logo Kompas.id
RisetSurvei Litbang ”Kompas”:...
Iklan

Survei Litbang ”Kompas”: Pemilih Jokowi Sumbang Pemilih Bimbang

Pemilih Jokowi dan PDI-P pada 2019 menyumbang banyak porsi pemilih yang belum menentukan pilihan calon presiden.

Oleh
YOHAN WAHYU
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/nBZ4sv6AHKuwfS8kIT5Yq33pJ6Y=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F21%2F5372e647-7e86-4086-9b75-7a5d457278e9_jpg.jpg

Dari kelompok pemilih yang belum menentukan pilihan calon presiden dan wakil presiden, pemilih Jokowi-Ma’ruf Amin di Pemilihan Presiden 2019 menjadi penyumbang terbanyak. Pengaruh Jokowi di Pemilu 2024 cukup menentukan, tapi tetap akan diuji sejauh mana mampu memengaruhi pemilih menentukan sikapnya pada hari pemungutan suara nanti.

Hasil survei Litbang Kompas periode Desember 2023 ini menampilkan data yang cukup mengejutkan. Sebanyak 28,7 persen responden masuk dalam kelompok pemilih yang belum menentukan pilihan.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Data ini menunjukkan, memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden saat ini membuat pemilih lebih bimbang dibandingkan memilih partai politik. Hasil survei merekam, pemilih yang belum menentukan untuk partai politik relatif lebih rendah, yakni 17, 3 persen.

Kelompok pemilih yang masih bimbang menentukan pilihan terhadap pasangan calon presiden-wakil presiden ini, jika dilihat latar belakang alasan yang mereka sampaikan, sebagian besar beralasan karena belum menemukan siapa pasangan calon presiden dan wakil presiden yang cocok dan sesuai dengan pilihan mereka.

Sebagian dari mereka juga mengaku masih menimbang-nimbang dari ketiga pasangan capres-cawapres mana yang kira-kira akan dipilih pada hari pemungutan suara nanti. Tidak sedikit yang kemudian juga menjawab masih mencari informasi dan mencari tahu kira-kira capres dan cawapres mana yang mereka anggap layak untuk diberikan dukungan,

Aspek kerahasiaan dan menjadi hak pribadi tak luput sebagai alasan responden menolak menyebutkan siapa pasangan capres-cawapres yang akan mereka pilih saat pemilu nanti.

https://cdn-assetd.kompas.id/wSSJtuYFgjHNWwC7C60rpMc7daE=/1024x1766/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F13%2Ffc071051-2c0f-4685-9d32-3c8f815ad08f_png.png

Namun, ada sebagian responden yang beralasan belum menentukan pilihan karena mereka takut jika nanti salah memilih. Untuk itu mereka yang takut salah pilih ini beralasan lebih banyak mempertimbangkan banyak hal agar pilihannya nanti tepat sesuai hati nurani mereka.

Menariknya, dari kelompok responden yang masih bimbang ini, sebagian dari mereka mengaku akan menentukan siapa yang akan dicoblos justru pada saat hari pemungutan suara 14 Februari 2024. Sebagian responden yang lain juga menolak menjawab siapa pilihan capres-cawapresnya karena merasa pilihan itu privasi sehingga tidak layak disebutkan kepada orang lain.

Jawaban-jawaban lain juga masih seputar kata ”belum” dan ”rahasia”, bahkan tidak sedikit yang kemudian mengaku faktor debat capres menjadi pertimbangan.

Sebagian responden yang belum menentukan pilihan ini menjadikan debat capres sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan kepada siapa suara mereka diberikan. Lebih kurang ada lima persen dari kelompok responden ini yang mempertimbangkan visi misi pasangan capres-cawapres dalam menentukan pilihan mereka.

Tidak heran jika kemudian publik cenderung antusias dalam menantikan debat capres-cawapres. Mengutip hasil jajak pendapat Litbang Kompas yang digelar pada hari pertama debat capres pada Selasa lalu, separuh lebih responden antusias mengikuti acara debat tersebut. Sebanyak 56,4 persen responden mengaku akan melihat acara debat tersebut (Kompas, 13/12/2023).

Baca juga : Prabowo-Gibran Unggul, Pemilih Bimbang Meningkat

Pemilih Jokowi

Dari mereka yang belum menentukan pilihan pasangan capres-cawapres, sebagian besar, yakni sekitar 43,6 persen, adalah pemilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Pemilu 2019. Sementara dari mereka yang pernah memilih pasangan Prabowo-Sandiaga Uno tercatat mencapai 13,5 persen. Sisanya, 42,9 persen mengaku belum punya hak pilih saat Pemilu 2019.

Sementara jika dilihat dari latar belakang pilihan partai politik, dari mereka yang masuk kategori pemilih belum menentukan pilihan ini, 13,2 persen adalah pemilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di Pemilu 2019 lalu.

Iklan

Artinya, jika kita lihat ada dua aspek, yakni pemilih Jokowi dan pemilih PDI-P yang menyumbang banyak porsi pemilih bimbang, boleh jadi sebagian besar dari mereka lebih dekat secara emosional dengan sosok calon presiden Ganjar Pranowo yang diusung PDI-P bersama sejumlah partai politik koalisinya.

Salah satu indikasi itu terlihat dari kecenderungan berkurangnya pemilih Ganjar di hasil survei Litbang Kompas periode Desember ini. Seperti yang sudah dirilis, hasil survei Kompas menyebutkan, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapatkan 39,3 persen suara, pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 16,7 persen, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 15,3 persen.

Jika membandingkan tingkat elektoral Ganjar sebelum berpasangan, yakni di survei Agustus 2023 yang mencapai 34,1 persen, angka elektabilitas pasangan Ganjar-Mahfud itu menunjukkan tren penurunan lebih dari separuh. Hal ini juga tampak dari elektabilitas Ganjar seorang sebagai capres, tanpa berpasangan, yang di survei Desember ini juga menurun menjadi 18 persen.

Hal ini membuat posisi Ganjar dibandingkan Anies dan Prabowo berada di posisi buncit dengan jarak keterpilihan Ganjar dengan Anies makin tipis. Sebelumnya, Ganjar unggul dengan jarak 14,9 persen dari Anies, sekarang menyempit menjadi 0,6 persen.

Ketiga calon presiden mengangkat tangan bersama seusai mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Ketiga calon presiden mengangkat tangan bersama seusai mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Jika mengacu dua aspek dari kelompok pemilih bimbang, yakni pemilih Jokowi dan pemilih PDI-P, melebarnya jarak elektabilitas Ganjar dari Prabowo dan Ganjar dari Anies ini tidak lepas dari pergeseran dukungan yang terjadi pada pemilih PDI-P dan pemilih Jokowi.

Hasil survei Kompas merekam soliditas dukungan pemilih PDI-P di Pemilu 2019 yang memilih Ganjar mulai mengendur. Di survei Agustus tercatat soliditasnya berada di angka 60,6 persen, sedangkan di survei Desember ini tinggal 40,7 persen. Sebaliknya, pemilih PDI-P yang memberikan suaranya kepada Prabowo cenderung meningkat, dari 22,1 persen menjadi 35,1 persen.

Hal ini yang makin menguatkan sinyalemen bahwa porsi pemilih bimbang yang berasal lebih banyak dari pemilih Jokowi dan pemilih PDI-P bisa dibaca sebagai sikap keduanya yang tengah galau dengan konstelasi politik yang bergeser.

Hal ini tidak lepas pilihan politik Jokowi yang semula mendukung Ganjar dan dalam satu barisan bersama PDI-P berubah haluan ke barisan Prabowo yang bersanding dengan Gibran sebagai cawapres, putra sulung Jokowi.

Ke mana arah pilihan mereka? Tentu tidak bisa dipastikan. Namun, aspek pengaruh Jokowi menjadi variabel yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Survei merekam 41,9 persen responden berpikir mempertimbangkan akan mengikuti arah pilihan politik Jokowi di pemilu nanti, bahkan sebagian dari mereka memastikan akan mengikutinya.

Baca juga: Basis Anies dan Ganjar Masih Kokoh

Pemilih lama

Selain banyak disumbang dari pemilih Jokowi dan pemilih PDI-P, mereka yang masuk dalam kelompok pemilih belum menentukan pilihan ini berasal lebih banyak dari pemilih lama atau mereka yang masuk kategori generasi lebih senior.

Jika dihitung dari usia 34 tahun ke atas, jumlahnya mencapai 66 persen. Namun, jika dihitung sejak 40 tahun ke atas, angkanya tercatat 49,9 persen. Artinya, mereka ini adalah kelompok pemilih yang sudah berpengalaman mengikuti pemilu, minimal dua kali mencoblos di bilik suara pemilu nasional.

https://cdn-assetd.kompas.id/h2yFEmPG2SBwZOKTwbs77jtEo-I=/1024x819/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F13%2Fa96ffeb0-ec86-4188-bca5-16b582b4ceeb_png.png

Pengalaman beberapa kali ikut pemilu sedikit banyak juga membuat kelompok ini cenderung lebih banyak mempertimbangkan banyak hal, termasuk konstelasi politik yang berubah dengan cepat menjelang pendaftaran capres-cawapres lalu.

Pada akhirnya ada tiga aspek yang menentukan sejauh mana kelompok pemilih bimbang ini akan memutuskan pilihannya, yakni seberapa besar pemilih Jokowi mengikuti langkah politik Jokowi, seberapa loyal pemilih PDI-P terhadap Ganjar sebagai pilihan partai, dan seberapa besar pemilih yang sudah berpengalaman ini mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan kepada siapa mandat politik akan diberikan. (LITBANG KOMPAS)

Baca juga : Gerindra Menyusul PDI-P

Editor:
ANDREAS YOGA PRASETYO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000