruptor
Kasman selamat beserta keluarganya karena ia bersama keluarganya buru-buru keluar dari mobil.
”Gila negerinya maju banget, maling aja bisa jadi caleg,” seru Kasman melihat spanduk bertuliskan ”Dukung Pak Barry, korupsi dana irigasi, tetapi berjanji korupsi lebih banyak lagi”. ia terpukau meski kelelahan berlari.
Kasman kabur dari negeri Suka Miskin. Ia dikejar oleh warga karena sudah berulang kali melakukan kejahatan. Mulai dari mencuri ayam sampai mencuri gigi emas nenek-nenek. Warga segera mengambil tindakan karena geram. Sayang, warga lupa kalau Kasman jago kabur dan berkelit.
Sampai akhirnya, ia berlari sampai di perbatasan negeri, ketika hendak masuk ke negeri pemuja koruptor, ia dihadang penjaga yang mengenakan senjata lengkap dengan tatapan waspada.
”Selamat datang di, seberapa banyak korupsi yang kamu pernah lakukan?” kata penjaga.
”Saya cuman korupsi, pakan ayam Pak,” kata Kasman.
”Aduh cuman begitu, kalau begitu kamu tidak boleh masuk,” seru penjaga dengan kecewa.
”Tapi itu ayam punya presiden di negeri saya Pak,” kata Kasman dengan bangga.
”Hebat juga kamu. Selamat, kamu bisa segera memasuki negera kami tercinta, negeri pemuja korupsi,” seru penjaga dengan semangat.
Dengan wajah senang Kasman memasuki negara pemuja korupsi. Ia menumpang sebuah truk hasil korupsi perusahaan kelapa sawit milik negara yang ingin ke ibu kota. Ia yakin sangat cocok dan bakalan sukses di negara ini.
Sampailah, ia di ibu kota negara pemuja korupsi, kota gila korupsi. Muncullah iring-iringan yang begitu megah dengan orang-orang dengan jas mewah di atasnya. Mereka dibawa dengan mobil-mobil dinas harga miliaran.
Miris rakyat busung lapar melambaikan tangan dengan sisa tenaganya. Mencoba tersenyum dengan wajah pucat pasi dan terlihat seolah tengkorak meringis. Baju mereka compang-camping seperti kain kumal.
Hujan recehan, dihambur-hamburkan dari mobil iring-iringan. Warga buru-buru mendekat saling sikut. Beberapa warga terluka, namun orang-orang dalam iring-iringan tidak peduli dan hanya lewat dengan wajah bangga.
Kasman masih tidak mengerti dengan kejadian itu bertanya dengan tukang becak di sampingnya. Tukang becak menjelaskan bahwa iring-iringan koruptor berprestasi. Mereka mampu korupsi tanpa tertangkap lembaga antikorupsi.
Baca juga: Tsunami Gurun
Tukang becak menunjuk ke salah satu orang yang paling berprestasi adalah Sukorup. Korupsinya 13 triliiun selama tujuh turunan. Ia dipersiapkan oleh neneknya untuk korupsi. Konon dari bayi sudah korupsi jatah minum susu milik saudaranya sendiri.
”Pak Sukorup, kamu jadi idolaku. Saya yakin sukses kayak kamu,” teriak Kasman dengan semangat.
Kasman yang tidak punya uang ikut berebut recehan. Dengan beringas. Ia merebut uang dari tangan orang miskin. Beberapa orang yang diambil uangnya langsung didorong agar menjatuhkan uang yang sudah diambilnya. Tak ada rasa iba, hanya tatapan buas ingin menang.
Setelah mendapatkan sedikit uang, ia segera berpikir mencari pekerjaan. Bukan pekerjaan biasa, namun pekerjaan yang akan membawanya semakin dekat dengan impiannya menjadi seperti Pak Sukorup.
Sampai, ia menemukan potongan koran di jalan. Koran tersebut berisi informasi tentang ujian PNS. Ia buru-buru menghadiri ujian PNS di sebuah gedung yang tua dan tak terawat, bahkan gemboknya terlihat keropos. Ia berjalan ke arah meja pendaftaran yang petugasnya terlihat mengantuk.
Sialnya, ia tak punya ijazah, untung saja, ia buru-buru ke tempat fotokopi samping gedung. Fotokopi itu menawarkan jasa ijazah palsu. Hanya 15 menit ditambah setor foto, para pemesan bisa punya ijazah sampai S-4.
Ditambah menyediakan berbagai sertifikat berbagai pelatihan. Mulai dari latihan bela diri, memasak, sampai latihan menangkap ular cobra. Petugas fotokopi segera memberikan rekomendasi sertifikat yang dibutuhkan untuk Kasman. Ia langsung mengangguk.
Buru-buru Kasman berlari dengan setumpuk ijazah dan sertifikat. Kasman membayar dengan recehan yang dimilikinya. Petugas sambil menguap memberikan formulir. Tiba-tiba petugas memicingkan matanya memperhatikan dengan baik tulisan yang dibacanya.
”Gelar kau ini macam truk gandeng saja, banyak sekali di belakangnya,” kata penjaga,
”Namanya juga kerja keras Pak, kalau kita mau berusaha pasti hasilnya,” kata Kasman sambil tersenyum.
Beberapa minggu kemudian. Kasman duduk di ruangan mengerjakan ujian sambil mencontek. Seluruh peserta mencontek dan pengawas terlihat tidak peduli. Pengawas bungkam karena sudah dibayar dengan satu slop rokok.
Kasman bangga lulus dengan hasil mencontek. Ia merasa hal itu menjadi awal karier korupsinya yang gemilang. Akhirnya, ia bekerja sebagai pegawai rendahan, namun setelah menyikut beberapa orang ia mendapatkan jabatan. Mengingat hal itu, Kasman tertawa dengan bangga.
Ia mendapat rumah jabatan, di rumah jabatannya, ia memasang idola Pak Sukorup. Dari jabatannya, ia berhasil mengorupsi dari 3 hal. Pertama, uang yang dipungut paksa dari rakyat. Kedua, uang dari manipulasi pembiayaan dalam jabatannya. Ketiga, para penjahat yang menyuap untuk bekingan. Hidupnya semakin hari semakin makmur.
Lima tahun berlalu Kasman sudah berkeluarga, ia mendapatkan istri karena menipu mertuanya yang tidak bisa bayar utang. Ia mempuyai dua orang anak. Sejak dini mereka diajarkan harus korupsi.
”Pak, ini uang temanku yang saya palak, apakah ini sudah termasuk korupsi Pak?” tanya anaknya.
”Salah Nak, itu harusnya kau dapat jabatan dulu. Baru manfaatkan jabatanmu untuk korupsi. Dapatnya pasti lebih banyak dan tidak capek-capek mengancam,” kata Kasman.
Lima tahun berlalu prestasinya sebagai koruptor semakin menggila. Berbagai proyek dikorupsinya. Bahkan, korupsinya menggurita ke seluruh negeri. Sekarang ia sudah sejajar dengan idolanya.
Agar bisa naik lebih tinggi, ia mengambil megaproyek pembangunan jembatan lintas pulau. Ia berjalan di atasnya dengan mobil mewahnya. Ia datang bersama keluarganya, berbangga soal korupsinya.
Proyek yang sudah bertahun-tahun mangkrak, namun masih terus dibiayai. Proyek itu belum selesai, namun kendaraan sudah diperbolehkan lewat di atasnya. Saat sampai terlihat jembatan miring dan jalan disekitar jembatan berlubang.
Material pembangunan juga terlihat sangat tidak berkualitas. Beberapa baut terlihat sudah berkarat dan terdengar suara berdencit yang cukup keras selama berbulan-bulan. Namun, petugas proyek mengabaikan itu semua.
Saat Kasman berada di tengah jembatan, tiba-tiba jembatannya rubuh. Mobil-mobil berjatuhan ke laut, seolah mainan yang dijatuhkan ke bak mandi. Suasana berubah mencekam dengan teriakan di mana-mana. Polisi, pemadan kebakaran, dan reporter berdatangan meliput kejadian naas itu.
Baca juga: Jodoh Piutang
Kasman selamat beserta keluarganya karena ia bersama keluarganya buru-buru keluar dari mobil. Keluarganya sempat berlari ke tempat aman, namun ia jatuh tenggelam dan sempat pingsan. Tiba-tiba Kasman bermimpi bertemu semua korban hasil korupsinya. Mereka menatap dengan wajah menakutkan mengejar Kasman di sebuah jalan tanpa ujung.
Selama beberapa bulan ia merenung semua karier korupsinya. Setelahnya, ia yakin mengundurkan diri dari dunia korupsi. Beberapa orang menahannya mundur, namun ia bersikeras bahkan, sang idolanya memintanya untuk terus menjabat. Akan tetapi, tekad mundurnya sudah bulat.
Ia akhirnya hidup sederhana dan ditinggal istri dan anaknya karena jatuh miskin.
Satu pejabat berhenti tak mengubah tabiat pejabat di negera pemuja korupsi. Satu demi satu bangunan yang dikorupsi rubuh menimbulkan bencana besar. Para pejabat tak peduli hingga akhirnya seluruh negara amblas ke dasar lautan. Akhirnya negara pemuja korupsi hilang menjadi dongeng di mulut orang.
Dede Dermawan, Lahir Makassar 1991. Baru belajar menulis cerpen dengan serius pada usia 21 tahun.