Seketika ia melepas ikat pinggang berwarna hitam keemasan dengan berhiaskan peluru. Ia menyangkutkan pada kastok yang tersedia di dinding, kemudian berbalik ke arah saya dengan tatapan garang.
Aku menoleh ke kanan. Seorang perempuan sudah berdiri di dekatku. Dalam sekali pandang, aku tahu, rumah telah memengaruhi penampilannya.
Semakin hari semakin kusadari jika menulis adalah kebahagiaanku. Aku bisa menuliskan apa pun yang kumau bahkan imajinasiku sekalipun tanpa khawatir ada yang mencela.
Aku, pribumi dengan warna kulit coklat yang berbeda dengan kulitmu yang putih bersih.
Semua manusia yang tadi berdoa kini terbakar dan menjerit-jerit menjadi abu. Abu doa-doa. Doa mengirimkan mereka ke neraka.
Kala itu kau bercerita bahwa menjadi kuli tambang tidak akan dapat memberimu banyak harapan, lebih-lebih ada larangan bagi orang Tionghoa.
Dengan pandangan yang mulai kabur, ia melihat seekor anjing dewasa dan anak kucing yang berjalan beriringan. Anjing itu mendekatinya dan menggonggong sekali.
Perasaanku sakit. Mereka menganggapku orang yang tak waras.