logo Kompas.id
SastraGadis Pendoa
Iklan

Gadis Pendoa

Rambut ikalnya, warna matanya, bentuk hidung dan bibirnya, membuat Mila merasa sedang becermin. Hanya saja, yang tampak adalah Mila dua puluh tahun yang akan datang.

Oleh
TARA FEBRIANI KHAERUNNISA
· 8 menit baca
-
KOMPAS/SUPRIYANTO

-

Mila berdiri di sudut meja makan ketika yang lain duduk dan menikmati sajian makan siang; semur bebek dengan kuah kental, dimakan bersama roti yang tampak selebar piring saat disajikan. Ketukan jari telunjuk Mila di meja makan membuat ayahnya melotot. Mila tidak mendapat jatah makan siang bukan tanpa sebab. Dia sudah tiga minggu kabur, dan orangtuanya sudah berusaha mencarinya tapi tak dapat ditemukan; sampai-sampai orangtuanya menganggap Mila sudah mati dimakan serigala atau diculik lelaki durjana. Namun, dia kembali, dan mengatakan bahwa dia baru saja menyelesaikan kegiatannya sebagai anggota organisasi yang merawat warga di desa seberang.

”Aku tidak menyangka Ibu benar-benar membuang kursiku,” Mila berkata dengan suara bergetar karena terlampau takut dihajar ayahnya. Tidak ada jawaban; hanya bunyi garpu dan sendok besi yang beradu di atas piring keramik yang di beberapa bagian pinggirnya sudah tidak rata, dilanjutkan dengan suara kursi yang digeser ke belakang tanda Ayah telah menyelesaikan makan siang lalu berjalan keluar untuk mengisap cerutu. Mata Mila mengikuti gerak punggung ayahnya sampai sosoknya hilang di balik pintu utama.

Editor:
DWI AS SETIANINGSIH
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000