Bejo di Negeri Straya
Bejo berjanji tidak akan sekali-kali menantang kebejoannya. Cukup!
Deru suara pesawat terbang di bandar udara itu masuk ke dalam setiap sel dalam tempurung kepalanya. Dia teracik acak bersama riuh rendah suara orang-orang, pengumuman kedatangan dan keberangkatan. Lamunan berhasil mengecilkan volume kebisingan itu dan tergantikan dengan sayup-sayup suara peluit kereta tebu yang biasa lewat di belakang rumah.
Sambil menggendong Tomo, Bejo membaca lagi dua lembar tiket keberangkatannya. Untuk memastikan dan tidak tertukar dengan penerima beasiswa yang lain. ”Djoko Poernomo” begitulah nama yang tertulis di setiap kolom di kedua lembarnya. Berarti tidak salah atau tertukar.
Bejo adalah panggilan khusus dari bapaknya. Dia memiliki harapan pada panggilan Bejo ini. ”Jo, aku panggil kamu Bejo supaya hidupmu selalu beruntung,” itu ujar Pa’e pada suatu sore.
Ada dendam dalam sukma bapak. Kegetiran perjalanan kariernya sebagai Pegawai Negara rendahan yang harus bertahan 13 tahun pada posisi yang sama.
***
”Jo, aku panggil kamu Bejo supaya hidupmu selalu beruntung.”
Mungkin rombongan pengantar yang paling banyak berasal dari Karanganyar. Untung pamannya yang Polisi itu dengan senang hati menerima keluarga Bejo di rumahnya. Beliau juga yang mengatur pemberangkatan dengan kendaraan yang disewanya dari Koperasi.
”Jangan lupa hubungi Subandi di Canberra ya!” teriak paman pada saat Bejo mulai beranjak mengikuti panggilan dari pengeras suara.
Ritual itu terselesaikan dengan baik, Lanjutannya adalah urusan visa dan barang bawaan untuk selanjutnya siap di anjungan pemberangkatan.
”Mi, baru saja diumumkan, pesawatnya running late, aneh kan. Kenapa running tapi late” pesan SMS itu Bejo kirim ke istrinya dari anjungan pemberangkatan. Niatnya untuk menggodanya supaya tidak terlalu sedih.
”Kamu jahat! Umi nangis sambil menggendong Tomo tadi. Mas tidak pamit padaku, Mas tidak memelukku.”
Balasan pesan singkat dari istrinya terasa bagaikan sambaran petir yang menghujam tepat di ubun-ubun kepala. Setengah jiwanya ingin berlari ke istrinya tapi panggilan naik ke pesawat sudah diperdengarkan.
Bejo meninggalkan tanah air pada hari Minggu, 3 Juni 2007, dengan Qantas Airways dengan nomor penerbangan QF 42.
Dia meninggalkan Putri, sehari setelah ulang tahunnya yang kelima. Dia berjanji pada Putri bahwa nanti dia juga akan terbang ke Straya.
***
Barbara, seorang instruktur bahasa Inggris pada program orientasi, kerap menyisipkan informasi megenai negara tujuan kami itu. Terkadang dia membawa kartu pos bergambar alam, kota dan gedung-gedung disana. Pernah juga dia membawa gitar mengajarkan beberapa lagu. Dia bercerita bahwa ada perbedaan aksen berbahasa Inggris antara komunitas yang tinggal di pesisir atau didaerah pertanian. Barbara bisa menirukan satu dialog dengan banyak aksen. Termasuk kebiasaan menyingkat nama dan kata dalam komunikasi yang tidak resmi. Straya dan Aussie sering didengar dalam percakapan menggantikan nama Australia.
Barbara betul. Negeri ini lebih banyak pepohonannya. Sekumpulan burung pelintas benua dijaga mobil petugas, beristirahat ditengah jalan bebas hambatan dari bandara. Saat memasuki daerah pemukiman, teduhan itu lebih banyak lagi. Jalannya berliku dan naik turun.
Sekumpulan burung Kakatua Putih hinggap pada dua pohon besar dipinggir danau. Bejo membayangkan muka Putri dan Tomo bermain dipinggir danau ini. Hembusan angin musim dingin disiang itu seperti menyampaikan selamat datang. Bejo membalas dengan asa untuk bisa bertemu mereka disini.
Namun, berbagai halangan mulai mengantri. Untuk mendapatkan tempat tinggal harus menyesuaikan dengan jumlah manusia di dalamnya sehingga tidak bisa hanya menyewa sebuah kamar untuk satu keluarga beranak dua. Sementara itu, untuk menyewa sebuah rumah atau apartemen dengan dua kamar paling murah 350 dolar per minggu. Uang saku dari beasiswa tidak mungkin untuk membayarnya. Tapi peluang itu masih terbuka jika mencari akomodasi di lokasi yang jauh dari kota dan kampus.
Baca juga : Ramai
Untuk menghadiri open house sebuah property yang jauh, Bejo menggunakan transportasi umum disambung dengan berjalan kaki. Sambil mengisi masa orientasi di kampus, Jarak rata-rata yang ditempuh adalah 11 kilometer. Jaraknya bisa berlipat dua bahkan lebih.
Sepatu tentara pemberian pamannya menemaninya menapaki rel kereta api di Ekibin dan menyebrang jalan bebas hambatan untuk mencapai sebuah rumah yang akan disewakan di Annerley. Cara perjalanan yang berbahaya ini dilakukan untuk bisa mencapai lokasi inspeksi lebih cepat dibanding pencari akomodasi lain punya cukup uang untuk menyewa taksi.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, selain harga yang jauh di atas anggaran, masalah lain adalah sulitnya untuk mendapatkan pemilik rumah atau agen property yang mau menerima calon penghuni yang memiliki bayi. Menurutnya, bayi menghabiskan air lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Ini adalah masalah kedua. Negeri ini sedang kekurangan air saat itu.
Malam musim dingin yang terdingin dalam dua puluh tahun, menghujam sampai kedalam tulang. Saat semua penghuni backpacker berada di kamar, bermain billiard, atau menikmati kopinya, Bejo duduk di kursi panjang dipinggir jalan di sebelah telepon umum menunggu waktu untuk menghubungi istrinya.
Sang waktu berlari lebih cepat tiga jam di Brisbane dibandingkan di Jakarta. Putri dan Tomo sudah tidur saat panggilan diterima Umi. Percakapan dimulai dengan kabar dan kegiatan yang dilakukan seharian di Jakarta. Setelahnya, giliranku untuk menyampaikan berita buruk ini.
”Mi, sepertinya kamu tidak bisa datang. Di sini harga kontrakan rumah terlalu mahal” begitu berita itu disampaikan. Bejo merasakan kesedihannya walaupun sang istri berusaha membesarkan hatinya sambil berkata ”tidak apa-apa yang penting Mas Bejo sehat dan menyelesaikan sekolah tepat waktu dengan baik”.
Bejo kembali ke kursi panjang itu. Kursi dari kayu itu terasa lemah, selemah raga yang mendudukinya. Dia setia menemani memandang jalan sepi.
***
”Mi, sepertinya kamu tidak bisa datang. Di sini harga kontrakan rumah terlalu mahal.”
Jaya, Mahasiswa sekampung dengan Bejo, yang sudah selesai studinya, mengusik waktu mengaji sesaat sebelum waktu shalat Jumat. Dia berbisik sesuatu yang penting mengenai rencana kepulangannya ini.
Selepas shalat Jumat, mereka bertemu dibawah pohon besar dekat parkir sepeda di Great Court. Dia menawarkan paket mobil dan pekerjaan.
”Aku mau jual mobilku dan pekerjaan junk mail,” begitu tawaran Jaya.
Menurutnya, dengan pekerjaan itu, harga mobil akan tertutupi dalam satu bulan.
”Jadi kamu dapat mobil dan pekerjaan, bagaimana?” begitu dia menjelaskan keunggulan tawarannya.
”Terima kasih Jay, aku takut. Pekerjaannya masih belum tahu seperti apa. Nanti kalau gak untung bagaimana? Terlebih, aku masih di Vulture. Tidak ada tempat parkir di situ,” Bejo menjawab.
Tapi Jaya, orang Kementerian Keuangan ini, tidak bisa menerima penolakan dengan mudah. Hari Sabtu itu adalah hari magang pertama. Bejo mendatangi ke rumahnya di Carmody Rd.
Rumah besar itu dihiasi pohon-pohon besar di pekarangannya. Ada 5 orang mahasiswa Indonesia yang tinggal di rumah ini.
Bejo menemui Jaya di garasi yang letaknya berseberangan dengan rumah. Aroma barang cetakan di garasi itu menyengat hidung. Mobilnya diparkir di pekarangan. Tumpukan brosur dan buku masih banyak yang berada di dalam kardus. Di tengah garasi terdapat meja panjang dengan dua kursi. Meja ini digunakan untuk melipat brosur atau katalog dan memasukannya pada kemasan khusus satu persatu.
”Wah Jay, sepertinya aku gak bisa kalau begini, kapan belajarnya?”
”Nanti aku gak lulus, siapa yang mau bayar tuntutan ganti rugi beasiswa?” Bejo mempertanyakan Jaya atas pengaturan waktu belajar dengan pekerjaan yang berat ini.
”Tenang Jo, seminggu aja kamu belajar melipat, pasti jadi terbiasa,” ujar Jaya sambil menenteng sebuah tas berisi junk mail keluar garasi. Tas itu dimasukkan ke dalam sebuah troli supermarket dan dia mendorongnya keluar rumah.
”Jay, kita mengantarnya jalan kaki, tidak bawa mobil ?” mengekspresikan kekagetanku
”Gak-lah, repot kalau dengan mobil. Pakai sepatu olahraga supaya nyaman berjalan dan bisa berlari,” begitu jawabannya.
Berjalan di wilayah St Lucia ini membutuhkan stamina yang prima. Keadaan wilayah ini berbukit, bahkan di beberapa tempat jalan yang mendaki itu sangat panjang. Sulit dibayangkan berjalan dan berlari mendorong troli di sini. Tapi ternyata memang harus punya kemampuan berlari seperti itu, karena di beberapa kotak surat tertulis No Junk Mail. Mereka akan marah jika brosur ini diletakkan di situ. Jadi kita harus lari saat orang rumah meneriaki kita saat meletakan brosur di kotak suratnya. Tapi hampir semua kotak surat ada tulisan itu, jadi sulit menghabiskan jatah distribusi ini jika menurutinya. Ternyata pekerjaan ini bukan hanya butuh waktu dan fisik, tapi juga penuh risiko.
***
Baca juga : Api di Glodok
Bejo sebetulnya tidak terlalu membutuhkan mobil. Tapi Jaya selalu menjemputnya di Vulture untuk belajar membiasakan mengendarai mobil di Brisbane sambil membagikan junk mail.
”Ada tiga hal yang penting kalo nyetir di sini. Pertama, di bundaran, pokoknya perhatikan mobil dari kanan, acuhkan yang dari kiri. Kedua, tiap lewat zona sekolah, kendaraan hanya boleh berjalan 20 kilometer per jam. Di jalan lain, patuhi batas kecepatan. Ketiga, kalau ada tulisan S T O P, sampeyan kudu berhentikan roda kendaraan minimal 3 detik,” itu aturan yang Jaya sampaikan
”Ya ampun, pantaslah aku suka bingung kalau di Jakarta ada tulisan S T O P. Aku pikir itu pangkalan mikrolet,” mereka tertawa.
Jaya meyakinkan bahwa paskapembelian, mobil ini masih bisa diparkir di Carmody. Garasi untuk menerima dan melipat junk mail juga masih bisa dilakukan di sana.
”Di sini namanya Road Warranty Certificate, disingkat RWC. Jadi mobil di sini diberikan izin berjalan jika dilengkapi dengan sertifikat ini. Tapi tidak perlu baca booklet-nya, Jo!. Yang penting lampu belakang dan depan berfungsi normal, tidak ada bocor oli, rem berfungsi baik dan knalpot tidak berasap.” Begitu ujar Jaya saat berjalan menuju bengkel.
Untungnya kendaraan itu tidak mengalami kerusakan dan keausan akibat pemakaian. Setelah RWC diperoleh, mereka menuju Monier Rd untuk transfer. Transfer yang dimaksud adalah pengalihan hak kepemilikan kendaraan. Untuk bisa dilakukan pengalihan ini, disyaratkan juga asuransi kendaraan, namanya RACQ singkatan dari Royal Automobile
Club of Queensland. Mobil operasionalnya sering terlihat di jalan. Mereka akan membantu saat terjadi kendaraan mogok, kehabisan bensin, atau ban kempes. Seandainya jasa seperti ini ada di Jakarta, mungkin mengendarai kendaraan menjadi lebih nyaman. Sertifikat dan stiker RACQ dan pengajuan pengalihan dilakukan pada gedung yang sama.
”Okey dokey, sekarang mobil ini sudah sah menjadi milikmu, ya Jo. Selamat ya. Sekarang kita ke Darra dulu. Ada beberapa pesanan belanjaan. Nanti kalau nyonyahmu datang akan senang dibawa kesini. Gampang belanjanya,” ujar Jaya.
Darra adalah nama lokasi yang terdapat beberapa toko yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari khas Asia, seperti mi instan, terasi, ting-ting, jamu, bumbu dapur, sampai rokok.
Di sini Jaya dan Bejo membagi dua daftar belanjaan. Ternyata Jaya memang pekerja keras. Selain junk mail, dia juga menyediakan jasa belanja bulanan untuk keperluan orang-orang Indonesia di St Lucia.
***
”Nanti kalau nyonyahmu datang akan senang dibawa ke sini. Gampang belanjanya.”
Mereka mengitari St Lucia untuk mengantarkan pesanan belanjaan Mahasiswa. Seperti tukang sayur, Mereka akan membaca lagi dan membagi berdasarkan nama pemesannya.
”Wis Jo, ini terakhir. Pesanan Pak Profesor,” ujar Jaya sambil menunjuk sebuah rumah bertuliskan For Rent.
Seorang laki-laki menuruni tangga Queenslander-nya bersiap untuk ambil pesanannya. Profesor Mudiartha adalah dosen Fakultas Sastra yang sedang menyelesaikan risetnya mengenai Sejarah Pendidikan Perempuan Indonesia. Dia mengajak kami ke dalam kediamannya. Sudah disiapkan kacang hijau dan kerupuk udang.
”Suatu hari nanti, saat perut kebanyakan orang sudah tercukupi, Indonesia akan mampu memelihara dokumen dan barang-barang seni yang berserak di Eropa, Amerika, dan Australia. Pada saat itu, perpustakaan di Indonesia juga sudah masuk dalam jejaring perpustakaan global sehingga ilmuwan bisa dikirimkan dokumen dan arsip penting dari perpustakaan di luar negeri, gratis!” begitu jawaban Profesor atas pertanyaan Bejo mengenai penelitian yang dilakukan di Australia, padahal obyeknya di Indonesia.
Memelihara barang bersejarah biayanya memang mahal. Apalagi, jika dibandingkan dengan pemasukannya yang tidak seberapa. Begitu juga dengan jejaring literasi. Jangankan jejaringnya, bahkan untuk melanggan pada penerbit-penerbit publikasi ilmiah terbaik dunia, masih sangat mahal. Dan selalu dibandingkan dengan hasil komersialnya secara langsung. Seperti pedagang yang mau cepat untung.
”Tadi siang sempat jalan ke Yuen, mau beli cat rambut. Tapi sekalian beli kerupuk,” Prof Mudhiarta membuka percakapan diatas meja makan itu.
Sambil menikmati panganan, dia menanyakan jika ada mahasiswa di asosiasi mahasiswa Indonesia yang membutuhkan akomodasi.
”Nah kebetulan kamu anak baru, mungkin butuh akomodasi. Paul, landlord mau menyewakan unit didepan rumah ini,” Prof Mudiartha menawarkan. Aku sampaikan bahwa preferensiku untuk tinggal di tempat sewaan di Vulture karena harganya tidak terlalu mahal.
”Kalau di sana 135 dollar seminggu dan hanya sewa kamar, di sini bayar 230 dollar untuk sebuah rumah dengan 2 kamar besar, murah, kan?” begitu Prof Mudirtha menekankan.
Waktu bicara itu berlangsung cepat dan mereka sepakat untuk menghubungi Paul untuk akad sewa. Menjelang pukul 8 malam, sang Landlord datang dengan mobil super mewahnya. Mereka masuk ke dalam unit itu.
Bangunan Queenslander ini lebih besar dari yang ditinggali Prof. Mudiartha. Terdapat dua kamar besar, ruang tamu, satu kamar mandi dan satu bangunan kecil terpisah yang terdapat mesin cuci dan pengering. Bagian bawah bisa digunakan sebagai garasi. Rumah ini dilengkapi TV, kompor listrik, alat masa, piring, sendok-garpu, pemanas air, coffee maker dan microwave di dapurnya. Di bawah juga ada perkakas perbengkelan. Sebelum aku bertanya, Paul malah sudah menawarkan bahwa jika aku tidak perlu barang-barang itu, maka akan dikeluarkan secara bertahap. Mungkin membutuhkan waktu satu bulan untuk menyingkirkan barang-barang itu. Tapi kalau perlu dan tidak keberatan, maka uang sewanya bisa dikurangi.
Baca juga : Pisang Kembar
Ini aneh. Barang-barang itu harganya mahal dan sangat dibutuhkan. Tapi untuk Paul, barang-barang itu harus disingkirkan. Dia bercerita mengenai penghuni sebelumnya, seorang Wartawan yang karena suatu keadaan harus segera meninggalkan Australia. Dia tidak mengurus bond dan syarat lain untuk meninggalkan tempat sewa. Seluruh alat tulis, perkakas dapur sampai tempat tidur dan peralatan perbengkelan, sampai lemari kuno dengan tanda tahun pembuatan peninggalan keluarga ningrat Inggris, ditinggalnya.
***
Pergumulan rasa suka cita membawa pada rasa haru dirasakan Bejo saat melintasi Brisbane River di atas City Cat. Dalam satu hari ini dia mendapatkan sebuah mobil dan rumah lengkap dengan isinya.
Sesampainya di Vulture, Bejo hampiri lagi telepon umum itu. Walaupun hari ini bukan jadwal telepon, dia ingin segera menyampaikan berita bagus ini.
”Umi, besok aku kirim dokumen perjanjian kontrak rumah untuk digunakan mengurus visa dan membeli tiket keberangkatan ke sini, kita sudah ada rumah di sini!.”
”Terima kasih Tuhan, doa Umi dikabulkan. Umi kangen,” begitu jawab Umi.
***
Bejo memarkirkan kendaraan didepan rumah. Mobil itu seolah melantunkan kidung memuja Jacaranda. Pohon kayu dengan bunga berwarna ungu mendominasi tampilannya.
”Ya ampun, rumahnya besar sekali, seperti rumah di daerah Manahan di Solo,” seru istrinya seraya memandang Queenslander itu. Pekarangan itu dihiasi bunga Jacaranda yang gugur seperti permadani.
”Ya ampun, rumahnya besar sekali, seperti rumah di daerah Manahan di Solo.”
Prof. Mudiartha tergopoh-gopoh menghampiri Bejo sambil menyerahkan sebuah kotak besar. ”Ini paket dari Canberra, aneh hanya formulir Lapor Diri tapi sebesar ini,” begitu gumamnya.
Dia langsung masuk ke kandangnya. Menurutnya ada tulisan yang harus submit segera. Pada kotak itu tertulis pengirim: ”Kombes Subandi, Police Attaché of the Republic of Indonesia”.
Di dalam kotak itu ada surat, mesin penghangat dan quilt. Bejo merasa berdosa belum sempat menghubunginya. Menjelang tengah malam, Umi tertidur di antara Putri dan Tomo. Mereka tertidur dengan tiga lapis selimut tebal pemberian Kombes Subandi.
Bejo mengintipnya diantara bahasa dan tulisan yang dia ciptakan sebagai bagian perbaikan proposal penelitian. Dia juga menyisipkan sepenggal tulisan dalam surat untuk Pa’e: ”Pak, takkan lari gunung dikejar. Terima kasih untuk doa dan harapan Pa’e. Semoga kita menjadi manusia yang bejo dan pandai bersyukur.”
Fajar sudah memberikan tanda kehadirannya. Menembus sela-sela dedaunan dan celah dahan. Sebuah tulisan sudah siap untuk diusulkan. Bejo berdiri diatas tangga lengkap dengan pakaian dua lapis dan secangkir teh panas yang menghangatkan jemari dan telapak tangannya. Disampaikannya salam pada possum, pohon dan embun pagi. Sambil berjanji tidak akan sekali-kali menantang kebejoannya. Cukup!
Syafrizal Maludin, lahir di Bandung, 11 April 1970. Cerpen yang sudah diterbitkan antara lain ”Sedekah dan Kedamaian”, ”Malaikat di jalan Sesat”, ”Panggilan Al-Musyadad untuk Pemenang Kehidupan”, dan ”Surat Dadong dari Surga”.
Catatan:
Pa’e dan Ma’e adalah tradisi dalam keluarganya untuk memanggil Bapak dan Ibu, Annerley, Ekibin, St. Lucia, Vulture, Carmody adalah nama jalan dan daerah di Brisbane, Junk mail adalah barang promosi dalam bentuk cetakan yang disebar pada perumahan atau pertokoan, Yuen adalah sebuah toko kelontong Asia di Pusat Kota Brisbane, Queenslander bentuk rumah khas Queensland yang memiliki kolong, Landlord adalah pemilik rumah, Bond adalah uang jaminan yang dibayarkan saat menyewa tempat tinggal. Uang ini akan hangus jika terjadi pelanggaran kontrak atau kerusakan. Uang jaminan akan dikembalikan jika tidak terdapat pelanggaran, CityCat adalah alat transportasi yang menghubungkan terminal di Brisbane River, Quilt penutup tempat tidur berbahan tebal yang biasa digunakan seperti selimut, Possum adalah spesies marsupial asli Australia yang biasa ditemui di pohon-pohon besar di lingkungan pemukiman.