Geliat Desa Wisata Perkuat Pembangunan Pariwisata
Desa wisata menjadi destinasi favorit selama liburan Lebaran.
Ribuan desa sudah bertransformasi menjadi desa wisata dengan keunggulan daerah masing-masing. Tren kunjungan yang meningkat menjadi asa untuk mendongkrak tumbuhnya sektor pariwisata nasional.
Desa wisata menjadi salah satu destinasi yang dicari dan dikunjungi masyarakat untuk mengisi libur Idul Fitri tahun ini. Selain warga lokal, masyarakat yang melakukan mudik ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran turut meramaikan obyek wisata yang kini menjadi produk unggulan ribuan desa di Indonesia.
Paling tidak hal ini terekam dari pernyataan 5,1 persen responden Jajak Pendapat Kompas pada 25-29 Maret 2024 yang berminat mengunjungi desa-desa wisata sembari berlebaran. Desa wisata yang sedang tumbuh di banyak daerah menyambut lonjakan pengunjung pada momen Lebaran.
Desa Panglipuran di Bali, misalnya, desa yang mendapat penghargaan satu dari 54 desa wisata terbaik di dunia (Best Tourism Villages) 2023 yang diberikan Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) ini melaporkan adanya peningkatan kunjungan wisatawan selama libur Lebaran.
Pada hari normal, kunjungan turis lokal atau wisatawan domestik ke desa yang juga dinobatkan sebagai desa tebersih ketiga di dunia menurut Green Destinations Foundation ini angkanya berkisar 2.000-3.000 per hari. Saat libur Lebaran, jumlahnya meningkat hingga telah mencapai 6.000 per hari.
Desa wisata merupakan suatu bentuk perkembangan pariwisata yang menitikberatkan pada kontribusi masyarakat sekitar perdesaan dan pelestarian lingkungan area perdesaan.
Desa wisata dalam konteks wisata perdesaan adalah aset kepariwisataan yang berbasis pada potensi perdesaan dengan segala keunikan dan daya tariknya yang dapat diberdayakan dan dikembangkan sebagai produk wisata untuk menarik kunjungan wisatawan ke lokasi desa tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.26/UM.001/MKP/2010, desa wisata merupakan bentuk kesatuan antara akomodasi, atraksi, sarana, dan prasarana pendukung wisata yang disajikan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tradisi yang berlaku.
Baca juga: Promosi Desa Wisata Mengandalkan Budaya dan Adat Istiadat Lokal
Perkembanggan dan peran desa wisata
Desa wisata menjadi tren wisata yang terus dikembangkan sebagai salah satu bentuk pembangunan desa secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa. Desa wisata bahkan telah ditetapkan sebagai salah satu program unggulan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Sebenarnya konsep desa wisata sudah ada tahun 2000-an. Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pengembangan Desa Wisata. Perjalanan desa wisata yang sedang berkembang sempat ”mati suri” dengan datangnya pandemi Covid-19, dengan diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial.
Kini, pascapandemi Covid-19, tren desa wisata semakin populer mengikuti tren wisata yang cenderung menjadi personalize, customize, localize, dan smaller in size. Kondisi ini membuat jumlah desa wisata terus berkembang setiap tahun.
Merujuk data dari laman Jadesta (Jaringan Desa Wisata) Kemenparekraf, per 13 April 2024 terdapat 5.487 desa wisata yang tersebar di semua provinsi di Indonesia dengan berbagai klasifikasi, mulai dari desa wisata rintisan hingga desa wisata mandiri. Terbanyak di Jawa Timur dengan 567 desa wisata, diikuti Sumatera Barat dengan 517 desa wisata, dan Sulawesi Selatan dengan 508 desa wisata.
Kabupaten Banyuwangi di ujung timur Jawa Timur tercatat memiliki desa wisata paling banyak, yaitu 54 desa wisata. Sejumlah desa wisata di Jawa Timur sudah tersohor, mendapat banyak penghargaan, dan menjadi tujuan wisata favorit wisatawan.
Sebut saja Desa Wisata Pujon Kulon di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Desa wisata ini mengusung konsep wisata alam dengan menawarkan berbagai kegiatan, seperti petik sayur, outbound, camping, belajar membuat biogas, dan mengelola susu atau beternak.
Desa wisata yang dikembangkan sejak 2014 ini sudah menorehkan banyak prestasi, seperti penghargaan sebagai Desa Wisata Mandiri Inspiratif, Desa Wisata Berkelanjutan, dan Desa Brilian Nasional.
Desa wisata lainnya di Jawa Timur yang terbaru mendapat penghargaan adalah Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Desa ini meraih predikat Desa Wisata Terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 yang digelar Kemenparekraf.
Beragam obyek wisata yang ditawarkan, seperti wisata alam, wisata buatan, wisata budaya, dan edukasi, menjadi sumber pendapatan dari desa di kaki Gunung Welirang ini. Sektor pariwisata ini meraih pendapatan hingga Rp 3,5 miliar per tahun.
Masih banyak lagi desa wisata yang tersebar di pelosok wilayah Tanah Air yang telah berhasil meningkatkan produktivitas masyarakat. Keberadaan desa ini pun turut memajukan perekonomian dan kesejahteraan desa setempat sebagaimana tujuan yang diharapkan dari pembangunan desa wisata.
Setidaknya, jika dilihat berdasarkan klasifikasi desa wisata, terdapat 315 desa wisata (5,7 persen) yang tergolong maju. Keberadaan desa wisata telah memiliki peran aktif terhadap perkembangan ekonomi warga desa dan sekitarnya. Sementara itu, tercatat ada 29 desa wisata mandiri, yaitu klasifikasi ketika desa wisata sudah memiliki pengunjung dari lingkup yang lebih luas.
Ribuan desa wisata lainnya masih tergolong rintisan dan berkembang menjadi modal bagi pembangunan desa pada khususnya dan pembangunan pariwisata secara nasional. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menargetkan pembentukan sebanyak 6.000 desa wisata selama tahun 2024 untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Lebih lanjut 6.000 desa wisata tersebut nantinya dapat berkontribusi sekitar 4,5 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) secara nasional. Jika terwujud, ada penambahan sekitar 4,4 juta lapangan kerja di bidang ekonomi kreatif.
Baca juga: Desa yang Dirindukan
BUMDes ujung tombak
Selaras dengan Kemenparekraf, desa wisata juga menjadi salah satu atensi pemerintah dalam percepatan pembangunan desa. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menegaskan, pengembangan desa wisata akan menjadi salah satu program prioritas tahun 2024.
Program prioritas ini untuk memajukan sektor pariwisata di tingkat desa, menciptakan potensi ekonomi lokal yang berkelanjutan, dan mendukung pembangunan di daerah terpencil. Untuk program prioritas tersebut, Kemendes PDTT telah menganggarkan di sektor sarana prasarana desa wisata senilai Rp 24,6 miliar, dan untuk pengendalian penggunaan dana desa sebesar Rp 4,5 miliar.
Pembangunan desa di sektor ini terus dikembangkan lantaran adanya tren kunjungan ke desa wisata di Tanah Air sebesar 30 persen seusai pandemi Covid-19. Potensi tersebut harus diikuti dengan tata kelola yang baik. Keberadaan desa wisata tidak hanya dipandang sebagai potensi alam dan budaya, tetapi juga bagaimana mengelola potensi yang ada, yaitu alam dan manusianya, supaya mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat.
Keberadaan BUMDes dan desa wisata yang merupakan ujung tombak pemulihan ekonomi nasional pascapandemi perlu ditumbuhkan mengingat mayoritas desa wisata yang ada masih dalam tahap rintisan.
Mengutip laman masterplandesa.com, berdasarkan data dari Kemendes PDTT (bumdes.kemendesa.go.id per Maret 2023), baru terdapat 12.945 BUMDes yang telah resmi berbadan hukum. Sementara itu, sekitar 35.000 BUMDes masih dalam tahap registrasi. Dengan demikian, masih terdapat sekitar 42 persen desa yang belum memiliki BUMDes. Setidaknya sudah ada 5.037 desa wisata yang dikelola BUMDes.
Kontribusi BUMDes juga signifikan dalam meningkatkan pendapatan asli desa (PADes) sebagai salah satu sumber pendapatan APBDesa sebesar Rp 1,1 triliun pada 2017-2021. BUMDes juga berhasil menggalang investasi masyarakat dalam pengembangan usaha wisata desa, usaha niaga desa, dan usaha produktif berbasis kemitraan UMKM desa (Kompas.id, 19/1/2023).
Optimalisasi peran BUMDes perlu terus didorong untuk memperkuat keberadaan desa wisata mengingat besarnya potensi kontribusi desa wisata dalam pembangunan pariwisata nasional.
Kemenparekraf mencatat, dalam dua tahun terakhir kunjungan wisatawan ke desa wisata meningkat 30 hingga 50 persen, terutama di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Desa wisata diharapkan dapat mendorong capaian pergerakan wisatawan nusantara yang pada 2023 ditargetkan mencapai 1,4 miliar pergerakan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Wisata Lebaran Dongkrak Ekonomi Daerah