”Shopping” di Mal dan Toko Daring, Berburu Makanannya Tetap di Pasar
Konsumen telah menentukan jenis pasar sesuai dengan produk yang akan dibeli.
Pada masa Ramadhan dan Lebaran masyarakat cenderung mengandalkan pasar tradisional untuk berbelanja kebutuhan pangan. Sementara itu, untuk konsumsi produk fashion pilihan masyarakat lebih variatif, yakni belanja di pasar modern ataupun bertransaksi di platform e-commerce.
Momen Lebaran tak bisa dilepaskan dari aktivitas belanja. Tak seperti hari-hari biasa, frekuensi dan nilai belanja masyarakat cenderung meningkat saat memasuki bulan puasa. Bahkan, jauh-jauh hari sebelum Idul Fitri tiba, pusat-pusat perbelanjaan sudah dipadati oleh warga yang akan berbelanja. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja memperkirakan, kunjungan pusat perbelanjaan di Indonesia akan meningkat hingga 15-20 persen pada serangkaian momen Lebaran tahun ini.
Tak hanya pusat perbelanjaan modern, pasar tradisional pun turut diserbu warga. Dari tahun ke tahun, pasar tradisional senantiasa dipadati pengunjung menjelang Lebaran. Ada sejumlah pasar tradisional yang kerap menjadi rujukan para pembeli, seperti Pasar Gede Solo, Pasar Tanah Abang Jakarta, Pasar Tomohon Manado, dan Pasar Apung Banjarmasin. Para pengunjung rela berdesak-desakan di pasar itu demi mencari kebutuhan untuk Lebaran.
Selain pasar fisik tersebut, saat ini konsumen juga menyasar pasar daring untuk berbelaja keperluan hari raya.
Dari beragam jenis pasar tersebut, pilihan konsumen untuk berbelanja ditentukan oleh barang yang akan dibelinya. Kenyataan ini terekam dari hasil jajak pendapat Kompas pada pertengahan Maret lalu. Responden telah menetukan pilihan jenis produknya untuk berbelanja di pertokoan modern, pasar tradisional, ataupun di pasar daring melalui kanal marketplace.
Baca juga: Belanja Langsung di Toko Fisik Masih Diminati Saat Ramadhan
Belanja ”fashion”
Tiga dari 10 responden memilih berbelanja di pasar modern seperti mal atau supermarket. Tempat belanja ini memiliki daya pikat berupa lokasi yang strategis, ruangan yang terang dan menarik, serta nyaman berpendingin udara. Apalagi, bagi sebagian konsumen cenderung akan menjajal, mencoba, atau melihat barang sebelum dibeli menjadi sebuah ukuran kepuasan sehingga pertokoan modern sangat layak untuk didatangi. Terlebih, pada masa Ramadhan dan jelang Lebaran seperti saat ini, biasanya mal ataupun supermarket sering menawarkan beragam promo dan diskon sehingga sangat sayang apabila terlewatkan.
Pilihan ke pasar modern itu sebagian besar datang golongan ekonomi sosial kelas atas. Ada sekitar 40 persen responden golongan atas ini yang menyatakan pilihannya berbelanja di mal atau supermarket. Sebaliknya, bagi kalangan ekonomi bawah, hanya sekitar seperlima yang berburu kebutuhan sandang untuk hari raya di pasar modern. Kelompok bawah ini lebih banyak memilih pasar tradisional untuk berburu produk sandang. Secara umum, proporsi responden yang memilih pasar tradisional untuk belanja fashion memang tak berbeda jauh dengan pasar modern, yakni 29 persen. Hanya saja, proporsi responden kelas bawah yang memilih pasar tradisional untuk membeli pakaian lebih banyak dibandingkan kelompok lainnya.
Di Indonesia, salah satu pasar tradisional yang paling banyak didatangi masyarakat jelang Lebaran guna membeli produk tekstil adalah Pasar Tanah Abang di Jakarta, seperti yang terjadi dua hari terakhir. Pada Minggu (31/3/2024), Pasar Tanah Abang Blok B kebanjiran pengunjung. Meski sempat diguyur hujan deras, sekitar 54.000 orang berduyun-duyun menyerbu salah satu blok teramai tersebut.
Jumlah pengunjung itu tercatat sebagai yang terbanyak sepanjang tahun 2024. Dari pagi hingga sore, pengunjung terus berdatangan. Bahkan, jumlahnya meningkat cukup drastis jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tahun 2023, rata-rata jumlah pengunjung hanya sebanyak 40.000 orang per hari.
Baca juga: Menjelang Ramadhan, Gamis hingga Blazer Bangkok Diserbu Pembeli di Tanah Abang
Banyaknya calon konsumen yang datang untuk berbelanja di Tanah Abang tersebut bagai angin segar setelah pasar tekstil itu sempat redup akibat kemajuan teknologi internet. Akhir tahun lalu, pemberitaan diramaikan dengan sepinya Tanah Abang di tengah maraknya aktivitas belanja di platform Tiktok dan lokapasar lainnya.
Meskipun demikian, aktivitas belanja melalui kanal daring tetap menjadi primadona hingga saat ini. Berbelanja secara langsung di pasar modern dan pasar tradisional tetap dilakukan sambil juga memonitor produk-produk yang ditawarkan di kanal e-dagang. Sekitar seperempat responden jajak pendapat mengakui hal ini. Biasanya, produk yang dipantau untuk dibeli melalui kanal daring ini adalah produk-produk fashion. Umumnya, responden yang berperilaku seperti ini berasal dari kalangan atas dan menengah atas.
Belanja secara online tersebut cenderung dilakukan responden milenial berusia muda. Hal ini sejalan dengan penetrasi pengguna internet di Indonesia, yakni kian muda maka kian akrab dengan internet. Generasi yang lebih dewasa atau senior umumnya berbelanja kebutuhan fashion dengan mengandalkan transaksi langsung baik di toko modern maupun pasar tradisional.
Bahan pangan dan pasar tradisional
Pilihannya tempat belanja para responden bervariasi dalam membeli kebutuhan fashion Lebaran. Namun, untuk berbelanja kebutuhan pokok, pilihan responden cenderung terkonsentrasi pada satu tempat, yakni pasar tradisional. Lebih dari 60 persen responden memilih pasar rakyat ini untuk memenuhi kebutuhan pangan dan bahan makanan lainnya.
Keputusan tersebut cukup merata di semua kelompok sosial ekonomi masyarakat, terutama kelas bawah. Sebesar 72,2 persen responden kalangan bawah memilih belanja pangan di pasar tradisional. Ada sejumlah alasan yang mendorong sebagian besar responden jajak pendapat memilih pasar ini. Di antaranya, kesegaran produk bahan pangan, harga bahan pangan cukup terjangkau, dan kemungkinan adanya tawar-menawar sehingga lebih menghemat pengeluaran.
Pertimbangan biaya menjadi salah satu faktor yang kuat mendorong para konsumen setia berbelanja kebutuhan pokok ataupun pangan di pasar tradisional. Apalagi, sepanjang masa Ramadhan hingga Lebaran nanti harga-harga kebutuhan cenderung meningkat.
Sepanjang Maret 2024, rata-rata kenaikan sejumlah bahan pangan 3,58 persen (Kompas, 27/03/2024). Terbaru, BPS mencatat bahwa inflasi tahunan pada Maret 2024 mencapai 3,05 persen dengan indeks harga konsumen sebesar 106,13. Bahan makanan dan minuman menjadi salah satu sumber utamanya. Besaran IHK-nya pun terbesar di antara kelompok pengeluaran lainnya, yakni dengan indeks 111,19. Jadi, dengan berbelanja di pasar tradisional, konsumen berharap dapat mendapatkan harga komoditas pangan cenderung lebih murah.
Baca juga: Jelang Lebaran Harga Pangan Mahal, Warga Antre di Swalayan
PIlihan konsumen tersebut turut mendorong kemajuan perekonomian lokal, terutama UMKM. BPS menyebutkan, pasar tradisional berperan sebagai sendi perekonomian kerakyatan yang menjadi wadah bagi UMKM untuk tumbuh dan berkembang. Pasar rakyat ini pun menjadi bagian dari rantai pasok dan distribusi kebutuhan pokok yang krusial.
Lebih luas lagi, pasar rakyat itu juga menjadi sumber pendapatan asli daerah dan membuka lapangan pekerjaan. Keberadaan pasar tradisional yang relatif terbuka memberi ruang bagi mereka yang termarjinalkan untuk tetap menjadi produktif. Data Profil Pasar 2023 yang dipublikasi oleh BPS mencatat, pasar tradisional cukup banyak mengakomodasi kaum perempuan yang sering terpinggirkan oleh keadaaan.
Secara keseluruhan, pasar rakyat lebih banyak melibatkan masyarakat sekitar dan memperdagangkan komoditas hasil produksi dalam negeri. Tak hanya menggerakkan perekonomian, bagi negara berkembang seperti Indonesia, pasar rakyat juga memiliki peran vital dalam mempertahankan eksistensi lokal di tengah disrupsi dan tantangan ekonomi global.
Merespons pentingnya peran pasar rakyat tersebut, pemerintah pun memberikan perhatian yang cukup besar. Sepanjang 2015-2019, pemerintah merevitalisasi setidaknya 5.000 pasar tradisional yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Ragam perbaikan fasilitas dan kenyamanan yang tercipta cukup berhasil meningkatkan kualitas dan performa pasar rakyat di Indonesia. Jumlah pengunjung dan omzet sebagian besar mengalami kenaikan pascarevitalisasi.
Bentuk dukungan ekonomi kerakyatan lainnya dari belanja masyarakat saat Lebaran juga tampak dari pilihan sekitar 13,5 persen responden yang berbelanja bahan pangan dari warung tetangga. Sementara responden lainnya yang berbelanja di pasar modern guna memenuhi kebutuhan pangan saat Lebaran mencapai 16 persen. Biasanya, pilihan belanja ini dilakukan oleh responden gologan atas dan berusia relatif muda.
Sejumlah pilihan tempat berbelanja tersebut menunjukkan preferensi masing-masing kelompok responden yang sangat beragam. Sejumlah alasan melatarbelakangi pilihan tempat itu, mulai dari kondisi sosial ekonomi, usia, hingga pilihan produk yang akan dibeli. Apa pun pilihannya, pada akhirnya belanja yang dikeluarkan para konsumen pada masa Ramadhan ini turut mengakselerasi roda ekonomi nasional. (Litbang Kompas)