Menghadapi Tantangan Lonjakan Pemudik Pascapandemi
Lonjakan jumlah pemudik diprediksi lebih tinggi dari tahun lalu. Kebijakan strategis diperlukan untuk mengendalikannya.
Setelah pelonggaran aturan bepergian pascapandemi, jumlah pemudik mengalami peningkatan yang signifikan. Pada musim Lebaran tahun ini, lonjakan jumlah pemudik diprediksi makin tinggi dibandingkan tahun lalu. Diperlukan kebijakan yang lebih strategis agar arus pemudik bisa dikendalikan dengan baik.
Tren jumlah pemudik di 2024 diperkirakan akan meningkat. Berdasarkan perkiraan dari Kementerian Perhubungan, 71 persen warga Indonesia mengaku akan melakukan perjalanan mudik. Artinya, terdapat potensi pergerakan dari 193 juta lebih warga Indonesia selama masa Lebaran tahun ini.
Angka ini merupakan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan jumlah pemudik pada masa Lebaran 2023. Saat itu, survei dari Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa mayoritas (54,2 persen) warga mengatakan tidak berencana melakukan perjalanan mudik selama masa Lebaran.
Meski mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan jumlah pemudik pada 2022, jumlah pemudik pada 2023 jauh lebih sedikit dibandingkan perkiraan tahun ini, yakni 123 juta orang.
Baca juga: Tol Trans-Jawa Jakarta-Semarang Terpantau Lancar
Libur panjang kurangi penumpukan
Dengan makin membeludaknya potensi jumlah pemudik pada 2024, dibutuhkan strategi kebijakan yang tepat agar arus pemudik bisa dikendalikan dengan baik.
Dengan kenaikan jumlah pemudik sekitar 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya, patut diakui bahwa pemerintah mampu mengawal masa mudik Lebaran dengan baik pada 2023. Tak ayal, kebijakan yang diambil pada 2023 bisa menjadi fondasi untuk mengawal masa mudik Lebaran tahun ini.
Salah satu kunci kesuksesan pengaturan mudik Lebaran tahun lalu ialah kebijakan terkait dengan tanggal libur dan cuti bersama. Awalnya, jadwal libur dan cuti bersama diatur pemerintah pada tanggal 21-26 April 2023. Jadi, total jatah libur dan cuti bersama berjumlah enam hari.
Namun, sesaat sebelum masa mudik Lebaran, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menambah serta memajukan jadwal libur dan cuti bersama menjadi 19-25 April sehingga total jatah libur dan cuti bersama bertambah satu hari.
Perubahan ini terbukti mampu memecah perjalanan warga sehingga tidak terjadi kepadatan yang berlebihan, baik pada puncak arus mudik maupun arus balik.
Strategi serupa diambil pemerintah pada masa Lebaran tahun ini. Pasalnya, jika dijumlah dengan libur akhir pekan, total hari libur dan cuti bersama Lebaran mencapai 10 hari. Jumlah tersebut lebih panjang tiga hari dibandingkan dengan total hari libur dan cuti bersama Lebaran tahun lalu.
Harapannya, masa libur yang lebih panjang ini akan memberikan kesempatan lebih banyak bagi masyarakat untuk bepergian. Hal ini pun tampak dari hasil survei Kementerian Perhubungan yang memperkirakan puncak persentase pemudik pada tanggal 8 April 2024 atau H-2 lebaran lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Tahun ini, 13,7 persen pemudik diperkirakan akan melakukan perjalanan di H-2, sedangkan pada puncak arus mudik di Lebaran tahun lalu, terdapat 15 persen lebih pemudik yang melakukan perjalanan.
Meskipun begitu, puncak arus balik kali ini diprediksi akan lebih padat dibandingkan dengan tahun lalu. Pada puncak arus balik 2023, yakni H+2 Lebaran atau tanggal 25 April, terdapat 14,3 persen pemudik yang kembali dari kampung halamannya.
Pada masa arus balik nanti, dengan puncak H+3 Lebaran atau tanggal 14 April, diperkirakan lebih dari 21 persen warga melakukan perjalanan kembali ke domisili dari kampung halaman.
Baca juga: Mengantisipasi Puncak Arus Mudik Lebaran 2024
Kereta api jadi pilihan utama
Kebijakan terkait dengan transportasi selama masa mudik Lebaran tahun ini tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan pada musim Lebaran tahun lalu.
Di jalur udara, fokus kebijakan yang diambil pun relatif sama, yakni menambah kapasitas angkutan udara selama arus mudik dan balik Lebaran. Diperkirakan akan ada penambahan 2 persen untuk penerbangan dalam negeri dan 1 persen untuk mengakomodasi penerbangan internasional selama kurun waktu tersebut.
Selaras, strategi untuk moda kereta api juga mirip dengan yang dilakukan pada masa Lebaran tahun 2023. Pada masa Lebaran kali ini, pemerintah akan menambah kapasitas angkut kereta api (KA) antarkota hingga menjadi 3,31 juta penumpang. Tak hanya itu, pemerintah juga melanjutkan fasilitas angkutan motor gratis dengan tambahan kuota menjadi 12.180 sepeda motor.
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan langkah untuk memitigasi perjalanan kereta komuter yang mungkin terhambat akibat kepadatan di beberapa stasiun KA antarkota. Lebih lanjut, pemerintah juga berencana untuk melakukan langkah-langkah demi menghindari kecelakaan di pelintasan-pelintasan sebidang.
Tahun ini, kebijakan terkait angkutan KA menjadi yang paling penting untuk diperhatikan. Pasalnya, terdapat lonjakan peminat moda transportasi ini dibandingkan dengan setahun lalu.
Pada masa Lebaran 2023, mobil masih menjadi pilihan utama para pemudik. Sebanyak 22 persen pemudik memilih moda transportasi ini. Hanya 11 persen pemudik yang memilih untuk melakukan perjalanan menggunakan KA.
Tren yang berbeda terjadi pada masa Lebaran kali ini. Hasil survei Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa KA menjadi moda transportasi yang paling diminati. Lebih dari seperlima pemudik menyatakan ingin melakukan perjalanan menggunakan moda ini selama masa Lebaran. Sementara peminat kendaraan roda empat menurun menjadi 18 persen dari total pemudik tahun ini.
Tak ayal, dengan tidak adanya perubahan kebijakan yang signifikan, ada kemungkinan bahwa tak semua peminat KA akan mendapatkan tiket pada masa Lebaran kali ini.
Para peminat yang tak terakomodasi ini bisa jadi akan beralih menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda dua. Hal ini pun akan berpotensi meningkatkan kepadatan volume kendaraan di ruas-ruas jalan utama selama arus mudik ataupun balik.
Baca juga: 8 April Jadi Puncak Arus Mudik, 14 April Puncak Arus Balik
Kebijakan moda transportasi laut dan darat
Pada moda transportasi angkutan laut, pemerintah mengambil langkah untuk menambah titik pantau dari yang sebelumnya berjumlah 110 UPT menjadi 264 UPT. Selaras dengan KA, pemerintah juga menambah kuota mudik gratis via kapal laut hingga menjadi sekitar 39.000 penumpang.
Terkait dengan moda transportasi darat selain KA, kebijakan yang diambil hampir sama dengan tahun lalu. Beberapa kebijakan seperti pengaturan lalu lintas, termasuk contraflow, ganjil genap, dan one way, kembali dilakukan pada masa Lebaran 2024.
Pembatasan angkutan barang dan penghentian proyek pekerjaan di sekitar ruang manfaat jalan juga diambil untuk mengurangi kepadatan selama masa arus mudik dan balik.
Tak hanya itu, pemerintah juga menambah pelabuhan serta kapal yang beroperasi di beberapa lokasi penyeberangan.
Tentu, berbagai langkah ini juga dibarengi dengan program mudik gratis yang diperkirakan akan membawa lebih dari 160.000 orang dan 2.600 kendaraan roda dua selama masa Lebaran kali ini. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Agar Silaturahmi Tak Terputus, Siapkan Mudik dengan Serius