”Cuan” Mudik Mengalir Deras ke Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta bersiap sambut kedatangan 11,7 juta pemudik. Dampaknya bagi daerah akan signifikan.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan perihal pergerakan masyarakat pada mudik Lebaran tahun ini mencengangkan. Angkanya mencapai 193,6 juta orang atau 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Angka tersebut melonjak pesat dibandingkan tahun lalu sebanyak 123,8 juta orang. Kementerian Perhubungan memprediksi pergerakan pemudik mulai menanjak pada Jumat (5/4/2024) atau lima hari jelang Idul Fitri hingga mencapai puncaknya pada Senin (8/4/2024) atau dua hari sebelum Lebaran.
Di satu sisi, hal ini memunculkan potensi keruwetan dalam urusan manajemen logistik dan transportasi. Di sisi lain, hal ini menggembirakan, terutama bagi daerah tujuan mudik.
Jumlah pemudik sebanyak itu tentu membawa serta aliran rupiah yang tak sedikit ke daerah. Apalagi, hasil jajak pendapat Litbang Kompas pada 18-20 Maret 2024 menunjukkan 55,65 persen responden tahun ini menyiapkan anggaran Lebaran lebih besar ketimbang tahun lalu.
Tiga daerah tujuan mudik terbesar adalah Jawa Tengah (61,6 juta orang), Jawa Timur (37,6 juta orang), dan Jawa Barat (32,1 juta orang). Ketiga provinsi itu total akan menerima 68 persen pemudik tahun ini.
Di bawah ketiga provinsi itu, Daerah Istimewa Yogyakarta bertengger sebagai daerah tujuan mudik keempat nasional dengan 11,7 juta pemudik. Sekilas, angka pemudik ke DIY ini tampak jomplang dibandingkan tiga daerah di atasnya. Dengan peringkat ketiga saja, yakni Jabar, jumlah pemudik ke DIY hanya kira-kira sepertiganya.
Namun, jika ditelisik lebih dalam, perspektif berbeda muncul. Jateng, Jatim, dan Jabar adalah tiga provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Ketiga daerah itu pun memiliki puluhan kabupaten/kota, terbesar Jatim dengan 38 kabupaten/kota, disusul Jateng (35) dan Jabar (27).
Adapun DIY hanya terdiri dari 5 kabupaten/kota. Belum lagi jika menilik geografinya, ketiga provinsi tersebut wilayahnya berkali lipat lebih luas ketimbang DIY.
Efek wisata
Karena itu, kedatangan 11,7 juta pemudik bagi DIY sesungguhnya adalah angka yang fantastis. Sebagai gambaran, jumlah itu tiga kali lipat lebih dari jumlah penduduk DIY yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik mencapai 3,7 juta jiwa pada 2023.
Kehadiran pemudik sebesar itu jelas membawa kegairahan pada ekonomi provinsi. Terkait hal ini, Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono, Kamis (28/3/2024), mengaku senang ketika semakin banyak orang datang ke DIY.
Sebab, akan ada perputaran ekonomi yang besar melalui belanja yang dilakukan pemudik. Hal tersebut akan menggerakkan semua sektor perekonomian, terutama kuliner, kerajinan, dan industri kreatif. Usaha mikro, kecil, dan menengah pun bergeliat.
Sebanyak 19,15 persen pemudik akan memanfaatkan libur Lebaran ke lokasi wisata.
Beny mengatakan, jika saja setiap pemudik mengeluarkan belanja paling sedikit Rp 500.000, nilainya tentu akan sangat signifikan bagi perekonomian daerah. Jika dikali dengan 11,7 juta pemudik, angkanya mencapai Rp 5,85 triliun. Jumlah itu hampir menyamai setahun anggaran belanja APBD DIY 2024 yang sebesar Rp 6,48 triliun.
Jumlah tersebut bahkan bisa lebih tinggi lagi mengingat DIY juga merupakan daerah wisata. Survei Kemenhub menyebutkan, secara nasional, 19,15 persen pemudik akan memanfaatkan libur Lebaran ke lokasi wisata.
Artinya, DIY berpotensi menikmati kue ekonomi tambahan dari pemudik di daerah lain, seperti Jateng dan Jatim, yang menghabiskan liburan dengan berwisata di DIY. Apalagi, konektivitas antardaerah saat ini sudah semakin baik, termasuk dengan kehadiran Jalan Tol Trans-Jawa.
Momentum pertumbuhan
Pada periode libur Lebaran kali ini, Jalan Tol Yogyakarta-Solo ruas Solo hingga Klaten sepanjang 22 kilometer akan dioperasikan fungsional. Hal ini makin mempermudah pergerakan kendaraan dari wilayah Solo Raya dan Semarang di Jateng serta sebagian Jatim ke DIY.
Dosen ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Murti Lestari, mengungkapkan, mudik menjadi momentum menggenjot pertumbuhan ekonomi daerah. Bagi DIY, momen mudik Lebaran, liburan sekolah, serta Natal dan Tahun Baru selalu berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi.
Menurut dia, dampak ekonomi mudik akan makin optimal jika produk-produk yang dibeli adalah yang diproduksi di DIY. Hal itu akan memicu pergerakan rantai produksi dari hulu hingga hilir sehingga dapat menyentuh banyak pelaku ekonomi, termasuk menyerap tenaga kerja.
Karakteristik belanja pemudik, kata Murti, juga akan turut dinikmati pelaku ekonomi tingkat bawah atau informal seperti usaha mikro dan pedagang makanan. ”Orang yang mudik ke Yogyakarta biasanya kangen makan bakmi di pinggir jalan atau angkringan. Jadi, efek penggandanya akan lebih besar,” ujarnya.
Meski begitu, Murti mengingatkan dampak negatif dari meningkatnya permintaan, yakni inflasi. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya harus bisa mengelola ini dengan baik. ”Dari pengalaman selama ini, DIY bisa mengantisipasi ancaman inflasi tersebut,” ujarnya.
Semua pihak pun mengusung harapan agar mudik tahun ini berjalan lancar sehingga dapat menebar kegembiraan untuk semua. Selamat mudik!