Puisi-puisi Matdon
Matdon, wartawan yang juga menulis cerpen, puisi, dan esai. Sejak 2009 menjadi Rois ’Am Majelis Sastra Bandung.
Badega
di sepanjang kenangan; biji kopi sembunyi
33 tahun petani bersabar menanti pagi
bersama sinar mentari dan cicit burung
luka mengering begitupun air mata badega
purnama demi purnama aku mengenalmu
sebagai tanah perjuangan garut
2016
Kopi Malabar
keringat melepuh di bahumu
serupa sungai yang airnya tersendat oleh takdir hujan
dan musim tak menentu
di bahumu aku bersandar
bandung, 2016
Baca juga: Puisi-puisi Taty Haryati
Papatong
seekor papatong terperangkap di pigura
almanak tertawa dan bunga bunga berguguruan di samping kantor walikota
sememtara wajah kota rumeuk dengan spanduk spanduk caleg
kepada siapa aku harus bertanya
jika derasnya ragu terus mengulum sepi
dan membiarkan papatong, almanak serta bunga berkeliaran lupa purwadaksi.
tak jelas tujuan awal
apakah mengimani waktu
harus mengubur hasrat
mengorbankan idealisme?
bandung 19 maret
Baca juga: Puisi-puisi Hikmat Gumelar
Dayang Sumbi
di kejauhan
tangkuban parahu melambai
bayangan dayangsumbi tersenyum
sederet gigi putih menjelma awan
duhai sumbi..
hadirlah memeluk mimpi bahagia sangkuriang.
di tengah kokok ayam undangan jin
pagi yang sunyi, riuh oleh gelak tawa angin
aku ingin melihat puting susumu yang masih ranum, merah kecoklatan
di usiamu setengah abad
tangkuban parahu bergolak
airmani muncrat mejadi sungai
mengalir ke citarum
menjelma air mata
duhai sumbi...
alirkan cinta pada gelegak kelelakianku
aku masih ingin menatap rimbun hutan pangkal pahamu
jangan pernah mengusir mmpiku
di simpang ciater
tangkuban parahu diam
seonggok daging dihanca si tumang
lahap sampai lumatan terakhir
duhai sunbi...
menarilah sepanjang sejarah peradaban dan perasaan
sepanjang kebebalan mansuia
sepanjang napsu serakah belum sirna
teruslah meliuk dan bukalah kancing bajumu 3 jengkal dari leher
setelah itu, sirnalah birahi
jadilah abu vulkanik yang mesra menyapa hati nurani
agar kepongahan mencair jadi gemericik cinta
tangkuban parahu
sumbi
sangkuriang
jadilah kalian tumang
yang sadar peran
25 januari 2021
Baca juga: Puisi-puisi Ranang Aji SP
Infus
1/
kabel-kabel itu menelikung tubuhku
masuk ke hidung, mulut, qubul dan dubur
ratusan malaikat sembunyi disana siap mengantarku ke liang lahat
ratusan bidadari menari menawarkan pantat padat, bibir mereka menggoda
tapi kabel-kabel itu makin seperti beton atau terali besi
cairan itu, entah apa namanya, menetes pelan-pelan meresap ke dalam hatiku,
jantungku, darahku, otakku, dan ke ajalku;
enam abad aku tenggelam dalam kemesraan maut
2/
menemukan tuhan di setiap kabel infus
ia menjadi cairan o2 respirasi diantara kulit, nadi dan darah;
senyumnya ramah
3/
selang-selang infus saling tatap
air yang menetes di dalamnya seperti gerimis irama orkestra maut
ruang iccu merawat sepi
tembok kamar saling menuding dan memantulkan cahaya
aku beringsut ke tepi ranjang
tapi tanganku diborgol kepalaku dihantam palu godam; hitam
15 november 2017