logo Kompas.id
RisetMedia Sosial Pengaruhi Pemilih...
Iklan

Media Sosial Pengaruhi Pemilih pada Pemilu 2024

Selain jadi sumber informasi utama, media sosial memiliki daya pengaruh bagi pilihan masyarakat di bilik suara.

Oleh
RANGGA EKA SAKTI
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/HKQXR3kytnCbJRM6VzRrz0IVMiY=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F02%2F11%2Ffdfa7b72-e016-419d-924a-6f23f2876264_jpg.jpg

Pola konsumsi media di tengah masyarakat terkait informasi pemilu terekam dalam Survei Kepemimpinan Nasional yang diselenggarakan Litbang Kompas pada 29 November hingga 4 Desember 2023. Hasil survei tatap muka ini menunjukkan tingginya penggunaan media sosial oleh masyarakat untuk mengakses informasi pemilu.

Sebanyak 29,4 persen responden mengakui mengakses media sosial untuk melihat atau membaca konten terkait pemilu, paling tidak beberapa kali dalam seminggu. Tak hanya itu, sekitar 11 persen responden lainnya menyatakan mengonsumsi konten pemilu di media sosial setidaknya sekali dalam sehari.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Angka konsumsi informasi pemilu di media sosial ini lebih tinggi dibandingkan dengan media lain, seperti media daring (online) dan televisi. Untuk media daring, terdapat sekitar 23,9 persen responden yang mengaku sering mengakses media online untuk mengetahui informasi pemilu.

Angka konsumsi konten pemilu di televisi justru relatif lebih tinggi dibandingkan dengan media daring. Terdapat 29,6 persen responden yang mengaku sering menonton televisi untuk mengetahui informasi pemilu.

Di antara tiga jenis media, konsumsi media daring paling kecil. Lebih dari 45 persen dari responden survei kali ini menyatakan tidak pernah mencari informasi terkait dengan pemilu melalui kanal berita daring. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan media sosial (31,9 persen) dan televisi (23,6 persen).

Baca juga : Iklan Politik di Media Sosial Ajang Adu Popularitas Pilpres 2024

Pemilih capres

Menariknya, pola konsumsi media terkait pemilu di tengah masyarakat cukup berbeda di antara para pendukung ketiga capres yang berkontestasi. Pemilih pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar cenderung lebih aktif mengonsumsi konten media sosial.

Lebih dari 35 persen dari pemilih calon presiden nomor 1 ini menyatakan sering mengonsumsi konten pemilu melalui media sosial. Bahkan, ada 12,3 persen dari para pemilihnya mengaku rutin mengonsumsi informasi pemilu di media sosial setiap hari.

Pola yang mirip ditemukan pada pemilih calon presiden nomor urut dua. Sebanyak 32,2 persen pemilih pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengaku mengonsumsi informasi pemilu di media sosial beberapa kali dalam seminggu. Bahkan, lebih dari 13,4 persen dari mereka menyatakan hampir setiap hari mengonsumsi konten tentang pemilu di media tersebut.

Pola yang sedikit berbeda terlihat dari pemilih pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Simpatisan pasangan nomor urut 3 ini yang menyatakan sering mengonsumsi konten pemilu melalui media sosial tercatat sebanyak 24,9 persen. Mereka yang mengaku sangat sering mengonsumsi informasi pemilu mencapai 14,8 persen. Proporsi ini lebih tinggi dibandingkan dengan pemilih Anies dan Prabowo.

https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2023/12/13/65e78ece-bfa6-4fa3-9cc3-c7206fbccd24_gif.gif

Meski demikian, para pemilih Ganjar tercatat yang paling banyak tidak pernah mengonsumsi konten terkait dengan pemilu melalui media sosial. Lebih dari sepertiga responden (33,5 persen) dari pemilih capres yang diusung PDI-P, PPP, dan Perindo ini menyatakan tidak pernah melihat konten terkait pemilu melalui media sosial.

Bagi para pemilih Ganjar, televisi menjadi sumber rujukan informasi pemilu yang utama. Hampir 38 persen dari kelompok pemilih pasangan Ganjar-Mahfud mengaku rutin melihat konten terkait dengan pemilu di medium komunikasi ini.

Proporsi tersebut lebih besar dibandingkan dengan konsumsi konten televisi terkait pemilu di kalangan pemilih Anies-Muhaimin (32,6 persen) ataupun Prabowo-Gibran (30,4 persen).

Baca juga : Tingginya Belanja Iklan Politik Prabowo dan Golkar di Media Sosial

Iklan

Memengaruhi pilihan

Selain menjadi rujukan dalam hal mencari informasi, konsumsi konten di media juga bisa memengaruhi pilihan masyarakat. Selaras dengan tingkat penggunaannya, media sosial menyimpan dampak besar terhadap pilihan publik.

Secara umum, sekitar sepertiga dari masyarakat mengaku informasi yang mereka dapatkan melalui media sosial menjadi rujukan dalam menentukan pilihan, bahkan mengubah pilihan mereka.

Proporsi tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan media luar ruang atau medium komunikasi lain, seperti baliho atau spanduk (8,1 persen) dan kaus (1,8 persen). Bahkan, medium daring lain, seperti portal berita, belum memiliki dampak yang terlalu besar (9,8 persen) dalam memengaruhi pilihan masyarakat.

Terlihat bahwa efek dari media sosial ini paling kuat ada di para pemilih pasangan capres nomor urut 2. Lebih dari 39 persen dari pendukung Prabowo-Gibran ini mengaku bahwa konten yang mereka konsumsi di media sosial dapat memengaruhi pilihan mereka.

Menjelang pemilu, paparan kabar bohong (hoaks) mulai banyak ditemukan melalui media sosial. Masyarakat mulai gencar mengampanyekan menangkal hoaks melalui mural seperti terlihat di Jalan Juanda, Depok, Jawa Barat, Kamis (29/6/2023).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Menjelang pemilu, paparan kabar bohong (hoaks) mulai banyak ditemukan melalui media sosial. Masyarakat mulai gencar mengampanyekan menangkal hoaks melalui mural seperti terlihat di Jalan Juanda, Depok, Jawa Barat, Kamis (29/6/2023).

Menariknya, meski konsumsinya lebih kecil, efek media sosial ini justru lebih besar kepada para pemilih Ganjar. Sebanyak 31,4 persen dari mereka menyatakan bahwa pilihan mereka dipengaruhi oleh konten yang dikonsumsi di media sosial.

Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan pemilih Anies, yakni hanya 29 persen dari mereka mengaku terpengaruh konten di linimasa media sosial.

Meskipun dampak media sosial besar, efek yang ditimbulkan dari konsumsi konten di televisi tak bisa diremehkan. Tidak kurang dari 30 persen masyarakat menyatakan informasi yang dilihat di media ini turut memengaruhi pilihan mereka pada pemilihan nanti.

Dampak dari konten televisi ini paling kentara pada pemilih Ganjar-Mahfud. Hampir 36 persen dari pendukung capres nomor tiga ini membenarkan konten yang mereka tonton dapat memengaruhi pilihan. Efek ini juga cukup besar di antara para pemilih Anies-Muhaimin (32,5 persen), tetapi cenderung kecil di para pemilih Prabowo-Gibran (28,5 persen).

Baca juga : Menakar Kekuatan Media Sosial Capres dan Cawapres

Strategi kampanye

Pola-pola interaksi pemilih capres dengan konsumsi media menunjukkan kecenderungan kuatnya pengaruh media sosial dan televisi sebagai rujukan informasi serta pertimbangan menentukan pilihan. Di era digital ini, strategi kampanye dengan menggunakan dua media ini berpotensi efektif menjangkau konstituen.

Efektivitas kedua media bisa dimanfaatkan untuk meyakinkan pemilih mengambang yang belum menentukan pilihan. Pada kelompok masyarakat ini, pemberitaan di televisi menjadi paling berpengaruh terhadap pilihan politik. Hal ini selaras dengan pola konsumsi media mereka, yakni televisi masih menjadi rujukan utama ketika mencari informasi pemilu.

Penggunaan media sosial dan televisi dapat melengkapi strategi kampanye yang menggunakan alat-alat kampanye konvensional, seperti baliho dan spanduk.

https://cdn-assetd.kompas.id/bZfyOxGby7YlXSfZFv-s5ZqZbu8=/1024x578/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F21%2F5717c870-28df-4527-b504-c92737da2e06_png.png

Tidak dimungkiri, media luar ruang ini juga masih diandalkan politisi untuk berkampanye. Sejauh ini, dampak dari metode ini, antara lain, terlihat pada para pemilih Anies-Muhaimin, yaitu di kisaran 11 persen.

Di tengah persaingan meraih dukungan suara, diperlukan pilihan strategi komunikasi massa oleh para capres-cawapres dan tim pemenangan untuk bisa menggaet para pemilih sesuai dengan media yang paling sering mereka konsumsi.

Tanpa didukung pemahaman soal karakteristik konsumsi media, pesan-pesan politik akan sulit untuk bisa sampai ke benak para konstituen. (LITBANG KOMPAS)

Baca juga : Medsos Jadi Ruang Memutar Dana Kampanye Tak Resmi

Editor:
YOHAN WAHYU
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000