Wisata Lebaran Dongkrak Ekonomi Daerah
Tradisi rekreasi dalam libur Lebaran turut menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di daerah.
Momen Lebaran, selain mudik ke kampung halaman untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga, teman, ataupun kerabat, juga dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk berwisata. Seperti sudah menjadi tradisi, berwisata bersama keluarga menjadi salah satu agenda yang tak boleh terlewatkan selama libur Lebaran.
Jajak Pendapat Kompas pada 25-29 Maret 2024 memotret, sepertiga (35 persen) dari 839 responden di 38 Provinsi menyebut akan mengisi waktu libur Lebaran tahun ini dengan aktivitas wisata bersama keluarga.
Sebagian besar (43 persen) mengatakan akan berwisata di sekitar kota tempat tinggal. Sementara sekitar 8 persen responden akan berwisata di kota tujuan mudik, dan 6 persen lainnya berencana berwisata di kota lain.
Meningkatnya jumlah pemudik dan lamanya libur Lebaran akan memicu pergerakan manusia di daerah serta peningkatan angka kunjungan di sejumlah obyek wisata di sejumlah daerah.
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan menyebutkan, potensi masyarakat yang akan melakukan mudik adalah sebesar 193,6 juta orang atau 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Angka tersebut naik 56 persen dibanding tahun lalu.
Di samping itu, libur sekolah dan cuti bersama yang ditetapkan pemerintah pada 8-9 April 2024 serta 12 dan 15 April 2024 dalam rangka libur Idul Fitri 1445 H, jika ditambah dengan libur Sabtu dan Minggu, semakin menambah panjang libur Lebaran tahun ini.
Dua hal tersebut tentu akan berimbas pada tumbuhnya sektor pariwisata. Bahkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memproyeksikan perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ketika momen libur Lebaran 2024 akan mencapai Rp 276,11 triliun.
Angka tersebut mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 15 persen jika dibandingkan dengan potensi perputaran ekonomi Lebaran tahun sebelumnya sebesar Rp 240,01 triliun.
Jajak Pendapat Kompas mendapat gambaran, meski sebagian besar responden tidak membuat anggaran khusus untuk agenda berwisata, sekitar 30 persen responden mengatakan telah menganggarkan dana mulai kurang dari Rp 500.000 hingga lebih dari Rp 5 juta untuk tujuan wisata tersebut.
Jika ditelisik lebih dalam dari kategori kelas sosial ekonomi masyarakat, kelompok ekonomi bawah dan menengah bawah paling banyak menyisihkan anggaran wisata hingga Rp 500.000 yang dinyatakan 12 - 17 persen responden.
Sementara kelompok ekonomi menengah atas menganggarkan dana wisata paling banyak persentasenya di angka Rp 2 juta-Rp 3 juta (12,1 persen). Sementara kelompok ekonomi atas terpotret ada 6 persen yang menganggarkan dana untuk wisata lebih dari Rp 5 juta.
Baca juga: Tingkatkan Pengawasan dan Keamanan Destinasi Wisata Saat Libur Lebaran
Wisata alam paling diminati
Indonesia memiliki kekayaan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Bentang alam Indonesia menawarkan banyak wisata alam yang menakjubkan untuk dikunjungi. Keindahan dan keeksotisan alamnya bahkan terkenal hingga mancanegara.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010, yang dimaksud wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam.
Wisata alam ini bakal menyuguhkan pemandangan alam yang asri dan keanekaragaman hayati yang tak bisa dijumpai di tempat lain. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga tahun 2023 Indonesia memiliki 55 Taman Nasional dan 130 Taman Wisata Alam yang berada di kawasan konservasi seluas 27,4 juta hektar dan tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Di dalam kawasan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam terdapat hutan rimba, gunung, pantai, laut, hutan mangrove, savana, sungai, danau, air terjun, karst, serta tumbuhan dan satwa yang tinggal di dalamnya.
Selain menghasilkan udara segar dan air yang bersih, Taman Nasional dan Taman Wisata Alam juga menghasilkan jasa ekosistem yang dapat dinikmati melalui aktivitas wisata. Jasa ekosistem ini berupa obyek dan daya tarik wisata alam yang sangat beragam, mulai dari keindahan lanskap, fenomena alam, hingga keanekaragaman hayatinya.
Wisata alam itulah yang paling diminati masyarakat. Delapan dari sepuluh responden Jajak Pendapat Kompas memilih akan mengunjungi obyek wisata alam dalam libur Lebaran tahun ini. Taman bermain atau taman rekreasi menjadi tujuan wisata kedua yang diminati sekitar 20 persen responden.
Selanjutnya adalah wisata kuliner yang dipilih 12,6 persen responden. Cita rasa kuliner Nusantara sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Setiap daerah memiliki kuliner khasnya masing-masing yang turut menjadi daya tarik wisata. Bahkan, delapan kota di Indonesia masuk deretan 100 kota dari 16.601 kota yang memiliki makanan daerah dan nasional terbaik di dunia versi TasteAtlas Awards 2023/2024.
Kemenparekraf memproyeksikan perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pada momen libur Lebaran 2024 mencapai Rp 276,11 triliun.
Dalam jajaran 10 besar, Kota Bandung menempati peringkat ke-10 dan mendapat skor 4,66 bintang dari 395.205 pembaca TasteAtlas. Kota lainnya yang dinilai memiliki makanan terbaik yang disukai masyarakat dunia adalah Jakarta (peringkat ke-11), Surabaya (16), Padang (42), Malang (49), Yogyakarta (58), Seminyak (67), dan Ubud (86).
Delapan kota tersebut menjadikan Indonesia berada di peringkat kedua bersama Amerika Serikat sebagai negara dengan kota kuliner terbaik terbanyak di dunia, di bawah Italia dengan 11 kota. (Kompas.id, 6/1/2024)
Selain wisata kuliner, desa wisata juga tak kalah menarik untuk dikunjungi dan diminati 5,1 persen responden. Masyarakat yang ingin menjelajah desa wisata dapat mengakses platform Jadesta yang disediakan Kemenparekraf. Terdapat 5.280 desa yang berjejaring dengan platform ini. Di sana tersedia informasi profil, aktivitas, dan sarana destinasi di desa wisata untuk para pemudik menghabiskan liburan Idul Fitri.
Tujuan wisata favorit masyarakat tersebut selaras dengan preferensi daya tarik wisata menurut hasil analisis sementara dari survei yang dilakukan Kemenparekraf, yaitu pantai/danau, pusat kuliner, pegunungan/agrowisata, taman rekreasi/kebun binatang, dan pusat perbelanjaan.
Baca juga: Libur Lebaran, Kaum Muda Bidik Destinasi Wisata Alam di Kalbar
Dongkrak perekonomian daerah
Pergerakan wisatawan Nusantara sebagian besar akan mengarah ke Pulau Jawa dengan tiga daerah tujuan terbesar Jawa Tengah dengan sebanyak 61,6 juta orang, diikuti Jawa Timur 37,6 juta orang dan Jawa Barat 32,1 juta orang. Berikutnya pemudik ke DI Yogyakarta sebanyak 11,7 juta. Pergerakan pemudik tersebut tentu akan membawa efek bagi industri pariwisata.
Pada Idul Fitri April 2023, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, terlihat adanya tren peningkatan jumlah perjalanan wisatawan Nusantara di hampir semua provinsi pada bulan tersebut dibanding bulan sebelumnya. Demikian pula hunian kamar hotel terutama hotel nonbintang mengalami peningkatan sekitar 3 persen dari Maret ke April 2023, merujuk data Kemenparekraf.
Tahun ini tingkat hunian hotel diproyeksi naik sampai 10 persen. Lonjakan okupansi biasanya terjadi saat H+2 Lebaran dan beberapa hari setelahnya sampai akhir cuti bersama. Peningkatan okupansi kamar hotel yang signifikan selama libur Lebaran akan lebih banyak terjadi di kota-kota yang memiliki banyak destinasi wisata.
Animo masyarakat meningkat untuk mengunjungi berbagai wahana wisata biasanya terjadi mulai H+1 Lebaran. Di sejumlah obyek wisata ditandai dengan mengularnya kendaraan yang macet menuju lokasi wisata tersebut. Dengan durasi libur hari raya yang sekitar 10 hari, kemungkinan besar sejumlah obyek wisata di daerah-daerah akan melonjak jumlah kunjungannya.
DI Yogyakarta, misalnya, kedatangan pemudik yang diprediksi sekitar 11,7 juta orang (tiga kali lipat lebih dari jumlah penduduk DIY) tentu membawa kegairahan pada ekonomi provinsi yang, antara lain, mengandalkan pariwisata sebagai sektor utama. Sebab, akan ada perputaran ekonomi yang besar melalui belanja yang dilakukan pemudik.
Hal tersebut akan menggerakkan semua sektor perekonomian, terutama kuliner, kerajinan, dan industri kreatif. Usaha mikro, kecil, dan menengah pun bergeliat. Misalnya, setiap pemudik mengeluarkan belanja paling sedikit Rp 500.000, jika dikali dengan 11,7 juta pemudik, angkanya mencapai Rp 5,85 triliun. Jumlah itu hampir menyamai setahun anggaran belanja APBD DIY 2024 yang sebesar Rp 6,48 triliun. (Kompas.id, 4/4/2024)
Kemenparekraf memperkirakan durasi berwisata selama 2-4 hari atau 1 hari. Optimisme sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di daerah dan secara nasional akan tumbuh selain adanya peningkatan pergerakan masyarakat juga diproyeksi terjadi peningkatan konsumsi. Indikator peningkatan konsumsi masyarakat tersebut dipengaruhi jumlah kebutuhan uang tunai yang meningkat hingga 4,65 persen dibandingkan realisasi tahun 2023.
Di samping itu, cairnya pemberian THR sebesar 100 persen bagi ASN juga turut mendorong daya beli dan semakin menggairahkan masyarakat untuk merayakan Idul Fitri dan menikmati libur Lebaran dengan penuh sukacita. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: ”Cuan” Mudik Mengalir Deras ke Daerah Istimewa Yogyakarta